Jika diberi kesempatan kuliah, bekerja atau tinggal, ketimbang pindah ke Jepang, Korea atau Amerika, rasanya jauh lebih menarik pergi ke Leiden. Mengapa harus ke Leiden?Â
Jepang, Korea dan Amerika memang menarik dari segi apa pun. Terutama Jepang dan Korea dengan budayanya. Amerika dengan teknologi dan kemajuan peradabannya. Tetapi Leiden di Belanda menawarkan sesuatu yang berbeda. Terutama bagi penggiat dan pecinta literasi, reputasi Leiden sebagai kota buku tentunya menjadi daya tarik tersendiri.
Leiden adalah salah satu kota di provinsi Zuid Holland atau Belanda secara umum. Di kota ini ada Universitas Leiden (Universiteit Leiden)Â yang ternama dan tertua di Belanda, yang didirikan pada tahun 1575. Kabarnya, Leiden telah menjadi salah satu pusat ilmiah paling terkemuka di Eropa. Banyak penemuan ilmiah sudah dibuat di Leiden sehingga memunculkan moto Leiden : 'Kota Penemuan'. Â
Terletak di atas bukit buatan di tengah kota di pertemuan antara dua sungai yang masuk dari sebelah timur. Di dalamnya kanal-kanal memotong kota dengan dermaga yang dibatasi pepohonan. Dengan taman-taman yang membentang di sepanjang single tua atau kanal luar, dan taman-taman di tiap perbatasan, yang ditumbuhi dengan beraneka jenis tanaman, lengkap dengan bangunan-bangunan gaya eropa yang tertata rapi, Leiden menjadi salah satu kota terindah di Belanda bahkan Eropa.Â
Namun alasan mengapa harus ke Leiden Belanda bukan sekedar keindahan yang ditawarkan, melainkan keterkaitan dan keterikatan Leiden dengan Indonesia. Di perpustakaan universitas Leiden terdapat 5.200.000 jilid buku, 1.000.000 e-book, 20.000 serial saat ini, 40.000 e-jurnal, 60.000 manuskrip Oriental dan Barat, 500.000 surat, 100.000 peta, 100.000 cetakan, 12.000 gambar dan 300.000 foto. Perpustakaan Leiden mengelola koleksi terbesar di seluruh dunia mengenai Indonesia.Â
Tak bisa dipungkiri bahwa Indonesia adalah negara jajahan Belanda sehingga memiliki keterkaitan dan keterikatan masa lalu, tetapi apa yang menarik dari negara yang telah menjajah Indonesia? Apa lagi jika bukan nilai sejarahnya, kepingan-kepingan sejarah perjalanan bangsa Indonesia bisa digali lewat literasi di kota Leiden dengan lebih terbuka, jelas dan gamblang.Â
Setidaknya, Leiden menawarkan jejak-jejak literasi yang bisa menguak berapa lama  sebenarnya bangsa Indonesia di jajah, mengapa pengaruh budaya Belanda tak semasif budaya Jepang dan Korea yang padahal diketahui kabarnya bercokol selama 3,5 abad, apa penyebab Belanda begitu lama betah di Indonesia, dan berbagai kepingan sejarah lain yang mungkin saja sudah ditulis tetapi ternyata berbeda versi.Â
Sebagai motivasi, ada 7 (tujuh) hal menarik tentang Indonesia di Kota Leiden Belanda. 7 (tujuh) jejak sejarah Indonesia yang bisa menjadi alasan mengapa harus ke Leiden, seperti dikutip dari goodnewsfromindonesia.id:
1. Patung Doktor Pertama Indonesia di Universitas Leiden: Husein Djajadinigrat.
2. Tempat lahirnya organisasi perhimpunan Indonesia: Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging).
3. Bangunan tempat tinggal pelajar Indonesia : Jalan Noordeinde No. 32 tak jauh dar Universitas Leiden.
4. Museum Volkenkunde dan Ruang Koleksi Khusus Indonesia.
5. Gudang Ilmu tentang Indonesia: Perpustakaan di Universitas Leiden dan Koninklijk Instituut voor Taal en Volkenkunde (KITLV) atau Lembaga studi Asia Tenggara dan Karibia Kerajaan Belanda.
6. Puisi Indonesia di tembok jalanan: Aku karya Chairil Anwar, Serat Kalatidha karya Raden Ngabehi Ranggawarsita dan Penggalan Elong yang ditulis dalam bahasa Bugis.Â
7. Makam Irawan Soejono, Mahasiswa Indonesia Pahlawan Belanda.
Keterkaitan dan keterikatan sejarah secara psikologis mengikat dan mengaitkan secara emosional siapa pun orang Indonesia yang ingin kuliah, bekerja atau menetap di Leiden, Belanda. Hal yang paling menarik dari Leiden atau Belanda secara keseluruhan adalah kecenderungan budaya Indonesia mampu memengaruhi budaya Belanda. Tidak seperti ketika orang Indonesia mudah terpengaruh oleh budaya Jepang, Korea dan Amerika, yang dapat kita saksikan dan rasakan sekarang.Â
***
Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Leiden
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H