Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Untung Rugi Konser Impor dalam Bahaya Manipulasi Generasi Topping

8 Maret 2024   19:40 Diperbarui: 8 Maret 2024   19:43 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pxfuel/forbes/kompas.com

Singapura negara konser. Penyebutan ini merujuk pada tingkat keberhasilan negara Singapura dalam menyelenggarakan berbagai konser artis atau band mancanegara. Puncaknya terjadi saat konser Taylor Swift bertajuk The Eras Tour di Singapura yang sudah dimulai pada 2 Maret hingga 9 Maret 2024 esok hari. 

Keberhasilan suatu negara dalam menyelenggarakan konser impor indikatornya tidak  hanya ditinjau dari ludesnya tiket yang terjual. Indikator lain sebagai indikasi keberhasilan penyelengaraan konser adalah dampak pertumbuhan atau peningkatan ekonomi yang bisa dihasilkan dari berbagai sektor.

Indikator lain yang juga penting untuk menyatakan bahwa suatu konser dikatakan berhasil adalah terciptanya keamanan, ketertiban dan kenyamanan. Baik saat persiapan, selama berlangsungnya konser maupun setelah konser yang diselenggarakan selesai. 

Dengan meninjau tiga indikator yang terdiri dari tiket yang habis terjual, dampak pertumbuhan ekonomi dan 3K (keamanan, ketertiban dan kenyamanan), tingkat keberhasilan suatu konser sudah dapat diukur. Parameter ukurannya kemudian akan menjadi keuntungan-keuntungan yang didapat oleh negara penyelenggara konser impor antara lain:

1. Peningkatan pendapatan terutama pada sektor pariwisata seperti tiket pesawat, hotel, ritel, perjalanan dan kuliner.

2. Peningkatan pendapatan pajak bagi negara penyelenggara konser.

3. Semakin dikenalnya negara penyelenggara konser oleh negara-negara lain, baik aspek budaya, sosial, pendidikan, politik, hukum dan lainnya, yang bisa berimbas pariwisata yang berkelanjutan, investasi dan berbagai ajakan kerja sama.  

Tetapi konser The Eras Tour Taylor Swift kali ini meskipun tampak membawa banyak keuntungan bagi negara Singapura, tampaknya memberikan dampak kerugian pada negara-negara tetangganya. Pasalnya, diduga ada monopoli yang dilakukan dalam konser The Eras Tour yang hanya berlangsung di negara Singapura sehingga negara-negara tetangga tidak kebagian jatah konser sang diva internasional itu. 

Dampak dugaan monopoli konser itu tentu saja merugikan negara-negara tetangga secara ekonomi. Sebab negara-negara tetangga tersebut tidak kebagian keuntungan ekonomi dari sektor yang sama yang seharusnya bisa didapat bila Taylor Swift juga konser di negaranya. Kerugian semakin terlihat ketika sejumlah penduduk dari negara-negara itu melakukan perjalanan ke Singapura demi menyaksikan penyanyi kesayangan mereka. 

Untung rugi terselenggara atau tidak terselenggaranya konser impor di suatu negara cenderung mengarah pada satu bidang, yakni soal ekonomi. Lalu apakah konser impor yang dapat diselenggarakan di suatu negara cuma mendatangkan keuntungan terutama bidang ekonomi tanpa menimbulkan kerugian? 

Namun sebelum menjawab itu, untung rugi penyelenggaraan konser impor di suatu negara di era digitalisasi yang wajib diwaspadai dan perlu diantisipasi serius adalah kecenderungan akan adanya infiltrasi generasi topping yang coba memanfaatkan platform digital dan platform media sosial untuk mengambil keuntungan dari konser impor tersebut dengan cara melakukan manipulasi data, bisa melalui scam, pemalsuan tiket atau hal semacam itu. 

Publik tentu masih ingat akan penyelenggaraan konser Coldplay pada 15 November di Jakarta, yang tiketnya habis terjual dan sudah dibuka sejak jauh bulan sebelumnya, yaitu bulan Mei. Salah satu yang turut menjadi perhatian publik kala itu adalah adanya kasus penipuan tiket konser Coldplay yang dilakukan oleh seorang perempuan muda berusia 19 tahun. 

Tidak tanggung-tanggung, peredaran uang di rekening milik perempuan muda berusia 19 tahun atas penipuan yang dilakukannya itu, mencapai angka 30-40 miliar. Dikutip dari cnnindonesia.com, Kepala PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Ivan Yustiavananda, mengatakan "Kami mendeteksi besarnya perputaran uang di rekening yang bersangkutan hingga mendekati angka Rp40 miliar. Terbanyak diperoleh periode Mei-November 2023 hingga di atas Rp30 miliar".         

Bila ditelisik berdasar kronologi kasusnya dari berbagai berita daring, proses penipuan yang dilakukan oleh pelaku tidak terdeteksi sebagai bagian dari generasi topping. Sebab tidak terdapat informasi bahwa cara penipuan dilakukan dengan memanfaatkan konten yang disebarkan di berbagai platform digital dan platform media sosial. 

Meskipun begitu, dari sumber berita daring pula diketahui bahwa ternyata banyak penipuan tiket konser Coldplay lainnya terjadi. Juga pada konser-konser impor lain seperti konser Blackpink, yang beberapa diantaranya dilakukan dengan cara memanfaatkan konten melalui flatform digital atau media sosial. Hanya karena jumlah dan nominalnya yang terbilang kecil maka kasus penipuan tersebut tenggelam.  

Bahaya manipulasi generasi topping pada konser-konser impor tidak terbatas pada penipuan tiket konser walaupun sebagian besarnya tertuju pada tiket konser lantaran nilai ekonomis yang dapat diambil darinya teramat menggiurkan. Generasi topping  yang memiliki kecenderungan karakteristik manipulatif atau tergoda menjadi manipulatif dalam melakukan aktivitas di dalamnya demi mencapai tujuan, perlu diwaspadai dan diawasi, terutama bila menimbulkan ancaman terhadap kehormatan atau martabat bangsa dalam konteks konser impor.

Akhir kata, konser impor yang tergolong berhasil dan mendatangkan banyak keuntungan ekonomi bagi suatu negara yang menyelenggarakannya, juga tidak terlepas dari kerugian yang bisa diterimanya. Salah satu kerugian yang diterima atau dirasakan oleh suatu negara yang berhasil menyelenggarakan konser impor adalah tergerusnya perilaku sosial dan budaya yang selama ini telah mengakar dan menjadi ciri atau identitas bangsa. 

Faktanya, perilaku sosial dan budaya bangsa Indonesia secara perlahan telah dipengaruhi oleh budaya barat pada awalnya, lalu menyusul budaya Jepang dan Korea. Maka seperti yang sudah terlihat menggejala, banyak perilaku sosial dan budaya lokal atau nasional mulai meluntur, tidak bisa bertahan, serta tergerus oleh budaya global yang secara kasat mata dan masif dibawa oleh para artis dan band impor pada setiap konsernya. Waspadalah!  

Referensi

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20231121193207-12-1027247/ppatk-perputaran-uang-di-rekening-gischa-penipu-tiket-coldplay-rp40-m 

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun