Namun sebelum menjawab itu, untung rugi penyelenggaraan konser impor di suatu negara di era digitalisasi yang wajib diwaspadai dan perlu diantisipasi serius adalah kecenderungan akan adanya infiltrasi generasi topping yang coba memanfaatkan platform digital dan platform media sosial untuk mengambil keuntungan dari konser impor tersebut dengan cara melakukan manipulasi data, bisa melalui scam, pemalsuan tiket atau hal semacam itu.Â
Publik tentu masih ingat akan penyelenggaraan konser Coldplay pada 15 November di Jakarta, yang tiketnya habis terjual dan sudah dibuka sejak jauh bulan sebelumnya, yaitu bulan Mei. Salah satu yang turut menjadi perhatian publik kala itu adalah adanya kasus penipuan tiket konser Coldplay yang dilakukan oleh seorang perempuan muda berusia 19 tahun.Â
Tidak tanggung-tanggung, peredaran uang di rekening milik perempuan muda berusia 19 tahun atas penipuan yang dilakukannya itu, mencapai angka 30-40 miliar. Dikutip dari cnnindonesia.com, Kepala PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Ivan Yustiavananda, mengatakan "Kami mendeteksi besarnya perputaran uang di rekening yang bersangkutan hingga mendekati angka Rp40 miliar. Terbanyak diperoleh periode Mei-November 2023 hingga di atas Rp30 miliar". Â Â Â Â Â
Bila ditelisik berdasar kronologi kasusnya dari berbagai berita daring, proses penipuan yang dilakukan oleh pelaku tidak terdeteksi sebagai bagian dari generasi topping. Sebab tidak terdapat informasi bahwa cara penipuan dilakukan dengan memanfaatkan konten yang disebarkan di berbagai platform digital dan platform media sosial.Â
Meskipun begitu, dari sumber berita daring pula diketahui bahwa ternyata banyak penipuan tiket konser Coldplay lainnya terjadi. Juga pada konser-konser impor lain seperti konser Blackpink, yang beberapa diantaranya dilakukan dengan cara memanfaatkan konten melalui flatform digital atau media sosial. Hanya karena jumlah dan nominalnya yang terbilang kecil maka kasus penipuan tersebut tenggelam. Â
Bahaya manipulasi generasi topping pada konser-konser impor tidak terbatas pada penipuan tiket konser walaupun sebagian besarnya tertuju pada tiket konser lantaran nilai ekonomis yang dapat diambil darinya teramat menggiurkan. Generasi topping  yang memiliki kecenderungan karakteristik manipulatif atau tergoda menjadi manipulatif dalam melakukan aktivitas di dalamnya demi mencapai tujuan, perlu diwaspadai dan diawasi, terutama bila menimbulkan ancaman terhadap kehormatan atau martabat bangsa dalam konteks konser impor.
Akhir kata, konser impor yang tergolong berhasil dan mendatangkan banyak keuntungan ekonomi bagi suatu negara yang menyelenggarakannya, juga tidak terlepas dari kerugian yang bisa diterimanya. Salah satu kerugian yang diterima atau dirasakan oleh suatu negara yang berhasil menyelenggarakan konser impor adalah tergerusnya perilaku sosial dan budaya yang selama ini telah mengakar dan menjadi ciri atau identitas bangsa.Â
Faktanya, perilaku sosial dan budaya bangsa Indonesia secara perlahan telah dipengaruhi oleh budaya barat pada awalnya, lalu menyusul budaya Jepang dan Korea. Maka seperti yang sudah terlihat menggejala, banyak perilaku sosial dan budaya lokal atau nasional mulai meluntur, tidak bisa bertahan, serta tergerus oleh budaya global yang secara kasat mata dan masif dibawa oleh para artis dan band impor pada setiap konsernya. Waspadalah! Â
Referensi
 Â