Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Agelaste, Melawan Problematika Demokrasi Tanpa Hiburan dan Tawa

26 Februari 2024   19:41 Diperbarui: 27 Februari 2024   18:42 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu informasinya, salah satu tujuan Komeng maju ke parlemen adalah untuk memperjuangkan komedi dan profesi komedian dengan mengajukan penetapan hari komedi yang sudah pernah diajukan tetapi belum tembus.

Berangkat dari profesinya dan kepedulian akan budaya terutama seni akting dan lebih khusus komunitas komedi, Komeng mengajukan hari komedi di tanggal 27 September bertepatan dengan hari lahirnya komedian legendaris Indonesia, almarhum Bing Slamet.

Pada masanya, Bing Slamet adalah artis serba bisa. Ia dikenal sebagai musisi, aktor dan maestro lawak. Semuanya ia jalani berbarengan sehingga dirinya mampu menghibur dan membuat publik tertawa. Di sekira tahun 1942-1945, Bing Slamet dikabarkan pernah berkeliling Indonesia untuk menghibur para pejuang.

Maka seperti yang telah coba diungkapkan di atas tadi, dan selaras dengan apa yang ditulis oleh Madeline L'Engle dalam buku "A Ring of Endless Light", untuk sebuah kutipan yang berbunyi "A god laugh heals a lot of hurts  (tertawa menyembuhkan banyak rasa sakit), serta berdasarkan fakta sejarah, apa yang hendak dibangun Komeng bukan untuk mengarahkan dunia hiburan dan komedian (tawa) sebagai unsur penawar dan sekaligus obat dari dalam parlemen untuk mencegah dan menyembuhkan luka dan duka dari dalam panggung demokrasi.

Sebab nyatanya, apa yang bisa dilakukan oleh dunia hiburan dan tawa untuk problematika demokrasi adalah suara vokal yang mengkritisi melalui ruang-ruang seni berkomedi yang terkandung di dalam lawakan-lawakan yang disampaikan dari berbagai panggung dari luar panggung demokrasi.

Buktinya, sejumlah artis dan komedian yang pernah dan sedang berada di dalam parlemen hingga hari ini, tidak menunjukkan perlawanan atas masalah demokrasi yang terjadi dengan cara-cara menghibur atau membuat tawa. 

Malah latar belakang keartisan atau kemampuannya membuat publik tertawa nyaris terkubur di dalam parlemen.

Sebaliknya, yang memiliki kemampuan untuk melalukan perlawanan terhadap problematika demokrasi adalah kaum agelaste. 

Suatu kaum yang berpendirian bahwa kebenaran itu adalah sesuatu yang jelas dan tegas, sehingga dalam konteks kebalikan atas hiburan dan tawa, penghiburan dan tertawa tidak akan pernah mampu menjadi solusi atau pemecah masalah problematika demokrasi.

Agelaste, adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani yang artinya seseorang yang tak bisa tertawa atau yang tak mempunyai sense of humor. 

Agelaste menggambarkan sosok serius dan tidak main-main sehingga bagi para agelaste, tidak pernah ada candaan dalam kamus hidupnya saat berupaya memecahkan masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun