Dari keseluruhan isi film Dirty Vote, harus diakui bahwa pemilu bersih belum mampu diwujudkan bahkan masih jauh dari harapan. Padahal jika masing-masing kandidat dan tim pemenangannya mempunyai jiwa besar untuk berani mengatakan "Kami salah kami akan perbaiki segera" atau "Kami keliru kami akan luruskan secepat kilat", barangkali tak perlu ada tuduhan, fitnah, kebencian, serangan atau malah menghadirkan elektabilitas berbeda yang di luar dugaan.  Â
Sayangnya, dari sejak pelaksanaan pemilu dimulai hingga menjelang pencoblosan, tidak satu pun kandidat atau tim pemenangan berani berjiwa besar. Semua kandidat masing-masing berlaku defensif dan menolak mengakui apabila kandidat atau tim pemenangannya melakukan pelanggaran, kekeliruan atau kesalahan. Sepertinya, memang tidak ada jiwa besar dalam politik.Â
Oleh karena itu sebagai oase pengganti kebesaran jiwa, reportase dalam film dokumenter Dirty Vote oleh tiga pakar hukum tata negara yang terdiri dari Bivitri Susanti, Feri Amsari dan Zainal Arifin Mochtar layak diteriaki "Menyala Abangku" atas apa yang mereka lakukan untuk menuju demokrasi yang bersih, jujur dan adil.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H