Artinya, proses pinjaman dari DanaCita untuk membantu biaya pendidikan mahasiswa yang sedang mengalami kesulitan pembayaran, keamanannya telah dijamin, baik oleh pihak perusahaan pembiayaan fintech maupun pihak kampus itu sendiri. Sehingga jangan membayangkan mahasiswa galbay akan menerima tekanan, teror atau serangan dari debt collector.Â
Namun, yang patut diwaspada atas berita pemberian pinjaman bagi pembiayaan pendidikan mahasiswa di kampus adalah adanya kemungkinan infiltrasi dari berbagai pihak perusahaan pendanaan atau peminjam perorangan lainnya untuk berupaya mengambil celah dan memanfaatkan peluang yang sudah terbuka.
Infiltrasi yang dimaksud akan mengambil atau mencuri data mahasiswa yang terindeks dalam daftar mahasiswa yang belum mampu membayar atau menunggak biaya uang kuliah tunggal.
Kemudian data itu dimanfaatkan dengan teknik phising dan semacamnya atau dengan memberikan penawaran bantuan pinjaman tanpa bunga bahkan bantuan cuma-cuma dengan syarat dan ketentuan berlaku, yang ujungnya bukan tertolong, melainkan menimbulkan kerugian ganda.
Dampak bocornya data mahasiswa yang mengundang orang-orang menawarkan bantuan cuma-cuma tetapi dengan syarat dan ketentuan berlaku pada mahasiswa yang memiliki masalah pembayaran uang kuliah kelak memunculkan debt collector dalam bentuk lain.
Tetapi orang-orang yang memberikan bantuan cuma-cuma dengan dalih menolong ini sesungguhnya sedang berupaya menanam budi (kebaikan), yang kelak berharap balas jasa. Dalam konteks hutang budi inilah debt collector bertransformasi menjadi penjasab. Apa yang dimaksud penjasab?
Penjasab diambil dari kata "penagih jasa atas budi", maksudnya adalah orang yang melakukan tagihan berupa balas jasa kepada orang yang berhutang atas budi (kebaikan) yang diberikannya.
Penjasab bisa lebih berbahaya dari debt collector sebab selain menebar teror verbal, serangan fisik, mengancam nyawa seperti apa yang dilakukan oleh debt collector, penjasab seringkali meminta balas jasa dengan menyerahkan harga diri, kesucian atau kerja sama dalam perbuatan jahat.
Untuk menggambarkan bagaimana penjasab bisa lebih berbahaya dari debt collector, secara umum penjasab dapat ditemukan pada kasus-kasus berikut ini:
- Kasus-kasus anak perempuan di bawah umur harus menikah dengan laki-laki dengan usia yang jauh di atasnya demi melunasi hutang orangtua yang tak kunjung sanggup dibayar.
- Kasus-kasus perampasan kegadisan atau keperjakaan (kesucian) sebagai balas jasa atas bantuan atau pemberian yang dinilai setara sebagai budi (kebaikan), misal pemberian narkoba gratis bagi pecandu yang nanti pada kelanjutannya harus ditebus dengan mengorbankan tubuhnya. Â
- Pada kasus-kasus kriminal perkosaan, perampokan atau pembunuhan misalnya, ada temuan pada beberapa kasus dengan pelaku lebih dari satu orang, yang beberapa pelaku di antaranya hanya ikut melakukan karena ingin balas jasa atas kebaikan yang pernah diterimanya dari pelaku utama.
Demikian gambaran bahaya penjasab pada kasus-kasus umum yang pernah terjadi. Karenanya dengan berbekal data mahasiswa yang memiliki kesulitan ekonomi, bukan tidak mungkin orang-orang yang berniat membantu dalam tanda kutip mulai menebar pesona, mengintai dan mengincar mahasiswa lalu menawarkan atau memberikan bantuan (usaha menanam budi) yang sesungguhnya bukan budi kebaikan dan tidak cuma-cuma, tengah mencari mangsa.
Hingga sampai masanya nanti, mangsa-mangsa yang telah terperangkap akan didatangi oleh orang-orang itu sebagai penjasab. Oleh karenanya, bantuan yang dinilai sebagai budi (kebaikan) dan diberikan oleh orang-orang semacam yang bisa disebut heroik palsu, lantaran bantuannya hanya merupakan upaya untuk mendapatkan imbal balik atau balas jasa dalam bentuk yang diinginkan dari mahasiswa tersebut, sangat perlu diwaspadai.