Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sentralisator Pansos Politik di Generasi Topping

27 Desember 2023   19:30 Diperbarui: 28 Desember 2023   08:11 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak stiker, poster, spanduk atau baliho yang tampilannya tidak sekadar gambar atau foto sosok calegnya saja, melainkan menempatkan gambar atau foto sosok lain yang sudah memiliki status sosial tinggi. Tidak sedikit pula yang menambahkan deskripsi singkat yang mengkaitkan dirinya dengan gambar atau foto sosok berstatus sosial tinggi tersebut.

Akan tetapi tidak seperti pansos-pansos pada pemilu sebelumnya, di tahun politik ini upaya pansos bahkan cenderung mengarah pada satu sosok sentral. Sosok itu tidak lain dan tidak bukan adalah Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Dan selama tidak melanggar aturan kampanye pemilu serta sosok orang atau sekelompok orang yang dijadikan media pansos termasuk Jokowi, tidak merasa dirugikan atau lebih jauh tidak ada etika atau hukum yang dilanggar, cara pansos sah-sah saja untuk dilakukan.

Menurut Ade Alawi, Dewan Redaksi Media Group dalam artikelnya di portal berita daring mediaindonesia.com, yang berjudul "Pansos Politik", strategi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang mengusung putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesar Pangarep, sebagai 'Depok Pertama' alias  calon Wali Kota Depok adalah marketing pansos.  Pertanyaan yang muncul, apakah PSI menilai Kaesang Pangarep sebagai sosok yang memiliki citra sosial tinggi untuk dipanjat?

Pada konteks lain, Kaesang Pangarep barangkali bisa dikatakan sudah memiliki status sosial tinggi, yang sesungguhnya tidak terlepas pula dari bayang-bayang Jokowi, ayahnya. Tetapi tentang politik, Kaesang Pangarep jelas belum memiliki status sosial tinggi jika tidak boleh disebut tidak memilikinya. 

Artinya, strategi pansos yang dijalankan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sejatinya menjadikan Kaesang panjatan sosial perantara yang sebenarnya berujung pada sosok Jokowi. Apa buktinya?

Salah satu bukti jelas adalah bahwa Kaesang Pangarep putra bungsu Jokowi. Kalau bukan karena ada sosok Jokowi di baliknya, Kaesang Pangarep tentu bukanlah sosok berstatus sosial politik tinggi yang dapat dipanjat hingga diangkat sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tanpa proses kaderisasi hanya dalam waktu dua hari setelah jadi anggota.  

Bukti lain yang menunjukkan bahwa sentralisator pansos politik Partai Solidaritas Indonesia (PSI) adalah Jokowi yaitu deskripsi singkat yang tertera di hampir seluruh poster, spanduk atau baliho caleg-calegnya yang berbunyi 'Ikut Jokowi, Pilih PSI".

Bagi pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip) Nur Hidayat Sardini menilai klaim dukungan Jokowi dilakukan partai tertentu untuk meraup dukungan dari pemilu 2024, "Sesuai pengamatan saya, justru itu yang dinikmati PSI kan, dia memanfaatkan endorsement Pak Jokowi untuk kemenangan dia", tutur Nur Hidayat Sardini melalui sambungan telepon, Sabtu (9/12/2023), regional.kompas.com. 

Langkah politik Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang melakukan gerak cepat dalam mengambil alih minat Kaesang Pangarep untuk terjun ke dunia politik boleh dibilang sebagai strategi cerdas atau manuver politik yang tidak bisa dipandang sebelah mata, terlebih oleh Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan.

Tapi dalam bahasa lain, strategi cerdas atau manuver politik Partai Solidaritas Indonesia (PSI) adalah pansos politik dengan panjatan sosial sosok sentral seorang Jokowi melalui perantara sosok Kaesang Pangarep dan deksripsi singkat "Ikut Jokowi, Pilih PSI", meskipun tidak ada perkataan atau pernyataan Jokowi yang secara khusus atau personal akan memilih PSI di tengah isu penghianatan kecuali tentang netralitas pemilu. Bagi PSI, Kaesang Pangarep adalah representasi Jokowi untuk ikut pilih PSI.

Dengan demikian, selain kurang tepat rasanya bila Jokowi dikatakan sebagai endorsement, sebab tidak ada aktivitas promosi Jokowi untuk bertanggung jawab terhadap Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Jokowi lebih tepat disebut sosok pansos sentral karena sampai saat ini masih dianggap sebagai sosok yang mempunyai efek ekor jas dan efek bandwagon, yang akan mampu mengubah hasil peraihan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk menembus ambang batas dan lolos ke parlemen dengan cara mengangkat Kaesang Pangarep jadi Ketua Umum dan menebar deskripsi "Ikut Jokowi, Pilih PSI" sebagai unsur panjat sosialnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun