Semua itu sekarang dapat dibuktikan dengan bangunan-bangunan kolonial yang masih berdiri di Jakarta dan di berbagai wilayah serta kota lainnya dalam berbagai bentuk baik bangunan hunian, gereja, stasiun, sekolah, pusat pemerintahan, perkantoran, hotel maupun lainnya.
Contoh-contoh bangunan kolonial tersebut di antaranya, gedung balai Kota Batavia sekarang museum Fatahilah yang masih berdiri hingga kini. Rumah penguasa Belanda sekarang Gedung Arsip Nasional. Istana Merdeka, Istana Bogor, museum nasional dan bangunan kolonial lainnya.
Beberapa di antara bangunan kolonial Belanda juga dipengaruhi oleh arsitektur budaya Cina atau Tionghoa. Misalnya bangunan rumah-rumah di area pecinan, rumah-rumah ibadat atau klenteng, gedung Candra Naya dan lainnya.
Dari sekian banyak bangunan kolonial Belanda di antaranya telah mengalami pemugaran, bangunan lainnya masuk ke dalam konservasi, beberapa bangunan dinyatakan cagar budaya, dan sebagian lainnya hanya tersisa dalam dokumentasi.
Keseluruhan pemaparan informasi tentang bangunan kolonial Belanda ini sebagian besar tercantum dalam buku "Kompendium Sejarah Arsitektur" karya Ark. DR. Djauhari Sumintardja, Dipl., Bldg., SC., seorang pengajar yang memiliki dedikasi di bidang kajian sejarah arsitektur.
Kompendium Sejarah Arsitektur, sebuah buku ajar yang kabarnya telah dicetak ulang sampai 8 kali dengan penerbitan pertama (stensil) di tahun 1966 dan penerbitan kedua (cetak offset) tahun 1978 adalah salah satu buku rujukan sejarah arsitektur bagi banyak mahasiswa.
Buku Kompendium Sejarah Arsitektur diterbitkan oleh Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan Jl. Tamansari No. 84 Bandung yang dicetak pertama kali tahun 1978 tanpa ISBN.
Meskipun tanpa ISBN tetapi bukan berarti buku ini tidak berkualitas apalagi terkena dampak krisis ISBN, melainkan karena tahun terbit buku Kompendium Sejarah Arsitektur jauh lebih tua dibanding pemberian identifikasi ISBN yang baru dipercayakan kepada Perpusnas oleh International ISBN Agency di tahun 1986.
Kompendium Sejarah Arsitektur bukan sekadar buku yang bercerita tentang sejarah arsitektur melalui gambar-gambar bangunan arsitektur Nusantara yang di dalamnya termasuk arsitektur kolonial Belanda, melainkan tentang literasi yang didasarkan oleh perjalanan sebuah bangsa yang mengalami penindasan dan penderitaan, yang sekaligus bersama kondisi tersebut dipaksa menyaksikan kemegahan, kecerdasan, kemewahan, kehebatan, kesombongan dan kekejaman penjajah melalui bangunan-bangunan gaya Belanda yang berdiri hampir di pelosok wilayah dan kota-kota di Indonesia.
Dalam perspektif itu pulalah seharusnya Remco Vermeulen dalam tantangan Remco x Kompasiana sebagai kandidat Ph.D Universitas Erasmus Rotterdam, melihat dan menggali ruang dalam setiap bangunan kolonial Belanda yang masih eksis dan bertahan di Nusantara. Â Â
Referensi