Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Manusia-manusia Pengepul Suara

29 November 2023   18:02 Diperbarui: 30 November 2023   18:30 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Kotak Suara dari KPU. (Sumber gambar : DIDIE SW/KOMPAS.ID)

Manusia-manusia pengepul suara umumnya melakukan pendekatan dengan cara mengepul data diri atau meminta fotokopi identitas diri para pemilih atau pemilik suara sambil memberikan atau menjanjikan vote buying terlebih dahulu.

Seiring dengan penggunaan teknologi, cara manusia-manusia pengepul suara dalam mengepul data diri atau identitas diri sekarang menjadi lebih mudah dan efektif. Setiap data diri pemilih bisa langsung diregistrasi di aplikasi, pun identitas diri langsung difoto dan dimasukkan ke aplikasi.

Tetapi sepertinya, masing-masing manusia pengepul telah dibekali teknologi aplikasi pengepul data oleh kandidat pemilu, partai maupun timnya masing-masing sehingga kandidat pemilu, partai maupun timnya mempunyai database suara yang diprediksi akan mengalihkan suara kepadanya.

Malangnya, semua database suara yang teregistrasi di aplikasi tersebut ternyata belum tentu menjadi pemilih sang kandidat pemilu sebab pemilih sekarang sesungguhnya tidak bisa dipastikan bergantung pada vote buying. Mengapa ini bisa terjadi?

Karena faktanya vote buying tidak hanya datang dari satu kandidat pemilu. Contoh di satu lokasi TPS suatu daerah terdapat manusia-manusia pengepul yang sudah mulai berlomba-lomba mengepul suara pemilih.

Sampai hari ini di daerah tersebut informasinya, satu suara pemilih sudah diperebutkan oleh tiga hingga lima pengepul suara dari kandidat pemilu, partai maupun tim yang berbeda. Pemilih yang diperebutkan tentu saja masih sebatas mengepul data dengan vote buying berupa minyak, beras, sembako atau uang. 

Untungnya bagi pemilih, aplikasi atau sistem data konvensional masing-masing manusia pengepul suara sepertinya tidak saling terkoneksi sehingga berapapun vote buying diterima oleh pemilih, tidak akan terjadi bentrok data atau masalah.

Di sisi lain, ada rumor bahwa data pemilih yang sudah masuk ke aplikasi atau sistem konvensional oleh para manusia pengepul suara dimanfaatkan untuk mengambil keuntungan sendiri. Caranya adalah dengan membagikan barang-barang vote buying tidak sesuai dengan janji di awal.

Rumor tersebut memang memiliki kecenderungan bahwa para pengepul suara mengambil keuntungan atas barang-barang yang sudah diterima dari kandidat pemilu dengan mengurangi jumlah yang dibagikan atau mengurangi item barang yang dibagikan.

Tetapi juga tidak menutup kemungkinan bahwa vote buying yang dijanjikan ternyata memang tidak ditepati 100% oleh para kandidat pemilu, bukan oleh manusia pengepul suara.

Inilah perlunya kita waspada terhadap 'pink campaign'. Bagaimana janji-janji kampanye akan ditepati bila belum terpilih saja kandidat pemilu berani mengingkari vote buying yang dijanjikannya.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun