Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menguak Tabir Warisan Tak Benda

6 November 2023   18:27 Diperbarui: 7 November 2023   09:53 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka bicaralah, tegakkan atau diam  dalam sepakat kebenaran! Sebab Tuhan meminta agar manusia jangan menyembunyikan kebenaran padahal menyadarinya.

Lantas buat apa mempertanyakan siapa yang menciptakan agama-agama yang diwariskan, yang justru bisa menjadi kalimat tanya provokatif saat dipertanyakan. Bukankah yang seharusnya dipertanyakan adalah mengapa segala bentuk warisan tak benda disalaharti dan disalahgunakan?

Tuhan tidak menciptakan manusia sama, serupa, seagama, sebangsa, setanah air agar manusia berpikir. Kemudian hasil proses berpikirnya direalisasikan dalam segala tindakan positif, yang baik dan benar agar setiap perbedaan yang ada dipertemukan dalam wujud kedamaian. Ingat kedamaian!

Sebab selama bentuk kerukunan yang dibungkus oleh bahasa apapun dinarasikan atau digaungkan oleh kepentingan tertentu selain kedamaian untuk mensejahterakan, maka norma atau nilai-nilai kebaikan yang datangnya dari warisan terlebih warisan tak benda akan ditunjuk hidung sebagai biang kerok cerai berainya persatuan dan kesatuan.

Tengok saja kebijakan-kebijakan yang diambil dalam bidang penanaman modal asing, ekonomi, kemanusiaan, sosial, budaya, hukum, politik atau bidang lainnya oleh Negara, yang tentunya bersumber dari Undang-Undang, Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan sumber konstitusi lainnya, apakah sudah menghasilkan kedamaian (keadilan) atau kesejahteraan serentak? Tidak.

Dalam perspektif warisan tak benda, yang seharusnya disepakati adalah kesamaan kebaikannya, keserupaan akan wujud kedamaian dan kemampuannya menghasilkan kesejahteraan merata yang serentak, tapi faktanya seringkali dimanfaatkan oleh berbagai kepentingan sebagai kambing hitam.

Ketika negara lain sudah mulai menabung atau menginvestasi untuk bekal memajukan peradaban dengan kemampuan dari dan/atau kantong sendiri, kita masih berkutat di bantuan, impor dan warisan hutang. Lalu lagi-lagi menyalahkan kambing hitam warisan tak benda sebagai sumber kegagalan.          

Tidak ada yang salah dengan warisan. Untuk hal tertentu terutama kedamaian dan kesejahteraan, warisan tak benda adalah penyumbang terbaik negara ini. Kita hanya butuh berpikiran sama tentangnya. Berpikir dan kemudian bertindak untuk menggunakannya dengan cara-cara yang benar, bijak dan bertanggungjawab, tidak serakah, adil, tidak sewenang-wenang, untuk menuju kedamaian dan kesejahteraan.  

Kelak di masa depan bahkan sejak ribuan tahun lalu selama cara-cara batil dan tidak bertanggungjawab, serakah, tidak adil, sewenang-wenang, zalim masih digunakan, termasuk menyalaharti dan menyalahgunakan warisan tak benda---pasukan perang, pedang, busur panah, bom, senjata, peluru atau rudal sepertinya tak akan berhenti jadi pilihan terakhir bagi rakyat dalam upaya membela diri dari penindasan yang berkuasa.  

Mau damai? Jas Biru! JAngan Sekali-kali BIkin seteRU!

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun