Green Campaign atau kampanye hijau dinarasikan terkait isu kondisi lingkungan yang sudah jauh lebih dahulu digemakan melalui narasi go green atau go green campaign.
Kampanye go green adalah salah satu jenis kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai penurunan kondisi lingkungan dan mengajarkan pada masyarakat mengenai perilaku penghijauan.
Go green sendiri merupakan himbauan, anjuran atau jika boleh disebut keharusan melakukan aksi hijau dengan cara berupaya mengubah gaya hidup menjadi lebih ramah lingkungan yang dimulai dari diri sendiri.
Sejak go green campaign digulirkan oleh banyak komunitas di dunia, termasuk oleh organisasi internasional Greenpeace yang berkampanye untuk perlindungan lingkungan secara keseluruhan.
Gerakan go green kemudian didukung oleh masyarakat dunia melalui program SDGs (Sustainable Development Goals) yang disepakati oleh 190 negara dan disahkan melalui sidang umum PBB.
SDGs selanjutnya menjadi acuan atau panduan masyarakat dunia dalam melaksanakan dan mencapai pembangunan berkelanjutan, yang dalam bahasa Kompasiana digemakan lewat kata "Lestari". Lalu apa keterkaitan green campaign, go green, go green campaign, program SDGs dan Visi Misi capres cawapres?
Ketika ajakan makan siang istana disambut oleh Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, Presiden Jokowi kemudian menyelipkan pesan ajakan pemilu damai, kampanye positif, adu gagasan dan program keesokan harinya dalam suatu kunjungan.
Merespon ajakan tersebut, siapakah capres yang bisa menerjemahkan dan menerapkan pesan ajakan Presiden Joko Widodo pada masa kampanye di 28 November 2023 sampai dengan 10 Februari 2024?
Pesan pemilu damai, kampanye positif, adu gagasan dan program dapat dikemas dalam satu paket kampanye yang mampu merepresentasikan semua itu.
Merujuk pada go green campaign dan program tujuan pembangunan berkelanjutan, maka satu kemasan paket kampanye yang mampu merepresentasikan pemilu damai, kampanye positif, adu gagasan dan program adalah dengan menerjemahkan dan menerapkan melalui politik green campaign atau kampanye hijau politik.
Kampanye hijau politik atau singat saja kampanye hijau (green campaign) adalah gerakan aksi damai yang dilakukan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing untuk mendapatkan dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara dengan mengusung gagasan dan program yang mengandung unsur penyelamatan lingkungan secara global dan pembangunan berkelanjutan.
Jadi kampanye positif melalui narasi kampanye hijau merupakan gerakan aksi damai dengan unsur penyelamatan lingkungan secara global seperti kepedulian pada pemanasan global, emisi karbon, kerusakan hutan, pembuangan sampah, perubahan iklim, penggunaan plastik, konservasi mangrove dan lain sebagainya.
Penyelamatan lingkungan global lalu berkorelasi dengan program pembangunan berkelanjutan yang kemudian disebut SDGs. Maka selain membawa pesan dan peduli akan kondisi lingkungan, kampanye juga harus memiliki visi misi pembangunan yang berkelanjutan. Â Â
Namun ketika melihat dan coba menganalisa visi misi yang diusung masing-masing paslon, dari ketiga visi misi pasangan calon, sepertinya hanya visi misi Ganjar Mahfud "Menuju Indonesia Unggul: Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari", yang makna tersuratnya bisa langsung menyentuh program pembangunan berkelanjutan.
Walapun demikian, sentuhan visi Ganjar Mahfud yang memunculkan kata "Lestari", sebenarnya cenderung sempit makna. Sebab terbentur oleh batasan dunia kelautan (maritim).
Sementara visi misi kedua paslon lainnya bukan saja tidak menyuratkan makna, melainkan juga memiliki kecenderungan tidak menyiratkan makna akan penyelamatan lingkungan maupun pembangunan berkelanjutan yang harusnya bisa langsung terbaca dari kalimat visi misinya.
Visi Anies Baswedan Muahaimin Iskandar yang mengusung "Indonesia Adil Makmur untuk Semua" merupakan sebaris kalimat umum yang sudah seringkali dikumandangkan oleh berbagai elemen pemerintah, organisasi partai, tokoh-tokoh bangsa melalui berbagai media yang sumbernya bisa didapat dari undang-undang dan literatur lainnya. Visi terlalu umum.
Sedang pasangan calon Prabowo Subianto Gibran Rakabuming Raka yang mengusung visi "Bersama Indonesia Maju, Menuju Indonesia Emas 2045", memang mengandung makna yang jelas terukur lewat kata maju, emas dan 2045. Tapi pertanyaan penting yang mungkin akan muncul, siapa yang akan melanjutkan visi mereka?
Visi tersebut memiliki kecenderungan menggantung karena faktanya, jika paslon menang atau terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden hingga 2 (dua) periode sekalipun, 2024-2029 sampai 2029-2034, masih 10 (sepuluh) tahun lagi ke 2024 untuk bisa menuju target Indonesia Emas. Kecuali seluruh Masyarakat sepakat akan arah Indonesia Emas yang dimaksud seperti sepakatnya program Sustainable Development Goals oleh Masyarakat dunia yang ditargetkan sampai tahun 2030. Â
Dari analisa singkat atas visi ketiga paslon, tidak ada ada visi yang secara tepat, langsung terbaca maupun tersirat untuk mendukung, menggagas, memprogram dan menerapkan penyelamatan kondisi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan dari visi kalimat yang mereka usung.
Artinya, tingkat kehijauan visi paslon belum dapat terdeteksi nyata hanya dengan membaca, merefleksi, menilai atau menganalisa lewat bahasa tulis mereka. Kita tunggu lewat bahasa verbal mereka nanti pada masa kampanye!
Kampanye siapa lebih damai, lebih hijau, lebih go green, dan lebih berkelanjutan? Yang pasti jika pemilu atau kampanye mau berjalan damai ada satu cara yang bisa dilakukan, yaitu "Jas Biru", JAngan Sekali-kali BIkin seteRU!
Referensi
http://www.ocw.upc.ac.id > files > slide-CPS201-C...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H