Bagi saya pribadi yang baru genap setahun menulis di Kompasiana di November nanti, dari seratus lebih artikel yang sudah tayang, rasanya belum ada satu pun artikel yang memberi manfaat praktis nyata bagi pembaca. Apalagi nyaris tak ada artikel tip, resep masakan atau pengetahuan praktis lainnya yang saya tulis.
Dua hari lalu saya coba tayangkan sebuah artikel yang menurut saya bisa menjadi informasi yang akan bermanfaat bagi orang banyak terutama para orang tua yang sedang memperjuangkan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak tercintanya agar terbebas dari kondisi stunting. Â
Namun, artikel berjudul "Kukira Kau Stunting" yang saya posting pagi itu, ternyata turun dari "Topik Pilihan" bertopik 'Atasi Krisis Pangan dari Rumah' dalam hitungan jam. Topik tersebut merupakan"Topik Pilihan" kolaborasi Kompasiana dengan Kompasianer Repa Kustipia, yang kabarnya masuk nominasi kategori 'paling lestari'. Â
Saya sudah menduga apa alasan mimin Kompasiana menurunkan artikel "Kukira Kau Stunting" yang tadinya sempat tayang sekira 2 setengah jam di "Topik Pilihan" di bawah Artikel Kompasianer Totok Siswantara berjudul "Gendon Membawaku ke Jakarta", tiba-tiba hengkang dan menghilang.
Yang pasti, pengalaman pembatalan artikel "Kukira Kau Stunting" di Topik Pilihan" memberi petunjuk bahwa Kompasiana ternyata begitu penuh perhatian pada saya. Tapi, ini jangan-jangan saya yang dianggap baperan, bucin, gagal move on dan ...plin-plan menentukan kategori topik. Ah! Gas Pol...nulis terus. Tulis dulu aja. Â
Artikel-artikel saya sejak kurang dari setahun lalu, bulan lalu, minggu lalu, kemarin lusa, belum terdeteksi memberikan manfaat praktis nyata buat orang lain meskipun sudah ada sekira 18 kata atau istilah baru---protologisme  yang sedang berenang, mendaki dan terbang untuk meraih posisi neologisme, yang coba saya lahirkan melalui bedah caesar.
Merujuk pada proses melahirkan yang lebih penuh risiko ketimbang proses melahirkan normal, sebuah kata atau istilah baru yang dibentuk untuk menjadi bagian dari morfologi yang mestinya memiliki asal-usul, alasan, arah tujuan dan/atau seluk beluknya ketimbang kata atau istilah yang dibentuk hanya karena dipelesetkan atau sebab viral. Â
Namun begitu, ada sebuah artikel saya di Kompasiana yang berubah jadi artikelhero. Memberikan manfaat nyata tapi masih sebatas untuk diri sendiri. Saya sebut artikelhero sebab artikel tersebut menyelamatkan hidup saya. Serius? Kok bisa?
Begini ceritanya, suatu hari tetiba istri saya bertanya melalui pesan whatapps, menanyakan di mana logam mulia yang pernah diberikannya kepada saya. Masih disimpan atau sudah dijual?
Logam mulia tersebut bahkan beratnya tidak sampai 1 (satu) gram, yang rencananya akan menjadi tabungan kami dengan cara lain.
Sebab menabung dalam bentuk uang membuat kami selalu tergoda untuk mengambilnya lagi dan lagi. Terlebih ketika kebutuhan mendesak memaksa kami untuk mengambil tabungan yang tidak pernah bertahan lebih dari tiga bulan.