Tahukah Anda bahwa apapun pilihan yang sudah direncanakan bahkan dengan matang atas informasi yang sudah dikantongi terkait elektabilitas seorang caleg yang hendak Anda pilih, bisa berubah hanya sekian detik ketika Anda berada di bilik suara?
Bilik suara bisa mengubah segalanya. Salah satu hal logis yang bisa menjelaskan adalah momen belanja ke pasar atau ke supermarket. Ketika Anda pergi ke sebuah pasar atau supermarket hendak membeli kebutuhan sehari-hari, beraneka kebutuhan yang Anda inginkan biasanya telah ditulis dalam catatan atau daftar belanja di agenda handphone. Tetapi faktanya, saat belanja di pasar atau supermarket orang seringkali membeli segala kebutuhan di luar catatan atau rencananya, termasuk Anda bukan?
Perubahan pembelian barang belanja di luar daftar belanja bisa terjadi karena tergiur oleh merek, promosi, potongan harga, produk dalam catatan yang dinilai buruk saat melihat produk terbaru langsung diganti, atau alasan lainnya.
Lebih menggiurkan lagi misalkan ada seseorang yang bersedia memberikan semua daftar belanja Anda secara gratis, dan meskipun dengan syarat tertentu biasanya Anda akan setuju dengan syaratnya selama itu bukan jebakan. Kondisi seperti itulah yang bisa terjadi pada para pemilih di bilik suara.
Tidak ada yang benar-benar bisa menjamin bahwa seorang pemilih akan menentukan pilihan berdasar atas segala pertimbangan rekam jejak, popularitas, program, visi dan misi atau nilai lebih seorang caleg.
Pilih caleg ibarat Anda mencatatkan belanjaan ke dalam daftar belanja, tetapi saat tiba di pasar atau supermarket, barang belanjaan yang Anda beli tidak bisa dipastikan sesuai dengan daftarnya. Itu pula yang akan terjadi pada para pemilih di bilik suara ketika dihadapkan pada banyak pilihan gambar atau foto, tulisan atau lambang partai yang tampil di lembar kertas surat suara yang akan dipilih.
Memang perlu ada yang menguji atau meneliti sebab pendapat ini hanya berdasar asumsi dan analogi. Tetapi bila merujuk pada ilmu psikologi, kencenderungannya sangat mungkin terjadi. Otak manusia sangat berpotensi untuk menentukan pilihan berdasarkan kesukaan pada apa yang dilihat ketimbang pada informasi yang disimpannya. Sehingga otak akan lebih memilih pada bentuk, simbol, warna, gambar, foto atau image yang dibentuk oleh penglihatan daripada keterangan, cerita, informasi, persuasi atau image yang dibentuk oleh pendengaran.
Itulah salah satu aspek psikologis yang dapat memengaruhi perubahan pilihan caleg di bilik suara. Apalagi diketahui bahwa surat suara pemilu caleg memiliki banyak pilihan, sangat berbeda dengan surat suara pada pemilihan gubernur atau presiden yang hanya terdiri dari dua sampai tiga pasangan calon. Pada aspek ini caleg yang memiliki keuntungan adalah mereka yang datang dari kalangan selebriti atau tokoh ternama.
Aspek lain yang dapat memengaruhi perubahan pilihan di bilik suara adalah serangan fajar. Seperti diketahui, serangan fajar yang dimaksud adalah praktik 'klientelisme elektoral' sebagai distribusi imbalan material kepada pemilih saat pemilu saja. Yaitu imbalan berupa uang, sembako atau barang rumah tangga. Terutama saat-saat menjelang pelaksanaan ketika pemilih masuk ke dalam bilik suara. Namun, biasanya serangan fajar hanya menyasar untuk para pemilih yang mengambang (swing voter).Â
Hal lainnya yang bisa mengubah pilihan adalah dunia irasional atau hal mistis. Percaya atau tidak, dunia mistis di negara +62 hingga saat ini masih digunakan oleh banyak caleg untuk memenuhi hasrat kemenangannya. Tetapi hal ini adalah segala sesuatu yang terjadi di luar nalar manusia. Tidak masuk logika. Tapi intinya, dengan segala kegaiban, sihir, ilusi dan/atau manipulasi yang tak dapat dijelaskan secara logis, seorang pemilih bisa mengubah pilihan yang sudah tersimpan diotaknya begitu saja. Lantas apa hubungan semua itu dengan pengaruh dua detik di kesan pertama?