Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Blink, Pengaruh Dua Detik Dikesan Pertama Tentukan Pilihan Cerdas di Bilik Suara

10 Oktober 2023   04:13 Diperbarui: 10 Oktober 2023   05:48 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Cover buku Blink/GPU.ID

Tahukah Anda bahwa apapun pilihan yang sudah direncanakan bahkan dengan matang atas informasi yang sudah dikantongi terkait elektabilitas seorang caleg yang hendak Anda pilih, bisa berubah hanya sekian detik ketika Anda berada di bilik suara?

Bilik suara bisa mengubah segalanya. Salah satu hal logis yang bisa menjelaskan adalah momen belanja ke pasar atau ke supermarket. Ketika Anda pergi ke sebuah pasar atau supermarket hendak membeli kebutuhan sehari-hari, beraneka kebutuhan yang Anda inginkan biasanya telah ditulis dalam catatan atau daftar belanja di agenda handphone. Tetapi faktanya, saat belanja di pasar atau supermarket orang seringkali membeli segala kebutuhan di luar catatan atau rencananya, termasuk Anda bukan?

Perubahan pembelian barang belanja di luar daftar belanja bisa terjadi karena tergiur oleh merek, promosi, potongan harga, produk dalam catatan yang dinilai buruk saat melihat produk terbaru langsung diganti, atau alasan lainnya.

Lebih menggiurkan lagi misalkan ada seseorang yang bersedia memberikan semua daftar belanja Anda secara gratis, dan meskipun dengan syarat tertentu biasanya Anda akan setuju dengan syaratnya selama itu bukan jebakan. Kondisi seperti itulah yang bisa terjadi pada para pemilih di bilik suara.

Tidak ada yang benar-benar bisa menjamin bahwa seorang pemilih akan menentukan pilihan berdasar atas segala pertimbangan rekam jejak, popularitas, program, visi dan misi atau nilai lebih seorang caleg.

Pilih caleg ibarat Anda mencatatkan belanjaan ke dalam daftar belanja, tetapi saat tiba di pasar atau supermarket, barang belanjaan yang Anda beli tidak bisa dipastikan sesuai dengan daftarnya. Itu pula yang akan terjadi pada para pemilih di bilik suara ketika dihadapkan pada banyak pilihan gambar atau foto, tulisan atau lambang partai yang tampil di lembar kertas surat suara yang akan dipilih.

Memang perlu ada yang menguji atau meneliti sebab pendapat ini hanya berdasar asumsi dan analogi. Tetapi bila merujuk pada ilmu psikologi, kencenderungannya sangat mungkin terjadi. Otak manusia sangat berpotensi untuk menentukan pilihan berdasarkan kesukaan pada apa yang dilihat ketimbang pada informasi yang disimpannya. Sehingga otak akan lebih memilih pada bentuk, simbol, warna, gambar, foto atau image yang dibentuk oleh penglihatan daripada keterangan, cerita, informasi, persuasi atau image yang dibentuk oleh pendengaran.

Itulah salah satu aspek psikologis yang dapat memengaruhi perubahan pilihan caleg di bilik suara. Apalagi diketahui bahwa surat suara pemilu caleg memiliki banyak pilihan, sangat berbeda dengan surat suara pada pemilihan gubernur atau presiden yang hanya terdiri dari dua sampai tiga pasangan calon. Pada aspek ini caleg yang memiliki keuntungan adalah mereka yang datang dari kalangan selebriti atau tokoh ternama.

Aspek lain yang dapat memengaruhi perubahan pilihan di bilik suara adalah serangan fajar. Seperti diketahui, serangan fajar yang dimaksud adalah praktik 'klientelisme elektoral' sebagai distribusi imbalan material kepada pemilih saat pemilu saja. Yaitu imbalan berupa uang, sembako atau barang rumah tangga. Terutama saat-saat menjelang pelaksanaan ketika pemilih masuk ke dalam bilik suara. Namun, biasanya serangan fajar hanya menyasar untuk para pemilih yang mengambang (swing voter). 

Hal lainnya yang bisa mengubah pilihan adalah dunia irasional atau hal mistis. Percaya atau tidak, dunia mistis di negara +62 hingga saat ini masih digunakan oleh banyak caleg untuk memenuhi hasrat kemenangannya. Tetapi hal ini adalah segala sesuatu yang terjadi di luar nalar manusia. Tidak masuk logika. Tapi intinya, dengan segala kegaiban, sihir, ilusi dan/atau manipulasi yang tak dapat dijelaskan secara logis, seorang pemilih bisa mengubah pilihan yang sudah tersimpan diotaknya begitu saja. Lantas apa hubungan semua itu dengan pengaruh dua detik di kesan pertama?

Dua detik di kesan pertama yang dimaksud dalam memilih caleg adalah kemampuan pemilih dalam menilai potensi politik, kompetensi politik, mental politik dan tujuan politik seorang caleg yang baru dikenal atau disaksikannya pertama kali dalam sekejap mata. Dengan kata lain, pemilih mempunyai kemampuan menilai perilaku, sikap atau kepribadian politik caleg secara keseluruhan hanya dalam dua detik di kesan pertama tanpa berpikir.

Akan tetapi kemampuan dua detik tanpa berpikir, yang diperkenalkan oleh Malcolm Gladwell sebagai 'blink patut dipertanyakan bukan saja karena akan sangat sulit menemukan seseorang dengan kemampuan seperti itu. Apalagi berharap seluruh pemilih suara di Indonesia memiliki kemampuan demikian.

Iya, kemampuan berpikir tanpa berpikir atau 'blink' bisa menjadi salah satu rujukan pilih caleg di bilik suara secara cerdas. Tetapi tentu saja tidak banyak orang yang memiliki kemampuan 'blink'. Bayangkan, kemampuan berpikir tanpa berpikir!

Ibarat Anda diminta menilai rasa bakso tapi yang disuguhkan semangkuk mie ayam tanpa ada baksonya, dan ternyata Anda dapat merasakan tekstur, kelembutan bahan, rasa, aroma dan kelezatan rasa bakso seperti ada bakso sesungguhnya yang Anda kunyah. Bukankah ini sama saja dengan perbuatan seorang ilusionis yang sedang memengaruhi seorang audiens, dan ujung-ujungnya perbuatan itu setara dengan dunia gaib, sihir atau mistis.  

Sebagai pengetahuan, 'blink' cukup dapat diandalkan untuk menguraikan argumentasi secara ilmiah untuk cerita tentang ketidakaslian sebuah patung Getty Kouros di pembuka buku karya Malclom Gladwell. Tetapi rasanya tidak akan berarti dalam menilai sosok caleg karena selain tidak semua suara pemilih memiliki kemampuan 'blink', faktanya, para legislatif yang sudah terpilih dan menjalankan roda pemerintahan terbukti selalu ada saja yang berulah, bermasalah hingga berakhir bui.    

Walaupun sangat sedikit yang memiliki kemampuan 'blink', seperti seorang kepala museum di antara para kurator yang mengatakan patung Getty Kouros asli, setiap orang memiliki bekal dasar kemampuan 'blink', yakni 'intuisi'. Sehingga pengaruh dua detik di kesan pertama ketika pemilih melihat caleg tetap memiliki potensi realisasi. Setiap orang hanya perlu fokus untuk mengasah intuisinya.  

 

Referensi  

https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20230911-bentuk-bentuk-serangan-fajar-yang-lazim-dibagikan-saat-pemilu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun