Kabarnya, jargon 'ashiap' yang bermula dari selingan keisengan (intermeso) dalam vlog Atta, dan kini mulai ditinggalkan adalah bagian dari konten-konten yang turut melambungkan namanya serta menjelmakan dirinya menjadi salah seorang mikro selebriti. Jargon 'ashiap' menurut informasi daring, dilontarkan iseng berdasar inisial nama depannya, 'A' dan kata siap. Jargon ashiap lalu ditiru oleh orang-orang di jagat maya dan dunia nyata.
Kalau dulu sebelum era internet, jargon yang mengganda, diikuti dan terus menyebar dapat diakibatkan oleh efek 'getok tular' atau 'womm' (word-of-mouth marketing) untuk merujuk pada segala bentuk strategi pemasaran kata yang dipengaruhi atau didorong secara aktif  agar mengganda, ditiru dan terus menyebar. Sekarang strategi tersebut bisa jauh lebih efektif dengan bantuan 'jempol tular' atau 'tot' (touch of thumb).
Banyak konten berisi selingan kata penggebrak, yel-yel, jargon, frasa kejut atau apapun bentuknya yang bisa disebut sebagai salam pembuka, sisipan konten dan/atau penutup yang secara sengaja diperkenalkan atau spontan diucapkan dalam konteks selingan keisengan (intermeso)---pada produk-produk konten yang dibuat. Mengapa dari sekian banyak intermeso yang bertebaran di berbagai platform digital dan media sosial, jargon 'bercyandya' dari Abigail Manurung viral?
Tidak ada formula pasti yang mampu menentukan bentuk intermeso apapun dalam sebuah konten menjadi viral, sebab banyak faktor yang memengaruhinya. Namun berbagai hasil riset bisa membantu untuk dijadikan rujukan dan mengetahui faktor apa saja yang membuat sebuah konten viral dibanding konten lainnya.
Salah satunya adalah hasil riset Profesor Jonah Berger, di Wharton School di University of Pennsylvania, seorang pakar perubahan, promosi dari mulut ke mulut, pemasaran viral, pengaruh sosial dan bagaimana produk, ide dan perilaku menarik perhatian. Melalui buku 'Contagious: Why Things Catch On'Â hasil karyanya, ia menyebutkan enam prinsip pokok yang disebut STEPPS yang membuat segala sesuatu populer (viral).
Enam pinsip pokok tersebut terdiri dari Mata Uang Sosial (Sosial Currency), Pemicu (Triggers), Emosi (Emotion), Umum (Public), Nilai Praktis (Practical Value) dan Cerita (Story). Hasil riset lainnya mengatakan bahwa faktor motivasi sosial dan respon emosional bisa memengaruhi sebuah konten menjadi viral.
Sementara menurut Malcolm Gladwell penulis buku 'The Tipping Point' menyebutkan bahwa faktor yang ikut memengaruhi keberhasilan penggandaan, peniruan dan penyebaran (viralnya) sebuah konten (virus produk, ide atau perilaku) adalah para penyebar virus (konten) terdiri dari tiga kelompok penting yaitu penghubung, ahli dan tenaga penjualan.
Viral merupakan sebuah istilah yang terhubung dengan konten dan berbagai platform media daring, yang pertama kali diperkenalkan oleh Douglas Rushkoff. Bahwa virus media atau media viral yang menjelaskan sebagai salah satu jenis Kuda Troya: 'orang-orang ditipu agar meneruskan agenda tersembunyi ketika meneruskan konten menarik'.
Lebih dalam, alasan mendasar penularan produk, ide dan perilaku yang merupakan bagian dari satuan makna pranata budaya yang diteruskan dari generasi ke generasi diistilahkan sebagai meme. Sebuah istilah sosial budaya yang identik dengan gen, dan diciptakan oleh Richard Dawkins pada tahun 1976 dalam bukunya 'The Selfish Gene'. Sehingga meme merupakan unsur peniruan yang melekat pada produk, ide dan perilaku yang menempel dalam sebuah konten.
Berdasarkan semua uraian tersebut, yang dibutuhkan oleh penggandaan, peniruan dan penyebaran suatu produk, ide atau perilaku menjadi viral di platform digital atau media sosial adalah adanya ruang pencerminan, ruang peniruan, ruang imitasi yang ajaib atau magical mirroring chamber. Â Dan keberadaan atau eksistensi sebuah konten itu sendiri merupakan mirroring chamber.Â
Maka alasan jargon bercyandya Abigail Manurung viral adalah karena intermeso dalam konten yang dibuat oleh salah satu youtuber ketika Abigail diwawancara terkait pengalamannya masuk Universitas Gadjah Mada, mampu menjelmakan konten tersebut menjadi magical mirroring chamber.Â