Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rumah Impian: Hadiah Pernikahan yang Menunggu Acc Sang Maha Pengasih dan Penyayang

7 Februari 2023   10:24 Diperbarui: 7 Februari 2023   10:54 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada ulang tahun pernikahan kami yang ke 3, satu tahun lalu, hadiah pernikahan itu ia terima dengan suka cita. Hadiah pernikahan sederhana yang terdiri dari beberapa makanan ringan dan kebutuhan perawatan tubuh yang disusun rapi dalam sebuah kemasan parcel nan apik. Tetapi sebenarnya saya tahu apa yang sangat ia inginkan.

Sejak ia menyadari betapa pentingnya dukungan lingkungan dan fasilitas rumah tinggal dalam tumbuh kembang anak, keinginannya memiliki rumah tinggal sendiri layak huni terus ia utarakan dalam setiap diskusi kami. Terlebih bila mengingat kondisi putra kami yang super aktif, dan kondisi rumah peninggalan orang tua saya yang sudah tidak layak huni.

Iya. Kami masih menumpang di rumah milik bersama peninggalan orang tua saya. Namun rumah itu sesungguhnya sudah tidak layak huni dari berbagai aspek. Baik kebersihan, kesehatan, kenyamanan, keamanan maupun aspek lingkungannya.

Rumah itu cukup luas dengan delapan ruang. Tiga di antaranya kamar tidur. Tetapi hanya satu kamar tidur dan satu ruang yang masih layak digunakan. Itu pun setelah kami renovasi sekitar dua tahun lalu. Bukan kami tidak bersyukur tetapi setiap keluarga ingin kehidupan lebih baik yang sejahtera. Rumah peninggalan itu tentu saja bukan bagian dari kesejahteraan kami. Sebab rumah itu masih milik bersama dan sudah masuk kategori tidak layak huni.  

Hampir setiap waktu kami mengeluh tentang serangga, kecoa dan tikus yang tak berhenti mengganggu kenyamanan. Nyaris tiap musim hujan kami mengeluhkan kebocoran dan kebanjiran. Lalu di musim kemarau kami mengeluh panas yang luar biasa meskipun kipas angin listrik sudah terpasang. Belum lagi rangka atap dan plafon yang terancam ambruk lantaran sudah rapuh termakan rayap. Sementara untuk merenovasi, masalah biaya seperti dua tahun lalu ketika kami merenovasi satu kamar tidur dan satu ruang saja sudah jadi kendala, apalagi merenovasi rumah seluas itu.  

Tahun ini, niat hati sangat ingin memberi istri saya hadiah pernikahan sebuah rumah tinggal kepadanya. Keinginan yang hampir pasti sama diinginkan oleh setiap pasangan yang baru menjalani pernikahan. Memasuki ulang tahun pernikahan kami yang ke 4, keinginan itu masih tetap sama; sebuah rumah tinggal layak huni milik sendiri.  

Tidak berbeda dari sejak pertama kali kami menelusuri jalan-jalan di sekitar Parung-Bogor untuk mencari rumah bersubsidi layak huni yang bisa kami cicil. Walau sampai pada akhirnya, pencarian kami terbentur dengan kenyataan bahwa masa kerja yang saya punya tidak bisa memenuhi kriteria minimal tenor cicilan yang ditawarkan. Keinginan untuk memiliki rumah tinggal sendiri layak huni terus saya patri di hati.       

Setiap pasangan pasti punya perjalanannya masing-masing hingga tiba di pernikahan, bertemu di peraduan dan berjalan bersama ke tujuan.  Tetapi tidak semua pasangan dipertemukan Sang Maha Pengasih dan Penyayang dengan membawa banyak bekal atau kemapanan. Bahkan beberapa di antaranya bertemu dari titik zero. Kemudian berupaya bersama untuk mencapai puncak hero.

Sebuah pernikahan terjadi atas kehendak Sang Maha. Pernikahan adalah modal dan bekal awal sepasang insan untuk meraih kebahagiaan bersama melalui komitmen, keabsahan dan nyali dalam memprediksi masa depan. Dari sinilah keyakinan bersama di pupuk dengan saling percaya, saling mengingatkan dan saling menguatkan.

Tidak ada yang tidak mungkin sejak saya memutuskan untuk menikahinya. Apalagi ketika ia memilih saya untuk memastikan dirinya bahwa saya mampu membawanya meraih kebahagiaan dan mewujudkan impiannya. Maka bersamanya, saya memupuk keyakinan bahwa tahun ini Sang Maha Pengasih dan Penyayang akan memberikan kami rumah tinggal sendiri layak huni lewat caraNya.

Keyakinan yang pernah saya pupuk dan terbukti terealisasi. Keyakinan yang justru terealisasi ketika saya sudah hampir menyerah berharap kepadanya. Berharap dirinya akan menerima saya sebagai suami di ujung ketidakmungkinan mengingat jauhnya perbedaan usia kami, 23 tahun. Jika bukan karena kehendakNya mana mungkin pernikahan itu terjadi. Oleh karena, gadis yang mau menikahi laki-laki dengan perbedaan usia sedemikian jauh tanpa kemapanan mempelai laki-lakinya adalah kemustahilan.

Anugerah kedua atas keyakinan yang saya pupuk, saya terima saat kelahiran putra kami. Dua keyakinan yang teralisasi atas istri dan anak merupakan dua anugerah yang sampai hari ini bagi saya masih terasa mimpi. Sebab dengan kondisi fisik dan kesehatan serta latar belakang trauma atas penolakan yang berulang kali pernah saya terima, dua anugerah itu hingga setahun sebelum menikah, saya prediksi tidak akan saya alami dan miliki.

Namun dengan keyakinan yang saya pupuk dua anugerah itu akhirnya saya terima, dan kini saya yakini akan mengundang dan mendatangkan anugerah lainnya, termasuk rumah tinggal layak huni milik sendiri untuk kami.

Kami sudah berupaya, saya sudah mencoba mendapatkannya dengan kemampuan yang saya bisa, doa pun sudah kami panjatkan. Bahkan kedekatan saya dengan segala hal yang berkaitan dengan rumah dalam pekerjaan, saya tulis dalam artikel berjudul, 'Mirronis, Ketika Kedekatan Belum Mampu Mewujudkan Harapan Jadi Nyata'. Pun sudah saya masukan dalam lis resolusi di tahun 2023. 

Hukum tabur tuai, tanam panen dan aksi reaksi dalam keyakinan spiritual tentu jauh lebih dahsyat dari representasi 'the secret' dengan hukum tarik-menariknya yang tampak begitu sederhana; meminta, meyakini dan menerima. Karenanya, dengan semua dukungan semesta yang ada, upaya dan selaksa doa, dengan segenap keyakinan, saya percaya rumah tinggal layak huni impian kami tinggal menunggu acc dari Sang Maha Pengasih dan Penyayang sang pemilik alam semesta. Allah subhanahu Wa Ta'ala pasti segerakan acc-nya tahun ini. Kemudian saya persembahkan untuk hadiah pernikahan kami. Aamiin.  

               

               

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun