Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosialaba: Memanfaatkan Kedermawanan Lewat Buka Donasi atau Mengemis Online

13 Januari 2023   17:23 Diperbarui: 13 Januari 2023   17:33 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keluar dari makna atau keliru persepsi boleh jadi, sebab penggalangan dana bantuan di ruang publik yang tak memiliki batasan semestinya tidak dilakukan langsung oleh orang yang membutuhkan bantuan. Perbuatan meminta bantuan langsung oleh orang yang bersangkutan tentu identik dengan mengemis. Dan apabila merujuk kepada perundang-undangan maka donasi atau penggalangan dana di ruang publik seharusnya dilakukan setelah mengantongi izin.  

Beralih pada mengemis online, sepertinya kurang tepat disebut sebagai pengemis online jika yang diminta bukan berupa uang atau barang meskipun ujung-ujungnya tetap akan bermuara dalam bentuk uang atau barang. Mereka yang melakukan aksi live streaming dengan meminta gift, saweran koin atau stiker dengan memberikan timbal balik aksi guyur air, mandi lumpur atau lainnya tentu tidak mau mengakui aksinya adalah mengemis.

Faktanya, setiap kreator konten memang membutuhkan apresiasi atau penilai (rater) yang beraneka ragam bentuk mulai dari subscribe, view, like, taplove, follow, share, komentar dan lainnya. Lalu semua penilaian yang diberikan oleh penilai (rater) atas konten dan akun sang kreator konten akan mengakumulasi ketentuan pemenuhan persyaratan bagi akun seorang kreator konten dalam mendapatkan penghasilan. Bedanya, dalam aksi live streaming, penilaian yang diberikan para penilai (rater) bisa segera diuangkan.

Oleh karena itu, jika semua yang meminta penilaian apa pun di jalur online disebut pengemis online, kita semua (kreator konten) yang meminta penilaian atas konten yang dibuat adalah pengemis online. Lalu apakah munculnya fitur gift pada aplikasi media sosial justru akan menguatkan persepsi bahwa semua kreator konten adalah pengemis online?

Sebelum memberikan predikat itu, sekilas cermati dulu kisah seorang streamer di Twitch yang dikenal dengan nama Asian Andy. Pria ini adalah seorang 'sleep streamer' yang berhasil mendapatkan 16.000 dolar AS (223 juta) hanya dalam satu malam. Cara kerja streaming video di Twitch tersebut kemudian banyak ditiru oleh platform media sosial lainnya. Termasuk platform media sosial tiktok.

Cara Andy mendapatkan uang terbilang konyol. Dia menggunakan fitur perubah pesan dari penonton menjadi perintah suara untuk asisten pintar Alexa, yang memungkinkan para penonton memerintah Alexa untuk meniru suara-suara yang dapat mengganggu atau mengusik tidur Andy. Tetapi sebagai balasannya dia akan mendapat reward atau saweran berupa stiker dari penonton. Stiker tersebut nantinya dapat ditukar menjadi uang betulan. Apa bedanya dengan live streaming guyur air, mandi lumpur atau lainnya?

Seperti buka donasi, akan menjadi berbeda ketika penyampaiannya dilakukan langsung oleh orang yang bersangkutan di ruang publik, bukan kelompok (perkumpulan, badan, instansi, lembaga, organisasi), tidak mengantongi izin resmi, aktivitas live streaming dengan mengeksploitasi orang lain (lansia, anak-anak, kemiskinan) dengan cara tidak beradab bisa disebut sebagai konten penyimpangan etika, moral, norma atau nilai lainnya, jika tidak tepat disebut sebagai pengemis online.

Dalam konteks upaya meningkatkan rating (rater) untuk mencapai penilaian maksimal, aksi live streaming yang menabrak etika, moral atau nilai lainnya dapat masuk kategori konten sensasi atau kontroversi yang seringkali mampu menempati posisi trending atau viral. Bagaimana dengan konten yang kita buat? Apakah konten kita tidak sekadar kejar tayang, tidak menabrak aturan, etika, moral, norma atau nilai lainnya?     

Pada dasarnya, buka donasi atau mengemis online (meminta-minta sedekah di internet seperti posting pesan dengan mencantumkan nomor rekening dengan isi minta bantuan keuangan dengan alasan tidak bekerja, belum makan sekian hari dan alasan lainnya) merupakan aktivitas dalam rangka menarik simpati dan menggugah empati para dermawan di negara kita, yang menurut data masih menempati urutan teratas di dunia dalam hal kedermawanan.

Upaya menarik simpati dan menggugah empati para dermawan lewat buka donasi atau mengemis online sesungguhnya merupakan bagian dari aktivitas sosial yang tidak selalu berjalan natural atau tidak melulu berorientasi non profit. Sebab sebagian besar aktivitas sosial di jalur internet justru cenderung berorientasi mencari keuntungan atau mengambil manfaat.

Demi mendefinisikan makna aktivitas sosial keluar dari bias yang terus berkembang, sosialaba hadir untuk memberi batasan pendefinisian berdasar orientasinya dan sekaligus menunjukkan bahwa memanfaatkan kedermawanan lewat aksi buka donasi yang tidak bisa memenuhi kriteria pemaknaan dan peraturannya, dan mengemis online yang dikemas pada materi kreator konten dalam konteks aktivitas sosial adalah sosialaba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun