Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Netralizen, Mencari dan Menemukan Sosok Pemersatu Bangsa di Dunia Digital

4 Januari 2023   09:42 Diperbarui: 4 Januari 2023   09:53 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seandainya temuan tersebut benar adanya, semestinya menjadi kabar baik jika anggaran untuk membiayai aktivitas digital yang melibatkan influencer dan buzzer digunakan juga untuk tujuan melakukan netralisir terhadap perseteruan, permusuhan, adu domba, pecah belah, isu SARA, intoleransi, ujaran kebencian atau segala konflik yang terjadi di internet. Tetapi faktanya, satu perkara itu belum terbukti kebenarannya, sehingga perkara lain tidak berkorelasi.

Meskipun demikian, untuk mempersatukan bangsa di era serba digital tidaklah mudah. Sejauh bermunculannya perseteruan, permusuhan, adu domba, pecah belah, isu SARA, intoleransi, ujaran kebencian atau konflik lainnya di dunia digital, belum ada satu pun tokoh atau kelompok yang tampak mampu menetralisasi konflik-konflik yang terjadi. Mengapa netralisasi? Mengapa bukan pemersatu?

Mempersatukan segala hal yang berbeda saja tingkat kesulitannya luar biasa, terlebih mempersatukan perbedaan disaat perbedaan tersebut diduga yang menjadi pemicu terjadinya konflik. Oleh karenanya, langkah awal yang dibutuhkan dalam setiap konflik yang terjadi adalah kemampuan menetralisasi. Dengan konsep netralitas, perseteruan, permusuhan, adu domba, pecah belah, isu SARA, intoleransi, ujaran kebencian atau setiap konflik yang terjadi dapat diredam, diurai atau dinetralkan. Tapi siapa yang bisa melakukannya?

Kita bisa menyebut orang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan mengembalikan kondisi perseteruan, permusuhan, adu domba, pecah belah, isu SARA, intoleransi, ujaran kebencian dan konflik-konflik lainnya ke posisi netral sebagai netralis. Orang atau kelompok ini akan berbuat layaknya netralizer yang dibuat untuk memperbaiki kualitas air dalam kolam.

Namun kemampuan orang atau kelompok ini haruslah yang memiliki kemauan melakukannya dengan hati nurani, atas dasar empati, kemanusiaan, nasionalisme atau nilai positif lainnya. Sehingga tidak muncul satu pun alasan yang bisa menjadi celah kritik bagi mereka yang dinertralkan. 

Untuk melakukan perbuatan semulia itu, tentunya tidak mungkin bisa dilakukan oleh wanita cantik dan seksi pemersatu bangsa yang mampu menyatukan 'bangsa pria, yang telah memberikan predikat penyematan itu dengan dan karena sensualitas.

Perbuatan mulia itu juga sepertinya tidak bisa dilakukan oleh influencer apalagi buzzer. Sebab dapat diduga, mereka justru bisa ikut memicu konflik yang terjadi semakin meruncing dan menyebar. Akhirnya kita hanya bisa berharap pada kemunculan para netralis atau bisa disebut juga netralisator, dan dalam lingkup digital akan kita sebut netralizen. Kita tunggu saja siapa sosok-sosok yang kelak memiliki kemampuan ini dan layak disebut netralizen!

Referensi              

Abdulqadirz. 2022. "Mengapa Cewek Seksi Disebut Pemersatu Bangsa?, https://www.kaskus.co.id/thread/61e88926dedc2c25bc66a0bd/mengapa-cewek-seksi-disebut-pemersatu-bangsa/, diakses pada 17 Desember 2022 pukul 15.24

Aisyah, Novia. 2022. "7 Alat Pemersatu Bangsa Indonesia, Apa Saja yang Perlu Diketahui?", https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5995363/7-alat-pemersatu-bangsa-indonesia-apa-saja-yang-perlu-diketahui, diakses pada tanggal 16 Desember 2022 pukul 17.54

Cnnindonesia. 2021. "Khabib Ingin Hapus Tradisi Ring Girl di MMA", https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20210825103942-178-685016/khabib-ingin-hapus-tradisi-ring-girl-di-mma, diakses pada tanggal 16 Desember 2022 pukul 18.03

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun