Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sosialita 'Ngelaba atau Sosialaba 'Ngelita

2 Desember 2022   16:59 Diperbarui: 23 Februari 2023   15:31 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup di masa kini sepertinya tak bisa lepas dari kata sosial dan turunannya. Setelah berisiknya mulai terdengar berbisik, topik pamer kemewahan yang tampil lewat konten di berbagai platform media sosial maupun program acara televisi agak teredam gaungnya.   

Redamnya topik pamer kemewahan bukan karena tidak ada lagi konten-konten pamer kemewahan yang tersaji, melainkan wabahnya telah mulai mereda. Selaras dengan sebuah ciri dari cara berpikir eksponensial yang digemakan oleh Prof. Rhenald Kasali, bahwa segala sesuatu yang tiba-tiba bergerak cepat dan melejit, akan segera melambat dan jatuhnya cepat pula. Itulah yang terjadi pada topik pamer kemewahan.

Tetapi tentu saja kehidupan pamer kemewahan oleh individu atau kelompok yang disebut sosialita masih berlanjut.  Terlebih, sosialita telah dikenal sebagai individu atau kelompok yang sering datang ke event gaya hidup dengan berbagai atribut kemewahan, kumpul-kumpul kelas atas yang juga tak lepas dari kegiatan ngelaba. 

Aktivitas para sosialita sekarang tentunya tidak terpisah dari aktualisasi diri atau kelompok sosialitanya, yang ditunjukkan ke publik lewat unggahan konten di media sosial. Contohnya, ada salah satu yang disebut-sebut sebagai kelompok sosialita sempat viral dan diundang ke acara televisi Brownis yang dipandu Ivan Gunawan dan Ruben Onsu, di Trans TV.

Dalam tiap kegiatan arisan, kumpul atau kongkonya, apalagi yang dilakukan para sosialita jika bukan berujung ngelaba. Itu juga yang tampak terjadi pada program acara Brownis yang dalam unggahan potongan di youtubenya, diberi judul 'Sosialita Bandung Disepelein sama Netizen Nih| Best Moment Brownis'. Lantas apa yang dimaksud ngelaba?

Ngelaba bukan NGErumpi LewAt BAnyolan seperti yang dipopulerkan oleh grup lawak Patrio pada acara televisi komedi yang tayang lebih dari satu dekade sejak tahun 1995. Ngelaba di sini dimaksudkan sebagai NGErumpi LewAt BAngga diri.

Faktanya, seiring perkembangan yang terjadi, makna sosialita memang telah kehilangan substansi kesosialannya dan mengalami pergeseran bila kita tak mau menyebutnya perubahan. Sosialita menjelma dalam stigma berbangga diri atas kemewahan. Namun konotasi tersebut tidak sepenuhnya benar, sebab masih ada mutiara di gunung pasir. Masih ada sosialita yang berkegiatan tanpa menghilangkan makna kesosialannya.  

Selanjutnya, yang patut diwaspadai adalah bila ngelaba diartikan sebagai NGElakuin sosiaLABA. Karena itu berarti bahwa sosialita ngelaba adalah sosialita ngelakuin sosialaba. Jika demikian, apa jadinya? Sebab bila seorang sosialita mendanai pergaulan elit atau pamer kemewahannya dengan dana yang ditarik dari kegiatan sosial, hal yang pasti terjadi adalah timbulnya kerugian bagi pihak lain.

Apakah sosialita ngelaba sama dengan sosialaba ngelita?   

Pada sekira tahun 1997, seorang teman Sekolah Menengah Pertama (SMP) merekrut saya untuk masuk sebuah negara dalam negara. Barangkali tepatnya sebuah organisasi, yang menurut argumentasi saya sekarang, tidak lebih dari kelompok bisnis berkonsep skema fonzi dan kebangsaan berkedok religi. Salah satu kegiatan yang dilakukan di dalamnya adalah ngelita alias ngelilit anggota.

Kegiatan ngelilit anggota dimulai dari mencari dan berupaya menarik anggota dengan menawarkan keuntungan-keuntungan yang bisa diraih oleh anggota baru. Tawaran keuntungannya berkonsep skema fonzi dan kebangsaan. Namun tidak lupa, setiap anggota baru diwajibkan membayar keanggotaan rutin yang dikemas dengan beragam istilah seperti pajak, zakat, infak, iuran, sedekah atau lainnya.

Konsep skema fonzi yang disimulasikan kepada saya jika berhasil merekrut anggota baru bukan berupa uang. Selain karena kewajiban rutin membayar keanggotaan yang dikemas dengan beragam istilah tadi tidak disebut sebagai investasi, melainkan sebagai tabungan pahala yang lagi-lagi seperti pada umumnya kelompok-kelompok berkedok religi, keuntungan yang ditawarkan tidak lain dan tidak bukan adalah surga. Skema fonzi yang ditawarkan berupa kedudukan dalam sebuah struktur yang mirip sebuah negara.

Seorang anggota yang dapat merekrut anggota baru dalam jumlah terentu akan diangkat menjadi perangkat pemerintahan, mulai dari ketua RT, ketua RW, lurah dan seterusnya. Oleh karena kelompok bisnis yang juga berkonsep kebangsaan ini memiliki struktur organisasi dari tingkat presiden hingga desa.

Apakah kelompok bisnis berkonsep skema fonzi dan kebangsaan itu bisa disebut sosialaba? Bisnis bukan kegiatan sosial akan tetapi jika organisasi yang saya argumentasikan sebagai kelompok bisnis tersebut melakukan kegiatan-kegiatan sosial dalam mencari keuntungan, tentu saja kelompok bisnis itu sosialaba. 

Informasi yang coba saya sampaikan tentang organisasi yang saya argumentasikan sebagai kelompok bisnis di sini adalah cara mereka dalam melakukan kegiatan ngelita  atau ngelilit anggota. Cara yang mereka lakukan bahkan lebih cerlik (cerdik, licik dan tengik) jika tidak pantas dibilang cerdas, daripada cara para pemasar pinjaman online ilegal.

Aktivitas sosialaba ngelilit anggota punya maksud dan tujuan yang tidak lain adalah mengumpulkan sebanyak-banyaknya orang yang berpotensi memberikan manfaat atau keuntungan baginya.

Umumnya, aktivitas ngelilit anggota dalam upaya menarik sebanyak-banyaknya anggota untuk kemudian mengambil manfaat atau mengeruk keuntungan dari anggotanya, bisa berhasil jika dilakukan dengan  menggunakan alasan sekaligus tawaran insentif yang beraroma religi.

Kasus yang bisa menjadi acuan dalam merepresentasikan aktivitas tersebut dapat kita saksikan pada beberapa konten story teller para youtuber lewat kasus-kasus terkait religisiositas yang diceritakan dari berbagai belahan dunia. Apakah kasus Aksi Cepat Tanggap (ACT) termasuk salah satunya?

Akhirnya, dan lagi-lagi patut diwaspadai adalah bila ngelita diartikan sebagai NGElakuin sosiaLITA. Ini berarti sosialaba ngelita adalah sosialaba ngelakuin sosialita. Bagaimana jadinya? Tentunya memalukan. Ujungnya sama, menimbulkan kerugian bagi pihak lain.

Jadi kesimpulannya, sosialita ngelaba atau sosialaba ngelita adalah sama. Menimbulkan kerugian bagi pihak lain sehingga sama-sama patut diwaspadai.

Referensi

                   

Falah, Sunan Amiruddin D. 2022. "Sosialaba", https://www.kompasiana.com/sunanamiruddin5274/637af6df08a8b57be7041402/sosialaba, diakses pada tanggal 2 Desember 2022 pukul 12.53

Septina, Dian. 2021. "Viral Geng Arisan Sosialita Emak-emak Sosialita Berbaju Macan: Kita Iuran Paling Sedikit Rp 5 Juta", https://www.kompas.tv/article/141602/viral-geng-arisan-emak-emak-sosialita-berbaju-macan-kita-iuran-paling-sedikit-rp-5-juta, diakses pada tanggal 1 Desember 2022 pukul 18.22

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun