Sekira beberapa tahun lalu, di media sosial beredar informasi tentang seorang motivator ternama yang menyatakan pensiun dari profesinya sebagai motivator di televisi. Meskipun begitu, informasi lanjutan beredar kemudian. Sang motivator tetap melakukan motivasi kepada orang-orang melalui media sosial. Informasi ini seakan hendak menunjukkan bahwa motivator tidak terikat pada profesi atau pekerjaannya.
Sebagian besar dari kita barangkali pernah mengikuti sesi pengembangan diri dengan nara sumber seorang motivator. Baik melalui seminar, workshop, pelatihan, mentoring, coaching, counseling maupun lewat beragam acara prospek bisnis Multi Level Marketing (MLM) atau bisnis lainnya. Pada tiap sesi pengembangan diri itu para motivator mentransfer kemampuan, pengalaman, ilmu pengetahuan, trik dan trip, program, strategi, teknik atau dengan apapun formula keahlian dibidang yang dikuasainya. Apa yang kita dapat dari transfer formula keahlian sang motivator?
Sederhananya, setelah mengikuti sesi pengembangan diri kita mendapatkan motivasi, inspirasi atau semangat luar biasa untuk meraih keberhasilan (sukses) dengan mengikuti petunjuk sang motivator. Umumnya, formula yang kita dapat  dari motivator adalah arahan teori dan praktek dengan nilai-nilai positif (baik dan benar pada ukuran tertentu); aksi positif, proses positif dan hasil positif. Bahkan sebagian besar motivator cenderung memotivasi dengan menggunakan teori berpikir positif.
Salah satu teori yang sering digunakan oleh para motivator adalah teori yang dicetus oleh Dr. Norman Vincent Peale, dan teori-teori positif lainnya yang didukung hasil penelitian para ilmuwan. Contoh referensi atau sumber literatur terkait yang kerap dikutip oleh para motivator adalah hasil penelitian Dr. Masaru Emoto pada partikel kristal air. Semua teori-teori tersebut menggiring akalbudi (mindset) kita ke dalam positifitas formula sukses (keberhasilan) yang niscaya.
Namun seiring perkembangan dan pertumbuhan era digital yang telah merubah wajah peradaban dunia hampir disemua bidang kehidupan manusia, tanpa terkecuali orang-orang yang telah lama hidup pada dunia realitas. Dunia non realitas yang terlahir membuat semua orang, mau tidak mau, mengalami pergeseran (shifting) atau perubahan (disrupsi) sikap dan perilaku, dan memunculkan banyak hal baru yang membuat profesi atau pekerjaan motivator telah mati (baca : penyebutan motivator sebagai profesi atau pekerjaan adalah keliru) Â
Dunia baru ini juga membuka cakrawala berpikir rasional kita dari apa yang selama ini dideskripsikan oleh para motivator, bahwa seolah keberhasilan (pencapaian) setiap orang dapat diraih hanya dalam postulat positifitas. Dalam hal ini positifitas dimaksudkan sebagai segala bentuk tindakan, pandangan dan pikiran yang berpusat pada nilai-nilai positif. Tetapi fakta sebenarnya, keberhasilan (pencapaian) juga bisa diraih dengan cara sebaliknya. Â
Ada sebuah quote yang barangkali agak mengganggu cara berpikir positif kita, quote itu berbunyi, "Saya tidak ingin menjadi baik. Saya akan menjadi hebat". Quote ini menunjukkan bahwa orang tidak harus selalu menggunakan proses dengan cara berpikir, berada di jalur dan bertindak positif untuk mencapai harapan atau tujuannya. Quote tersebut bahkan lebih ekstrem dari paparan Mark Manson. Faktanya, quote tersebut terucap dari seorang pemimpin Kartel Medellin dari Kolombia. Salah satu bandar narkoba terkaya di dunia; Pablo Escobar.Â
Sukses (pencapaian hasil) adalah kata yang memiliki makna netral. Jika disamakan dengan istilah lain, sukses sama dengan berhasil. Kesuksesan atau keberhasilan (pencapaian) sangat dekat dengan kepopuleran (terkenal). Dalam bahasa Inggris, kata populer atau terkenal memiliki dua persamaan istilah lain, yaitu famous dan notorious. Namun famous dan notorious berbeda pengertian.
Famous berarti terkenal karena hal-hal baik, dan notorious sebaliknya yaitu terkenal bukan dengan cara yang baik. Maka ketika seseorang disebut famous (terkenal) berarti orang tersebut terkenal karena hal-hal yang baik, dan notorious kebalikannya, yaitu terkenal tapi bukan dengan cara yang baik. Bagaimana dengan sukses? Sukses tidak memiliki istilah lain yang maknanya berlawanan. Namun realitanya, orang-orang dapat meraih sukses atau keberhasilan dari hal-hal positif juga negatif, baik juga buruk atau benar juga salah.
Sejauh ini tendesi pola pikir penilaian ukuran sukses dari tiap pembahasan topik oleh para motivator berfokus pada kuantitas hasil. Sedangkan pembahasan prosesnya hanya berpusat pada postulat positifitas.
Dalam dunia sepak bola ada istilah 'yang penting golnya bung'. Karena setiap gol yang tercipta akan menentukan hasil akhir, kemenangan. Jadi yang utama adalah menang (hasil; kuantitas) dengan tidak memperhitungkan (kualitas) bagaimana gol tercipta, statistik pertandingan, tim mana bermain apik, kontroversi keputusan wasit, skill atau drama para pemain di lapangan dan proses lainnya selama pertandingan berlangsung. Jadi yang terpenting adalah hasilnya (golnya dan kemenangan).