Mohon tunggu...
sumi yati
sumi yati Mohon Tunggu... Guru

Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kado dari CNTQ, Goresan Tinta Guru MAN 3 Bantul

26 November 2023   04:44 Diperbarui: 26 November 2023   05:38 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menjadi seorang guru bisa menjadi momentum yang indah. Jika itu digoreskan dalam sebuah tulisan maka momentum indah itu akan abadi sepanjang masa. Seperti tulisan guru Rachmat Okta Ariyanto seperti di bawah ini. 

                                                                                                         Kado dari CNTQ
                                                                                                   Rachmat Okta Ariyanto

 

Namaku Okta, guru MAN 3 Bantul yang terlahir di Surabaya. Empat tahun setelah kelahiranku, terjadi pergolakan besar di Indonesia. Kota Surabaya juga ikut bergejolak. Kantornya bos ayahku ikut dibakar oleh orang-orang tidak bertanggung jawab. Akhirnya, ayahku membawaku pindah ke Klaten

Aku tumbuh dan dibesarkan di Klaten. Aku mulai mengikuti sekolah formal di SDN 2 Bulan. Memang nama SD-ku unik, jika dibaca sekilas orang akan mengira aku hanya bersekolah SD selama 2 bulan. Padahal, Bulan di nama SD-ku itu menunjuk ke nama tempat, yaitu Desa Bulan.

Mulai di SD inilah bakat dan potensiku di matematika muncul. Aku dipercaya oleh sekolah untuk mengikuti olimpiade matematika tingkat kecamatan, Hasilnya, aku berhasil meraih peringkat 8 dari sekian banyak peserta yang ikut. Walaupun tidak bisa lanjut ke tingkat berikutnya, hal itu membuatku mulai senang dengan matematika hingga akhirnya kuliah di jurusan matematika.

Setelah belasan tahun dibesarkan di Klaten, aku akhirnya memberanikan diri untuk merantau. Pada seleksi CPNS tahun 2018, aku memilih formasi di Provinsi DIY. Alhamdulillah, tanpa disangka aku berhasil lolos dan ditempatkan di MAN 3 Bantul mulai Bulan Mei tahun 2019. Karena masuk di akhir tahun pelajaran, maka aku masih harus menunggu sekitar dua bulan untuk mulai mengajar di kelas, Rasanya sangat senang bertemu dengan siswa-siswi MAN 3 Bantul yang memiliki sikap ketawadhu'an luar biasa terhadap guru.

Pada awal tahun 2020, aku ditunjuk menjadi wali kelas X Mipa 2 sementara untuk menggantikan Bu Isma yang sedang cuti sakit. Karena sudah kenal dengan siswa-siswinya, maka aku dengan senang hati melaksanakan tugas tersebut. Siswa-siswi X Mipa 2 memang lebih bisa dikondisikan daripada siswa-siswi kelas X yang lain.

Salah satu tugas wali kelas adalah mendampingi siswa dalam pengajian kelas. Saat itu, pengajian kelas dilaksanakan di rumah salah satu siswi X Mipa 2 yang bernama Isnaini, tepatnya di Desa Timbulharjo. Aku berangkat bersama siswa-siswi dari madrasah. Di tengah perjalanan, aku terpisah dengan rombongan mereka. Karena bukan orang asli Bantul, aku pun kebingungan dan sempat tersesat. Akhirnya, aku gunakan google maps dan bertanya pada orang yang aku temui di jalan. Akhirnya sampai juga di rumah Isna.

Sekitar dua bulan aku jadi wali kelas X MIPA 2, badai Covid-19 mulai memasuki Indonesia, tepatnya di Bulan Maret. Pihak madrasah akhirnya memutuskan agar sementara siswa-siswi belajar dari rumah. Keputusan itu aku sampaikan di grup kelas X MIPA 2. Mereka merespon dengan girang atas adanya kabar tersebut.

Awalnya siswa-siswi diminta untuk belajar di rumah selama 2 minggu. Namun, keputusan belajar di rumah ternyata terus-menerus diperpanjang karena Covid-19 semakin menyebar kemana-mana. Siswa-siswi yang awalnya senang belajar di rumah akhirnya mengeluh juga. Mereka tidak bisa memahami materi pembelajaran kalau tidak dijelaskan secara langsung. Hal itulah yang akhirnya membuat aku harus berpikir bagaimana agar siswa-siswi bisa memahami materi pembelajaran.

Aku pun pulang kembali ke Klaten dan menjadikan kamarku menjadi studio mini. Di kamar itu, aku melakukan aktivitas mengajar yang disiarkan secara langsung lewat live Instagram. Karena banyak siswa yang berasal dari ekonomi menengah ke bawah, aku hanya melakukan live Instagram selama kurang lebih 15 menit. Hal itu aku lakukan agar kuota internet mereka tidak cepat habis dan bisa digunakan juga untuk belajar mata pelajaran yang lain.

Pembelajaran melalui live Instagram ternyata membuat mereka antusias. Agar lebih menarik lagi, aku meminta mereka membuat story di Instagram mereka tentang catatan yang mereka peroleh selama pembelajaran matematika. Di story itu, aku juga meminta mereka menuliskan hastag tentang MAN 3 Bantul agar bisa digunakan juga sebagai ajang promosi. Untuk menghargai mereka, aku melakukan repost setiap story yang mereka buat.

Pandemi Covid-19 yang awalnya hanya diprediksi 2 minggu ternyata terus berlanjut. Ada pihak yang memprediksi pandemic ini akan bertahan selama 3 bulan. Namun, ternyata prediksi itu salah. Setelah 3 bulan, Pandemi Covid-19 masih terus berlanjut.

Di tengah masa pandemic inilah aku menemukan jodohku. Jodohku tinggal di desan yang sama dengan desa ketika aku mendampingi pengajian kelas X MIPA 2 yaitu Desa Timbulharjo, Aku menikah di bulan Februari 2021. Hal yang menyedihkan saat itu adalah tidak boleh banyak tamu yang datang karena pandemi Covid-19 masih berlangsung, sehingga rekan-rekan kerjaku di MAN 3 Bantul tidak bisa hadir kecuali hanya perwakilan saja.

Seperti kebanyakan pasangan lain yang menikah, aku mendapatkan banyak kado dari teman, saudara, tetangga, bahkan siswa juga. Dari sekian banyak kado tersebut, ada kado yang membuat istriku sangat senang. Kado itu berupa pigura bergambar karikaturku dan istri serta tertulis kaligrafi doa untuk pasangan yang menikah. Di pojok kiri bawah pigura itu tertulis C.N.T.Q. Pigura itu merupakan kado yang berasal dari siswi yang aku bimbing di Tim Olimpiade Matematika MAN 3 Bantul dan CNTQ merupakan huruf depan dari nama siswi-siswi tersebut.

Huruf C pada CNTQ merupakan inisial dari Celysha. Dia merupakan satu-satunya yang berasal dari Bantul dari keempat siswi tersebut. Celysha atau yang biasa dipanggil Selly merupakan siswi yang cerdas. Dia selalu meraih ranking 1 di kelasnya dari kelas X sampai kelas XII. Saat pertama kali aku mengadakan seleksi tim olimpiade matematika pun dia juga berada di peringkat 1. Setelah lulus dari MAN 3 Bantul, Selly diterima di Poltekkes Kemenkes Yogyakarta program studi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.

Huruf kedua dari CNTQ adalah inisial dari Nafisa. Dia merupakan siswi yang berasal dari Banjarnegara. Dari keempat siswi di tim olimpiade, dia adalah yang paling jauh asalnya. Walaupun begitu, Nafisa adalah siswi yang memiliki semangat paling tinggi daripada yang lain. Dia pernah membanggakan MAN 3 Bantul dengan meraih juara 1 tingkat DIY Olimpiade Matematika (Optika) yang diadakan oleh UIN Syarif Hidayatullah. Kesukaannya pada matematika membuat Nafisa mendaftar di Prodi Matematika UIN Sunan Kalijaga lewat jalur SNMPTN. Berkat prestasinya, Nafisa akhirnya bisa diterima di Prodi tersebut.

Huruf ketiga dari CNTQ adalah huruf T yang merupakan inisial dari Tyas. Dia adalah siswi yang berasal dari Sleman. Tyas merupakan siswi yang pantang menyerah. Jika menemukan soal yang susah, dia akan mencoba semaksimal mungkin untuk menyelesaikan soal tersebut. Sikap pantang menyerah itu dia tunjukkan ketika ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Walaupun Tyas sempat gagal di jalur SNMPTN, dia tidak menyerah. Tyas mencoba ikut SBMPTN dan akhirnya dia diterima di UGM dengan program studi Agronomi.

Huruf terakhir dari CNTQ merupakan inisial dari nama Qudsiya. Dia adalah siswi yang berasal dari Klaten. Saat seleksi tim olimpiade kelas X, Qudsiya menempati urutan pertama pada bidang informatika dan urutan kedua pada bidang matematika. Keputusan rapat guru pembimbing saat itu menempatkan Qudsiya di bidang informatika. Karena aku melihat logical thinking dari Qudsiya yang kuat, maka aku tetap berusaha agar dia masuk ke tim olimpiade matematika. Aku pun membujuk Qudsiya agar mau masuk ke tim olimpiade matematika, akhirnya dia bersedia.

Perjuangan mengajak Qudsiya bergabung ternyata tidak sia-sia. Dia berhasil memenangkan berbagai perlombaan matematika mulai dari tingkat kabupaten hingga regional. Prestasi yang dia raih yaitu Juara 2 KSM tingkat Kabupaten, Juara 2 Kompetisi Matematika Cokroaminoto tingkat DIY, Juara 1 tingkat DIY Olimpiade Matematika (Optika) UIN Syarif Hidayatullah, dan Juara 1 UPY Mathematics Competition tingkat DIY-Jateng. Keberhasilannya meraih berbagai prestasi tersebut membuatnya langsung diterima di Prodi Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga lewat jalur SNMPTN.

Keempat siswa tersebut hanya sebagian kecil dari sekian banyak siswa MAN 3 Bantul yang berhasil. Tentu sangat senang dan bangga bisa membersamai proses mereka menuju kesuksesan. Sebagai bentuk rasa banggaku terhadap mereka, salah satu nama mereka aku abadikan menjadi nama anakku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun