Aku pun pulang kembali ke Klaten dan menjadikan kamarku menjadi studio mini. Di kamar itu, aku melakukan aktivitas mengajar yang disiarkan secara langsung lewat live Instagram. Karena banyak siswa yang berasal dari ekonomi menengah ke bawah, aku hanya melakukan live Instagram selama kurang lebih 15 menit. Hal itu aku lakukan agar kuota internet mereka tidak cepat habis dan bisa digunakan juga untuk belajar mata pelajaran yang lain.
Pembelajaran melalui live Instagram ternyata membuat mereka antusias. Agar lebih menarik lagi, aku meminta mereka membuat story di Instagram mereka tentang catatan yang mereka peroleh selama pembelajaran matematika. Di story itu, aku juga meminta mereka menuliskan hastag tentang MAN 3 Bantul agar bisa digunakan juga sebagai ajang promosi. Untuk menghargai mereka, aku melakukan repost setiap story yang mereka buat.
Pandemi Covid-19 yang awalnya hanya diprediksi 2 minggu ternyata terus berlanjut. Ada pihak yang memprediksi pandemic ini akan bertahan selama 3 bulan. Namun, ternyata prediksi itu salah. Setelah 3 bulan, Pandemi Covid-19 masih terus berlanjut.
Di tengah masa pandemic inilah aku menemukan jodohku. Jodohku tinggal di desan yang sama dengan desa ketika aku mendampingi pengajian kelas X MIPA 2 yaitu Desa Timbulharjo, Aku menikah di bulan Februari 2021. Hal yang menyedihkan saat itu adalah tidak boleh banyak tamu yang datang karena pandemi Covid-19 masih berlangsung, sehingga rekan-rekan kerjaku di MAN 3 Bantul tidak bisa hadir kecuali hanya perwakilan saja.
Seperti kebanyakan pasangan lain yang menikah, aku mendapatkan banyak kado dari teman, saudara, tetangga, bahkan siswa juga. Dari sekian banyak kado tersebut, ada kado yang membuat istriku sangat senang. Kado itu berupa pigura bergambar karikaturku dan istri serta tertulis kaligrafi doa untuk pasangan yang menikah. Di pojok kiri bawah pigura itu tertulis C.N.T.Q. Pigura itu merupakan kado yang berasal dari siswi yang aku bimbing di Tim Olimpiade Matematika MAN 3 Bantul dan CNTQ merupakan huruf depan dari nama siswi-siswi tersebut.
Huruf C pada CNTQ merupakan inisial dari Celysha. Dia merupakan satu-satunya yang berasal dari Bantul dari keempat siswi tersebut. Celysha atau yang biasa dipanggil Selly merupakan siswi yang cerdas. Dia selalu meraih ranking 1 di kelasnya dari kelas X sampai kelas XII. Saat pertama kali aku mengadakan seleksi tim olimpiade matematika pun dia juga berada di peringkat 1. Setelah lulus dari MAN 3 Bantul, Selly diterima di Poltekkes Kemenkes Yogyakarta program studi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.
Huruf kedua dari CNTQ adalah inisial dari Nafisa. Dia merupakan siswi yang berasal dari Banjarnegara. Dari keempat siswi di tim olimpiade, dia adalah yang paling jauh asalnya. Walaupun begitu, Nafisa adalah siswi yang memiliki semangat paling tinggi daripada yang lain. Dia pernah membanggakan MAN 3 Bantul dengan meraih juara 1 tingkat DIY Olimpiade Matematika (Optika) yang diadakan oleh UIN Syarif Hidayatullah. Kesukaannya pada matematika membuat Nafisa mendaftar di Prodi Matematika UIN Sunan Kalijaga lewat jalur SNMPTN. Berkat prestasinya, Nafisa akhirnya bisa diterima di Prodi tersebut.
Huruf ketiga dari CNTQ adalah huruf T yang merupakan inisial dari Tyas. Dia adalah siswi yang berasal dari Sleman. Tyas merupakan siswi yang pantang menyerah. Jika menemukan soal yang susah, dia akan mencoba semaksimal mungkin untuk menyelesaikan soal tersebut. Sikap pantang menyerah itu dia tunjukkan ketika ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Walaupun Tyas sempat gagal di jalur SNMPTN, dia tidak menyerah. Tyas mencoba ikut SBMPTN dan akhirnya dia diterima di UGM dengan program studi Agronomi.
Huruf terakhir dari CNTQ merupakan inisial dari nama Qudsiya. Dia adalah siswi yang berasal dari Klaten. Saat seleksi tim olimpiade kelas X, Qudsiya menempati urutan pertama pada bidang informatika dan urutan kedua pada bidang matematika. Keputusan rapat guru pembimbing saat itu menempatkan Qudsiya di bidang informatika. Karena aku melihat logical thinking dari Qudsiya yang kuat, maka aku tetap berusaha agar dia masuk ke tim olimpiade matematika. Aku pun membujuk Qudsiya agar mau masuk ke tim olimpiade matematika, akhirnya dia bersedia.
Perjuangan mengajak Qudsiya bergabung ternyata tidak sia-sia. Dia berhasil memenangkan berbagai perlombaan matematika mulai dari tingkat kabupaten hingga regional. Prestasi yang dia raih yaitu Juara 2 KSM tingkat Kabupaten, Juara 2 Kompetisi Matematika Cokroaminoto tingkat DIY, Juara 1 tingkat DIY Olimpiade Matematika (Optika) UIN Syarif Hidayatullah, dan Juara 1 UPY Mathematics Competition tingkat DIY-Jateng. Keberhasilannya meraih berbagai prestasi tersebut membuatnya langsung diterima di Prodi Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga lewat jalur SNMPTN.
Keempat siswa tersebut hanya sebagian kecil dari sekian banyak siswa MAN 3 Bantul yang berhasil. Tentu sangat senang dan bangga bisa membersamai proses mereka menuju kesuksesan. Sebagai bentuk rasa banggaku terhadap mereka, salah satu nama mereka aku abadikan menjadi nama anakku.