Mohon tunggu...
Sumintarsih Min
Sumintarsih Min Mohon Tunggu... Guru - guru bahasa Indonesia SMP Al Irsyad Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah

Menjadi guru adalah pilihan hidup yang sangat saya syukuri. Dengan menjadi guru setiap saat saya bisa menitipkan pesan positif kepada penerus masa depan bangsa dan agama. Menulis adalah salah satu cara menggerakkan lingkungan (siswa, guru, dan orang tua siswa) untuk berbagi dan turut meningkatkan literasi bangsa. Insyaallah terus menulis, belajar menulis, dan mengajak orang lain menulis. Bismillah.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Berbagi Mama dengan Kakak

4 September 2022   22:14 Diperbarui: 4 September 2022   23:00 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagi Mama dengan Kakak

(Sumintarsih)

 

"Ini mamaku!" teriak Danis manja dengan memeluk mamanya. Sementara itu, Dika, sang kakak, hanya cemberut dan menarik tubuhnya sedikit mundur. Mama Risa berusaha memeluk kedua anak laki-lakinya.

Dika kini berusia 6 tahun sudah menikmati kegiatan di TK B. Danis, adiknya, usia 5 tahun masih di TK A. Keduanya anak-anak yang lincah dan sehat. Kalau sudah bermain bersama, rumah seperti taman arena bermain, ramai dengan suara dan berserakan berbagai mainan.     

"Ayo, sini minum susu dulu!" ajak Mama Risa di sela-sela anak-anak bermain. Habis meneguk segelas susu, Danis duduk di pangkuan Mama Risa. Dika   pun ingin melakukan hal yang sama.

"Sana, Kak Dika pergi. Ini mamaku!" usir Danis.

"Mamaku juga. Aku mau duduk bareng," jawab Dika.

"Kakak sana, jangan duduk di sini, gak muat!" bantah Danis.

Mamanya ingin memeluk keduanya, tapi kalah cepat dengan tangan Danis menyaut tangan mamanya. Hanya Danis yang berada dalam dekapan mamanya.

"Sini tangan Mama!" teriak Dika dengan merebut tangan Mama dari genggaman Danis.

"Sakit, Kak, tangan Mama. Kakak sudah besar, jangan rebutan. Kakak mengalah, ya!" rayu Mama kepada Dika.

Dika pun pergi. Dia ke ruang tengah. Dika memainkan dua robotan-robotannya dengan setengah kasar. Dia memainkan seakan kedua robotnya sedang bertarung. Wajahnya masih cemberut dan tatapan matanya kosong, kesal. Rupanya dengan cara seperti itu dia bisa sedikit melampiaskan kekesalannya pada Danis.   

Dari teras depan rumah, Mama melihat ekspresi Dika. Mama sangat paham. Sejak kehadiran Danis, kepada Dika porsi perhatian keluarga memang sedikit berkurang.

"Mengapa Danis mengusir Kakak?" tanya Mama sambil mengelus kepala Danis.

"Mama punya Danis. Mama memeluk Danis aja, jangan memeluk Kakak," jawab Danis manja.

"Kak Dika kakaknya siapa?"

"Kakaknya Danis," jawab Danis.

"Kalau besok Danis dan Dika lagi bermain di lapangan, yang menjaga Danis siapa?"

"Mama dan Papa dong."

"Kan, Mama dan Papa tidak di dekat Danis?"

Kalimat Mama terakhir rupanya membuat Danis berpikir. Danis menjatuhkan kepalanya di dada Mama. Mama menyambut dengan pelukan dan usapan tangan di kepala Danis.

"Danis minta maaf ke Kakak, yuk!" ajak Mama.

 

Malam menjelang tidur, Mama mengantarkan Dika di atas kasurnya. Sedangkan Danis sudah tidur 30 menit lalu.

"Dibacakan cerita lagi tidak, Nak?" tanya Mama. Pertanyaan mama dijawab dengan gelengan kepala Dika. "Dika sayang tidak sama Danis?" tanya Mama. Tangan Mama meraih selimut dan menariknya ke dada Dika.

"Sayang, Ma," jawab Dika tenang.

"Mama ingat dulu Dika kecil paling senang diayun-ayunkan di kaki Papa. Dika ingat?"

"Ingat, Ma," jawab Dika dingin.

"Trus Dika kalau dipangku Mama, sering memainkan baju Mama. Baju Mama dibuat seperti ayunan. Dika ingat?" tanya Mama dengan tersenyum. "Sampai rok Mama robek."

"Ingat, Ma. Haha...." tawa Dika mengiringi jawabannya. Mama lega melihat Dika tertawa. Selama ini Dika lebih banyak diam, apalagi kalau sudah berebut sesuatu dengan Danis.

"Waktu itu sudah ada Danis belum, ya?" Mama pura-pura bertanya.

"Danis belum lahir, Ma."

"O, iya. Dika pernah mainan ayunan di pangkuan Mama. Kalau sekarang Danis minta dipangku Mama, boleh nggak?" tanya Mama lembut.

"Boleh, Ma," Dika tersenyum dan mulai tidur.

Mama lega melihat Dika. Semoga Dika tidak banyak cemburu lagi kepada adiknya.

***  

Ayah, Bunda, hampir sama dengan cerita pada judul sebelumnya. Jarak lahir yang berdekatan antara kakak dan adik terkadang menimbulkan masalah.  Mereka akan mudah cemburu dan kadang mudah muncul konflik. Kelelahan orang tua dalam merawat dan mengasuh saat mereka masih kecil juga berlipat. Termasuk kebutuhan anggaran yang dobel, seperti pendaftaran masuk sekolah hampir bersamaan.

Namun, kedekatan usia mereka mendatangkan banyak manfaat. Mereka akan tumbuh seperti sahabat karena mempunyai ikatan yang kuat. Selain itu jadwal hobi dan kegiatan mereka hampir sama. Dengan demikian orang tua akan dimudahkan dalam merawat keduanya.*

(foto: canva)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun