Mohon tunggu...
Sumilah
Sumilah Mohon Tunggu... Guru - Calon guru

Saya suka menjadi pendidik. Akan tetapi, untuk menjadi pendidik itu tidak mudah dan harus terus belajar dalam segala hal terutama untuk kemajuan potensi diri sebagai guru. Menjadi guru teladan sangat membutuhkan kesabaran, keikhlasan, kemampuan sosial emosional yang sangat tinggi dan panggilan jiwa menjadi pendidik kunci utamanya. Pemahaman peserta didik yang beragam karakter dan latar belakang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Oleh karena itu, saya harus semangat terus belajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Bilangan Cacah sampai 1000 Kelas 3 SD

26 September 2024   12:43 Diperbarui: 26 September 2024   12:58 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak                                                                         

Latar belakang penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas 3 SD Muhamadiyah Miliran Yogyakarta pada materi bilangan cacah sampai 1000. Hal ini dikarenakan  metode pembelajaran yang kurang menarik, belum menggunakan media atau alat peraga pembelajaran, siswa yang aktif bergerak, berpendapat, kurangnya ruang interaksi antara siswa, dan rendahnya motivasi belajar. Hasil belajar yang rendah dapat memengaruhi minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika di jenjang yang lebih tinggi. Situasi diatas, memerlukan inovasi dalam strategi pembelajaran agar siswa lebih aktif terlibat dalam pembelajaran. Subjek penelitian yaitu siswa kelas 3 SD Muhamadiyah Miliran sebanyak 24 siswa dengan siswa laki-laki 9 orang dan perempuan 15 orang. Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Bilangan Cacah sampai 1000 kelas 3 SD”.  Dengan tujuan siswa mendapatkan ruang belajar sesuai dengan kebutuhan belajar dengan suasana belajar yang lebih aktif, menyenangkan, kolaboratif, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami dan menguasai materi yang akan meningkatkan hasil belajar siswa. PTK dilakukan dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan langkah berurutan dalam satu siklus atau daur yang berkembang dengan siklus berikutnya. PTK dilakukan dalam dua siklus. Data dikumpulkan melalui observasi, tes dan dokumnetasi. Teknik analisis data secara kuantitatif melalui nilai ketuntasan belajar siswa individual, nilai rata-rata hasil belajar siswa, persentase hasil belajar klasikal siswa. Indikator keberhasilan siswa ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa dengan ketuntasan klasikal belajar siswa mencapai 70%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa kelas 3 dapat dilihat berdasarkan persentase ketuntasan klasikal yang meningkat dari prasiklus siswa sebesar 46 % menjadi 66,70% pada siklus 1 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 83%. Dimana terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKTP dari prasiklus 11 siswa menjadi 16 siswa pada siklus 1 dan meningkat menjadi 20 sisiwa pada siklus 2. Dari analisis data  kualitatif dengan lembar observasi terjadi peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan mematuhi tata tertib sehingga pembelajaran lebih kondusif dari pembelajaran sebelumnya. Luaran yang ditargetkan dari penelitian tindakan kelas ini yaitu peningkatann hasil belajar dari prasiklus sampai siklus 2 pada materi bilangan cacah sampai 1000, pembiasaan siswa untuk mematuhi tata tertib dan membekali siswa keterampilan sosial emosional dengan pembiasaan positif di kelas saat proses pembelajaran dalam kelompok maupun individu, meningkatkan motivasi belajar siswa  dengan  terlibat aktif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dan motivasi belajar siswa meningkat dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada materi biangan cacah sampai 1000 kelas 3 SD. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan metode pengajaran di sekolah dasar dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan, khususnya dalam pembelajaran Matematika. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini tidak hanya memberikan hasil yang signifikan bagi peningkatan hasil belajar siswa, tetapi juga dapat menjadi referensi bagi guru lain dalam menerapkan model pembelajaran yang inovatif.

Kata kunci: Bilangan cacah; Hasil belajar; STAD.

LATAR BELAKANG

Pendidikan dasar Matematika merupakan hal penting dalam pembentukan dasar pengetahuan dan keterampilan siswa yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Materi bilangan cacah hingga 1000 merupakan salah satu topik fundamental yang perlu dikuasai oleh siswa di SD. Namun, berdasarkan observasi hasil belajar siswa kelas 3 SD Muhamadiyah Miliran Yogyakarta, pada materi ini masih rendah. Hal ini disebabkan oleh metode pembelajaran yang kurang menarik, belum menggunakan media atau alat peraga pembelajaran, siswa yang aktif bergerak, berpendapat, kurangnya ruang interaksi antara siswa, dan rendahnya motivasi belajar. Hasil belajar yang rendah dapat memengaruhi minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika di jenjang yang lebih tinggi. Situasi diatas, memerlukan inovasi dalam strategi pembelajaran agar siswa lebih aktif terlibat dalam pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif, tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions), menawarkan pendekatan yang menarik untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan model ini, siswa akan bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memahami materi, yang dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses belajar. STAD mendorong kerjasama antar siswa dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompok. Model pembelajaran ini tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep bilangan, tetapi juga keterampilan sosial dan kolaborasi siswa.

Berdasarkan hal di atas, maka dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul  “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Bilangan Cacah sampai 1000 kelas 3 SD”.  Dengan tujuan siswa mendapatkan ruang belajar sesuai dengan kebutuhan belajar dengan suasana belajar yang lebih aktif, menyenangkan, kolaboratif, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami dan menguasai materi yang akan meningkatkan hasil belajara siswa.

Pemilihan skema penelitian ini didasarkan pada kebutuhan untuk menemukan solusi yang konkret dan praktis terhadap permasalahan yang ada di kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) memungkinkan peneliti untuk mengamati dan mengevaluasi secara langsung penerapan model pembelajaran kooperatif dalam konteks nyata, serta melakukan perbaikan berkelanjutan berdasarkan umpan balik yang diperoleh selama proses pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini tidak hanya memberikan hasil yang signifikan bagi peningkatan hasil belajar siswa, tetapi juga dapat menjadi referensi bagi guru lain dalam menerapkan model pembelajaran yang inovatif.

TINJAUAN PUSTAKA

Belajar  merupakan seperangkat  proses  yang  bersifat  internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan  yang berasal  dari  peristiwa eksternal  di  lingkungan  individu  yang bersangkutan  (kondisi).  Agar  kondisi eksternal  itu  lebih  bermakna sebaiknya diorganisasikan  dalam  urutan  peristiwa pembelajaran (Gagne, 1977). Selain  itu,  dalam  usaha  mengatur  kondisi eksternal  diperlukan  berbagai  rangsangan yang dapat diterima oleh panca indera, yang dikenal  dengan  nama  media  dan  sumber belajar (Miarso, 2004:245). Belajar adalah proses usaha yang dilakukan sesorang untuk  memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Sobry Sutikno, 2009;3). Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2011). Menurut Surtikanti dan Santoso (2007), pembelajaran yang berkualitas adalah terlibatnya siswa secara aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan yang dimaksud adalah aktivitas mendengarkan, komitmen terhadap tugas, mendorong berpartisipasi, menghargai kontribusi/pendapat, menerima tanggung jawab, bertanya kepada pengajar atau teman dan merespons pertanyaan. 

Hasil belajar adalah capaian yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh (Setiawan, 2021).

Berikut penjelasan mengenai ketiga aspek aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik:

  • Aspek afektif

           Aspek afektif berkenaan dengan sikap, mencangkup lima aspek yaitu penerimaaan, partisipasi, penilaian, organisasi,                                    pembentukan pola hidup.

  • Aspek kognitif

           Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, mencangkup enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman,                                   penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  • Aspek psikomotorik

           Aspek psikomotorik berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada tujuh aspek yaitu persepsi, kesiapan,                        gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas (Yuliana,                                     2022).

Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

  • Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri:
  • Faktor psikis antara lain kognitif atau inteligensi, bakat, afektif, psikomotorik, motivasi, dan minat.
  • Faktor fisik antara lain kesehatan jasmani, indera, anggota badan, organ dalam tubuh (Wahyudi, 2023).
  • Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar:
  • Lingkungan sekolah, sosial, keluarga,
  • Guru
  • Metode mengajar
  • Sarana dan prasarana belajar (Kurniawan, 2022)

Manfaat Hasil Belajar

  • Peningkatan Kualitas Pendidikan
  • Hasil belajar memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.
  • Pengembangan Keterampilan dan Kompetensi
  • Menilai dan mengembangkan keterampilan siswa (Agustina, 2021).
  • Perencanaan Pendidikan
  • Menyediakan data untuk perencanaan kurikulum dan program pendidikan.
  • Motivasi dan Pencapaian
  • Meningkatkan motivasi siswa dan memberi arah untuk pencapaian tujuan pembelajaran (Setiawan, 2023).

Indikator keberhasilan belajar

Yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, adalah:

  • Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok,
  • Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai siswa baik individu maupun klasikal.
  • Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah secara efektif.
  • Kemampuan siswa untuk bekerja sama dan berkomunikasi.
  • Tingkat keterlibatan dan motivasi siswa dalam proses belajar (Mardiana, 2022).

Matematika merupakan pengetahuan yang sangat terstruktur. Satu bagian tidak dapat terlepas dari bagian lainnya. Sebuah topik matematika yang telah dipelajari siswa tidak berdiri sendiri tetapi terkait dengan topik matematika yang mendahuluinya. Jika siswa tidak menguasai topik yang pertama, akan mengalami kesulitan belajar topik yang kedua dan seterusnya (Runtukahu, 2014). Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan dan kehidupan masyarakat.

Media adalah perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Qomariyah, 2019).

Menurut Slavin (2005: 143) Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Menurut Ibrahim dkk (2000:10) Selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama.

Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran Cooperatif learning tipe STAD (Student Teaching Achievment Divisions) menurut Lefudin (2017) adalah sebagai berikut:

  • Guru menyampaikan materi dengan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
  • Siswa dikelompokkan secara heterogen menjadi 4-5 kelompok untuk menyelesaikan masalah.
  • Menyerahkan atau mempresentasikan hasil kerja kelompok.
  • Memberi tes atau kuis
  • Memberikan penghargaan kelompok

Slavin (2005: 12-13) mengemukakan terdapat tiga konsep penting dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu: Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. Kesempatan sukses yang sama, bermakna bahwa semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik, dan bahwa kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya. Menurut Slavin (Trianto, 2009: 71-73) pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

  • Menghitung skor individu, untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti  berikut.
  • Menghitung skor kelompok Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori
  • Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok  memperoleh predikat, guru memberikan Prima Aswirna: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif... 59 hadiah/penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.

Kelebihan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division): 

  • Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok,
  • Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama,
  • Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok,
  • Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat (Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin: 2015).

Kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) sebagai berikut:

  • Sejumlah siswa mungkin banyak yang bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini.
  • Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
  • Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau  menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
  • Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif STAD.
  • Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama ( Ariani, Tri: 2018).

Menurut Hopkins (1993), penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (Planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (Observation and evaluation).

METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Jenis penelitian yang saya gunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan pada 15 Juli – 20 Agustus 2024 di SD Muhamadiyah Miliran Yogyakarta tahun ajaran 2024/2025. Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas 3 sebanyak 24 orang dengan jumlah siswa laki-laki 9 orang dan siswa perempuan 15 orang. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan menggunakan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bilangan cacah sampai 1000. Penelitian Tindakan Kelas menggambarkan suatu proses yang dinamis meliputi aspek perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan langkah berurutan dalam satu siklus atau daur yang berkembang dengan siklus berikutnya. Setiap siklus mempunyai tahapan dan
urutan yang sama. Tahap pelaksanaan PTK digambarkan dalam bentuk sebagai berikut:

Pelaksanaan PTK dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Perencanaan yaitu menyusun rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan sesuai dengan temuan masalah. Tahap perencanaan terdiri dari menyusun skenario penelitian, modul ajar, pembuatan instrument kegiatan pembelajaran, instrument pengumpulan data, instrumen materi pembelajaran dan menentukan observer. Pada pelaksanaan guru mengajar dan observasi pengumpulan data kualitatif selama proses pembelajaran pada aspek sikap dan psikomotor sesuai dengan instrumen yang telah dibuat. Sedangkan pengambilan data dilakukan melalui tes hasil belajar, dan tahap refleksi dari data seluruh penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan, analisis dan mengevaluasi terhadap kendala dan hambatan yang dilakukan. Data yang diperoleh diolah dan dievaluasi berpedoman pada indikator kinerja untuk mengetahui seberapa optimal hasil tindakan tersebut. Selanjutnya melakukan diskusi untuk mengevaluasi dan menilai proses kegiatan pembelajaran dengan model Cooperatif tipe STAD. Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan maka perbaikan pada rencana tindakan untuk diimplementasikan pada siklus selanjutnya untuk perbaikan dari siklus 1 jika belum mencapai tujuan pembelajaran maka dilanjutkan pada siklus ke 2 berfungsi sebagai penguat hasil dari siklus 1 dan dapat dicukupkan jika sudah tercapai targetnya.

Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, tes dan dokumentasi. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dalam bentuk ceklis untuk menilai aktivitas guru dan siswa. Observasi siswa pada saat diskusi kelompok mengerjakan LKPD dan kuis pembelajaran untuk mengukur kemampuan sikap dan keterampilan siswa.  Tes soal evaluasi akhir pembelajaran untuk mengukur kemampuan siswa memahami dan menguasai materi pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe STAD. Dokumentasi pada PTK ini berupa video dan foto pembelajaran.

Teknik analisis data yang digunakan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklus pembelajaran. Analisis data kualitatif untuk menentukan hasil observasi siswa dan guru apa yang harus diperbaiki dalam strategi proses pembelajaran. Tujuan dari análisis data secara kualitatif dan kuantitatif ini yaitu mendapatkan data yang diharapkan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil proses pembelajaran yang lebih baik pada pembelajaran materi bilangan cacah sampai 1000 pada kelas 3 dengan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe STAD. Perolehan nilai dari lembar observasi dan tes evaluasi akan dibandingkan dari setiap siklus yaitu prasilkus, siklus1 dan siklus 2. Jika terjadi peningkatan maka penerapan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe STAD berhasil dalam membantu siswa meningkatkan hasil belajar secara kognitif, afektif dan psikomotor. Berikut rumus untuk menentukan hasil belajar yang dilakukan guru.
Nilai ketuntasan belajar siswa individual

Sumber: (Purwanto, 2011)
Sumber: (Purwanto, 2011)

Sumber: (Purwanto, 2011)
Sumber: (Purwanto, 2011)

Nilai rata-rata hasil belajar siswa

Sumber:(Agung, 2010)
Sumber:(Agung, 2010)

Persentase hasil belajar klasikal siswa

Sumber: (Purwanto, 2011)
Sumber: (Purwanto, 2011)

Analisis data kualitatif

Sumber: (Arikunto, 2016)
Sumber: (Arikunto, 2016)
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah jika terjadi terjadi peningkatan hasil belajar siswa di kelas 3 pada siklus 1 dan siklus 2. Hasil belajar siswa meningkat apabila penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif diterapkan. Pada akhir penelitian, perhitungan persentase nilai hasil belajar klasikal siswa mencapai ≥70%.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 pada mata pelajaran Matematika pada materi bilangan cacah sampai 1000 dengen menerapkan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe STAD dari setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dengan jadwal pelaksanaan pembelajran sebagai berikut:

Pada pelaksanaan prasiklus siswa belajar dengan tidak tertib, berjalan-jalan, bermain, belajar individu, belajar monoton tanpa media pembelajaran dan bercerita dengan teman. Siswa diberikan lembar observasi ceklis untuk memperoleh data motivasi belajar siswa dan tes soal untuk mengukur kemampuan awal mereka terkait dengan topik yang diajarkan. Setiap akhir pembelajaran siklus dilakukan tes evaluasi untuk melihat perubahan hasil belajar siswa. Pada siklus 1 siswa perempuan mengalami kesulitan dalam membentuk kelompok mereka tidak mau berkelompok dengan teman laki-laki dengan alasan mereka suka ribut sehingga mengganggu. Pada siklus 1 masih terdapat siswa yang belum mau menerima untuk berkelompok dengan teman laki-laki dan diberikan kesempatan untuk belajar bersama teman perempuan. Dari pengamatan siklus 1 terjadi perubahan perilaku siswa yang tidak tertib dalam pembelajaran mulai bisa mengikuti aturan pembelajaran di kelas sehingga pembelajaran sudah mulai membaik. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh guru pamong diperoleh saran bahwa siswa harus mampu berkolaborasi dengan semua teman dan mampu menerima dengan siapa pun berkelompok dan harus diberikan pemahaman agar siswa mau. Dengan cara membagi kelompok siswa menjadi kelompok kemampuan sesuai denga pendekatan TaRL yang digunakan akan tetapi siswa memilih sendiri anggota kelompok berdasarkan tingkat kemampuan yang heterogen. Sehingga diterapkan pembagian kelompok seperti saran pada siklus 2 siswa sudah mampu berkerja sama dengan kelompok tanpa membeda-bedakan teman dan siswa belajar dengan tertib. Selain itu, terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan.

Dari pelaksanaan pembelajaran prasiklus sampai siklus 2 dengan KKTP 76 mata  pelajaran

matematika kelas  3 SD Muhamadiyah Miliran Yogyakarta dengan materi  bilangan cacah sampai 1000 diperoleh data perbandingan hasil evaluasi pembelajaran sebagai berikut:

Perbandingan hasil belajar Prasiklus, siklus 1 dan siklus 2.

Hasil belajar

Nilai rata-rata kelas

Siswa mencapai KKTP

Siswa tidak mencapai KKTP

Jumlah

Persentase Ketuntasan Klasikal

Jumlah

Persentase Ketuntasan Klasikal

Prasiklus

70,1

11 siswa

46%

13 siswa

54%

Siklus 1

75,5

16 siswa

66,70%

8 siswa

33%

Siklus 2

82,7

20 siswa

83%

4 siswa

16,70%

Berdasarkan tabel diatas hasil belajar prasiklus diperoleh nilai rata-rata kelas 70,1. Terdapat 11 siswa tuntas dengan presentase ketuntasan klasikal 46 %, 13 siswa tidak tuntas persentase 54% dengan persentase ketuntasan klasikal 54%. Maka diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 menggunakan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dari pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dengan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe STAD diperoleh hasil belajar nilai rata-rata kelas 75,5. Terdapat 16 siswa mencapai KKTP dengan persentase ketuntasan klasikal 66,70%, 8 siswa tidak mencapai KKTP dengan persentase ketuntasan klasikal 33%. Terjadi peningkatan hasil belajar dari 11 siswa yang mencapai KKTP menjadi 16 siswa dengan persentase ketuntasan klasikal dari 46% ke 66,70% sudah mencapai kriteria ketuntasan klasikal baik pada level standar bawah dan penurunan siswa tidak tercapai KKTP dari 13 siswa menjadi 8 siswa. Akan tetapi, masih diperlukan rencana perbaikan pembelajaran pada siklus 2 karena peningkatan ketuntasan klasikal pada level bawah kategori baik belum mencapai indikator ketuntasan yaitu lebih dari atau sama dengan 70% dan nilai rata-rata siswa berada pada kriteria sedang. Hal ini sejalan dengan pendapat (Wardana, 2017) model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada kerjasama kelompok. Dengan dilakukan kerja kelompok diharapkan akan melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat dan meningkatkan pemahaman konsep secara bersama, serta dengan terjalinnya kerja sama kelompok dengan baik maka siswa dapat lebih memahami konsep yang ada dengan bantuan temannya. Keunggulan pembelajaran koopertatif tipe STAD terletak pada langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan. Dari proses pembelajaran siklus 2 diperoleh hasil belajar nilai rata-rata kelas 82,7, mengalami peningkatan 20 siswa yang mencapai KKTP dari siklus 1 sebanyak 66,70% ke 83%, dan penurunanan siswa yang tidak mencapai KKTP sebanyak 4 siswa dengan persentase klasikal 16,70%.

Dari hasil observasi kegiatan mengajar guru kelas, tanya jawab dari guru sebelumnya dan pengamatan selama proses pembelajaran prasiklus diperoleh data siswa yang suka bercerita, berjalan, pendiam dan tidak suka kerja sama dalam kelompok dengan semua teman. Sehingga dari hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan dan ceklis siswa diperlukan pembelajaran yang memberikan ruang siswa berinteraksi dengan semua teman, membantu teman yang belum bisa dan membekali kemampaun sosial emosional siswa. Dimana dengan langkah-langkah pembelajaran model Cooperatif learning tipe STAD dengan pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan berbaur dengan teman dari beragam karakter yang akan meningkatkan rasa peduli, kerja sama, komunikasi yang baik, tanggung jawab dan mandiri. Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran memberikan pembelajaran bermakna dan mempermudah siswa memahami materi. Karena dalam kerja kelompok  heterogen siswa yang belum bisa dapat bertanya dan dibantu teman yang sudah bisa. Sehingga, siswa yang sudah bisa dapat berperan sebagai tutor sebaya akan melatih keterampilan komunikasi dan bagaimana cara menyalurkan kemampuan yang dimiliki kepada teman. Dalam hal ini siswa belajar menganalisis cara mengajari teman yang belum bisa dengan bahasa yang mudah dipahami. Dalam kerja kelompok siswa belajar mengenai kompetensi sosial emosional sebagai berikut:

  • Self-awareness (Kesadaran diri): Kemampuan untuk memahami emosi, pemikiran, dan nilai-nilai yang mempengaruhi perilaku dalam berbagai situasi.
  • Self-management (Manajemen diri): Kemampuan untuk mengatur emosi, pemikiran dan perilaku secara efektif pada situasi yang berbeda.
  • Responsible decision making (Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab): Membuat pilihan yang tepat dan konstruktif pada situasi tertentu
  • Social awareness (kesadaran sosial): Kemampuan memahami perspektif yang berbeda termasuk berempati terhadap kondisi individu dengan latar belakang yang berbeda.
  • Relationship skills (keterampilan sosial): Kemampuan menjalin dan mempertahankan hubungan/relasi yang sehat dan efektif dengan individu dari latar belakang yang berbeda.

Selain itu, penghargaan prestasi tim dengan cara guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka rentang 0-100 setelah pelaksanaan kuis. Guru memberikan penghargaan atas keberhasilan telah menyelesaikan kuis dengan benar dan memperoleh nilai tertinggi.

Penghargaan tidak harus berupa materi. Penghargaan juga dapat diberikan dalam bentuk nilai tambahan atau hal non materi lain. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah

penelitian yang pernah dilakukan oleh (Esminarto, 2016) tentang implementasi model STAD meningkatkan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar pada materi bilangan cacah sampai 1000 kelas 3 SD Muhamadiyah Miliran Yogyakarta  dapat disimpulkan bahwa:N

  • Penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe STAD berhasil meningkatkan hasil belajar pada materi bilangan cacah sampai 1000.
  • Pembiasaan siswa untuk mematuhi tata tertib dan membekali siswa keterampilan sosial emosional dengan pembiasaan positif di kelas saat proses pembelajaran dalam kelompok maupun individu meningkatkan motivasi belajar siswa

Diharapkan penelitian ini tidak hanya memberikan hasil yang signifikan bagi peningkatan hasil belajar siswa, tetapi juga dapat menjadi referensi bagi guru lain dalam menerapkan model pembelajaran yang inovatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun