Dunia pendidikan semakin berkembang. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi. Dimana alat komunikasi semakin canggih dan sangat mudah diikuti.
Dampak perkembangan bisa negatif maupun positif. Kekurangannya, tingkat empati sosial pada lingkungan sekitar berkurang. Individualisme meningkat disebabkan lebih konsentrasi pada media teknologi yang dihadapi.
Dampak positif yang bisa dilihat, informasi sangat mudah dan cepat diperoleh. Ilmu pengetahuan mudah dipelajari menggunakan teknologi dan informasi yang ada saat ini.
Mengingat dampak yang ditimbulkan tak selalu positif, dimungkinkan adanya kegiatan yang mampu menyeimbangkan sisi positif dan negatif. Meningkatkan dan mengembangkan sisi positif serta meminimalisir dampak negatifnya.
Penanaman karakter baik pada peserta didik menjadi salah satu cara bagaimana menyeimbangkannya. Dimana karakter tersebut tidak serta merta dimiliki peserta didik. Harus melewati tahapan dan pembiasaan dalam setiap aktivitasnya.
Karakter baik salah satunya dengan bersimpati dan empati terhadap lingkungan sekitar. Memerdulikan banyak hal yang terjadi di sekitar kehidupannya. Dengan demikian, peserta didik tak lagi menjadi pribadi yang individualis namun mandiri yang peduli sesama.
Menangkap hal itu, Mangli, salah satu desa di bawah kaki gunung Sumbing, Kabupaten Magelang menawarkan program sederhana bermanfaat. Menjadi kegiatan pengalihan sementara kegiatan teknologi modern pada kehidupan pegunungan yang sederhana.
Intansi pendidikan yang ingin menanamkan pendidikan karakter pada peserta didiknya cukup datang dan lakukan kegiatan layaknya masyarakat setempat.
Live In
Karakter baik yang diharapkan tak akan bisa masuk dalam karakter peserta didik jika tak mengalami sendiri. Untuk itu, peserta didik harus masuk dalam kehidupan masyarakat Mangli. Berkegiatan dan memelajari segala sesuatu yang dilakakukan oleh masyarakat tersebut. Mulai dari bangun tidur, hingga tidur kembali.
Tinggal bersama penduduk setempat sering disebut dengan istilah 'Live In'. Â Peserta didik menyesuaikan diri dengan kehidupan induk semang rumah yang ditinggali.
Mangli dengan pemandangan yang sangat indah dengan udara sangat sejuk menjadikan peserta didik nyaman menjalani 'kehidupan sementara' yang mereka jalani.
Pelajaran Hidup
Banyak hal yang bisa dipelajari dan diambil hikmahnya dalam kegiatan ini. Salah satunya peserta didik belajar bagaimana bisa hidup sederhana dan bersahaja. Masyarakat Mangli tak menilai materi dalam membangun kehidupan di masyarakat.
Penerimaan mereka yang ramah dan menghargai orang baru menjadi nilai sendiri yang dapat dipetik para peserta didik. Mereka juga tak mengukur kebahagiaan dinilai dari materi. Contohnya, mereka 'nyubya-nyubya', memuliakan tamunya. Pulangnya, seluruh tamu diberikan buah tangan hasil panen mereka dengan tanpa menghitung berapa banyak nilainya jika dirupiahkan.
Kondisi kaki pegunungan dengan posisi geografis yang naik turun mengajarkan karakter pantang menyerah. Dengan ketinggian jika diukur derajat kemiringan lebih dari 50 dijalani dengan senang hati. Pantang lelah, pergi ke ladang, naik turun, pulang pergi setiap hari.
Antara masyarakat setempat dengan peserta terlihat sangat akrab, menunjukkan bahwa program penanaman karakter pada peserta didik berhasil. Masyarakat juga tidak terisolir dari kemajuan teknologi, dimana mereka mau menerima orang luar dalam kehidupan mereka.
Berminat?
Kunjungi Mangli, Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Tepatnya arah barat laut Borobudur. Akan ditemukan 'the hidden paradise' yang tak terbayangkan sebelumnya.
Magelang, 01042019
-Ummi Azzura Wijana-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H