Sungguh nyekar ini memberikan pemelajaran yang luar biasa bagi sesiapa yang sungguh-sungguh melakukannya. Terpenting, dalam "nyekar" tidak melakukan hal-hal yang bersifat syirik hingga menyekutukan Allah SWT. Misalnya dengan minta doa kepada orang yang sudah meninggal bukan pada Allah SWT.
Sebagai catatan akhir dapat diambil hikmah bahwa tradisi Jawa yang kini kian menghilang memiliki makan filosofis yang dalam. Namun seiring perkembangan zaman kian hilang ditelan peradaban yang dikatakan kian maju melesat ke depan. Sayang sekali, budaya "golek apem" dan "genduren riyaya" ini sudah hilang. Jikapun masih ada hanya sebagian kecil masyarakat yang melakukannya.Â
Sedangkan "nyekar" masih banyak yang melakukannya. Namun kebanyakan hanya dilakukan oleh orang-orang dewasa. Belum diikuti oleh anak muda dan anak-anak yang seharusnya diikutsertakan sebagai bentuk pelajaran hidup. Wallahu'alam bisawab.
-Ummi Azzura Wijana-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H