Tumpeng yang dalam sejarahnya merupakan akulturasi budaya Hindu Jawa hingga pada Islam jawa. Tumpeng merupakan akronim dalam bahasa Jawa, yakni yen metu kudu sing mempeng (kalau keluar harus sungguh-sungguh). Artinya segala sesuatu yang dilakukan harus dilaksanakan dengan sungguh tidak ada kata ragu sedikitpun. Bentuknya yang kerucut diartikan sebagai harapan agar hidup selalu sejahtera. Seperti kemenangan yang diraih di hari raya Idulfitri. Harus sungguh-sungguh dirayakan dengan penuh rasa syukur tanpa berlebihan agar hidup sejahtera.
Lauk yang disertakan dalam tumpeng tersebut juga sangat sederhana. Tanpa ayam atau telur yang bisa dibilang termasuk makanan mewah. Makanan tambahan ini biasanya berjumlah tujuh macam. Tujuh di dalam bahasa jawa penyebutannya adalah "pitu" yang berarti "pitulungan". Yaitu pertolongan dari Allah SWT. Dapat dimaknai bahwa setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia tidak akan tercapati tanpa campur tangan pertolongan Tuhan, Allah SWT.
Dalam tumpeng tersebut hanya terdiri dari urap sayuran yang diletakkan di antara tumpeng nasi tersebut. Bumbu urap berarti "urip" atau hidup atau mampu menghidupi (menafkahi) keluarga. Memberi makna berupa harapan yang besar supaya anggota keluarga dapat menghidupi dan dapat dihidupi dengan baik. Dengan rejeki yang halalan thoyibah.
Sebagai makanan penyerta, namun wajib, berupa sayur kluweh dan kacang panjang yang diikat dimasak rebus atau tumis. Kacang panjang dapat diartikan sebagai pemikiran yang jauh ke depan. Kluwih berarti linuwih atau mempunyai kelebihan dibanding lainnya. Dimaknai bahwa manusia harus memiliki visi yang jauh ke depan.
Makanan lain adalah Peyek teri. Peyek teri yang disertakan dalam "genduren riyaya" tersebut adalah simbol. Ikan teri selalu hidup bergerombol. Hal ini memiliki makna filosofi contoh dari kebersamaan dan kerukunan. Diharapkan setiap ummat muslim tidak terpecah belah namun bisa hidup rukun dan damai.
Makanan tambahan lain yaitu kerupuk, tempe goreng, kedelai goreng, dan mi goreng. Tentu saja yang tidak boleh ketinggalan adalah kue apem. Kue apem yang memiliki makna memaafkan seperti yang diungkapkan di muka.
Dengan penyajian makanan yang sederhana tersebut memberikan makna kesederhanaan yang luar biasa. Bentuk syukur yang tak harus dimaknai dengan hal-hal yang berlebihan. Seperti dalam menyambut lebaran, di mana pada intinya adalah merayakan kemenangan dengan rasa syukur dan saling memaafkan.
"Nyekar" ke Makam
Satu lagi kegiatan yang dilaksanakan jelang lebaran adalah "nyekar". Yaitu ziarah kubur ke makam leluhur, anggota keluarga yang telah meninggal mendahului kita. Ziarah ini diajarkan untuk mendoakan mereka yang telah tiada. Bagi kita yang masih hidup sebagai bentuk pengingat, bahwa setelah dunia akan ada akhirat. Setelah hidup aka nada kematian.
Di sana dapat memertebal keimanan karena mengingatkan akan mati. Bahwa apa yang pernah menginjak tanah suatu saat akan berada di bawah tanah. Atau dengan kata lain akan dikubur dalam tanah sebagai mayat tak bernyawa lagi.
Nyekar ini pula dapat menjadikan seseorang menjadi lebih rendah hati dan tidak sombong dengan keberadaannya sekarang. Sekuat dan sehebat apapun seseorang suatu saat dia akan kembali ke haribaan sang pencipta tanpa membawa apapun seperti saat bayi dilahirkan ke dunia tanpa sehelai benangpun.