Selikuran ini dilaksanakan di masjid dan musholla dengan cara bersedekah makanan yang diaminkan dengan doa-doa oleh kyai pada masjid musholla tersebut. Makanan sederhana tak istimewa, hanya makanan yang dimasak seperti biasa harian masyarakat. Setelah didoakan oleh kyai, makanan tersebut dijadikan satu kemudian dibagikan kembali kepada masyarakat yang membawanya ke masjid atau musholla. Selain itu dimakan bersama-sama dan dibagikan kepada pengurus masjid dan masyarakat yang membutuhkan.
![Makan Bersama. Dokpri.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/06/10/whatsapp-image-2018-04-09-at-17-43-53-5b1cd426cf01b4336b4a6212.jpeg?t=o&v=555)
'Selikuran' sebagai penanda agar ummat muslim lebih meningkatkan ibadahnya meraih malam lailatul qodar. Di mana lailatul qodar merupakan suatu malam yang dimana malam ini adalah merupakan malam yang memiliki keutamaan dan keistimewaan yang luar biasa, yaitu malam yang lebih baik daripada 1000 bulan atau bisa juga dikatakan sebagai malam yang penuh kemuliaan.
Beda daerah beda adat dan kebiasannya. Di jawa sendiri, tak semua masjid dan musholla melaksanakan 'selikuran'. Namun hal ini biasanya ditunggu oleh jamaah masjid musholla. Baik anak-anak maupun dewasa. Momentum makan bersama tersebut menjadi kebahagiaan tersendiri. Selain itu mampu memerat ukhuwah islamiyah. Wallahu'alam bisawab.
-Ummi Azzura Wijana-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI