Bulan ramadhan penuh rahmat dan ampunan. Dalam setiap helaan nafas dengan menyebut nama Allah dihitung sebagai ibadah. Sepuluh hari pertama penuh rahmat dengan banyak berdoa dan beribadah kepada Allah. Sepuluh hari kedua penuh maghfirah, ampunan. Untuk memerbanyak istigfar mohon ampun kepadaNya. Dan Sepuluh hari ketiga, dibebaskan dari api neraka dengan memerbanyak berdoa, menyucikan diri dengan i'tikaf dan ibadah lainnya.
Ramadhan ini kemudian dimaknai ummat muslim dengan memerbanyak amal dan ibadah. Ibadah habluminallah maupun habluminannas. Di mana ummat muslim memerbanyak ibadah dan berdoa kepada Allah SWT. Mohon ampunan mengharap ridhoNya. Kemudian memerbanyak sedekah kepada sesama. Biasanya diwujudkan dalam bentuk makanan untuk berbuka maupun untuk sahur.
Banyak cara yang digunakan untuk memberikan sedekah. Saat buka puasa diberikan kepada jamaah masjid yang sedang berbuka dalam bentuk makanan. Adapula yang menyebutnya jaburan, makanan yang diberikan sesaat setelah selesai sholat tarawih. Baik bagi anak-anak maupun bagi orang dewasa yang melakukan sholat tarawih. Ada yang membagikan di tempat-tempat ngabuburit, di mana di sana banyak didatangi orang. Ada pula yang membagikan makanan saat menjelang sahur.
Sahur on The Road
Membagikan makanan pada malam hari menjelang sahur menjadi tren baru di kalangan anak muda. Terutama bagi para pecinta motor. Mereka bersama komunitasnya memanfaatkan momentum ramadhan untuk berbagi. Berkonvoi di jalanan kemudian memberikan makanan di jalan bagi para musafir yang menjalankan puasa.
Tujuan membagikan makanan ini baik, namun ada beberapa oknum yang akhirnya menjadikan sahur on the road kurang bisa diterima di masyarakat. Pasalnya, para bikers, sebutan bagi para pecinta motor, memanfaatkannya untuk hal-hal yang kurang positif.
Saat di jalan bertemu dengan komunitas lain sesama bikers yang membagikan makanan ada rasa tidak suka antar komunitas. Akhrinya terjadi gesekan antara kedua komunitas tersebut. Mengakibatkan terjadinya tawuran di jalan, kebut-kebutan, bisa pula menyebabkan kriminalitas. Tidak jadi beramal baik membagikan makanan bagi para musafir yang akan menjalankan puasa justru mengotorinya dengan perbuatan tidak terpuji.
Bahkan baru-baru ini ada pelarangan melakukan sahur on the road. Dikarenakan menyebabkan tawuran antar komunitas motor. Menimbulkan keresahan di masyarakat dan kurang nyamannya para pengguna jalan di saat malam hari.
Namun ada pula beberapa komunitas yang benar-benar berniat untuk berbagi dan berderma. Namun hal ini tertutup oleh peristiwa-peristiwa negatif yang dilakukan oleh beberapa oknum seperti di muka. Membuat masyarakat kurang simpati dalam menanggapi niat baik para komunitas yang membagikan makanan sahur tersebut.
Berbagi untuk Ibadah
 Mengingat sahur on the road banyak mudharatnya dari pada manfaatnya, alangkah lebih baik rejeki yang ingin dibagi disalurkan kepada pihak yang tepat. Hal ini bisa dilakukan dengan membagi makanan untuk berbuka, tak harus untuk sahur.
Rejeki itu dibagikan di tempat-tempat yang memang tepat dan membutuhkan. Seperti panti asuhan atau tempat-tempat para pekerja bangunan kerja lembur di malam hari. Di tempat seperti itu justru tepat sasaran. Di panti asuhan selain berbagi juga merasakan bagaimana kehidupan di panti asuhan. Ikut simpati dan empati dengan mereka yang tinggal di sana dalam keadaan tidak punya orang tua lagi. Yatim, piatu, atau bahkan yatim piatu. Dengan kita mendatangi mereka, menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Merasa diperhatikan dan memiliki banyak saudara meskipun orang tuanya telah tiada.
Dengan demikian, cara berbagi ini tak mengurangi nilai ibadah. Justru di sini menambah rasa syukur dan bisa beribadah seperti saat di rumah dan lingkungan keluarga. Tetap bisa menjalankan sholat tarawih, tadarus, dan sholat subuh berjamaah dengan mereka, baik anak-anak yatim maupun mereka yang sedang bekerja keras untuk keluarga. Di sela-sela istirahat mereka.
Jika perlu, rejeki dikumpulkan sedikit demi sedikit. Dijadikan santunan untuk diberikan kepada fakir miskin. Santunan bisa diberikan dalam bentuk zakat, dan dibagikan menjelang Idul FItri. Dibagikan kepada mereka yang benar-benar sengsara hidupnya. Anak yatim piatu, janda miskin tidak berpunya yang tak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.Â
Dengan berbagi mampu membersihkan hati. mensucikan diri dengan banyak mendekatkan diri pada illahi. Menyambut hari yang fitri dengan hati yang fitri, bersih dari iri dan dengki. Wallahualam bisawab.
-Ummi Azzura Wijana-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H