Kota Magelang memiliki beberapa julukan, seperti Kota Harapan, Kota Sejuta Bunga, Kota pensiun, Kota Gethuk, dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan banyak hal yang bisa dieksplore di Kota kecil yang dikelilingi 7 gunung ini.
Di antaranya, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Andong, Gunung Telamaya, dan juga Gunung Tidar yang berada di tengah Kota Magelang. Sehingga suasana kota ini sangat nyaman dan sejuk. Oleh karenanya banyak orang saat masa pensiun datang, mereka pulang ke Kota Magelang.
Kota Magelang juga disebut-sebut sebagai Pakuning Tanah Jawa. Di mana di tempat ini terdapat sebuah tugu dengan huruf Jawa yang melingkari tugu. Bacaan dari huruf Jawa tersebut adalah sa sa sa sa. Jadi keempatnya huruf sa semua.
![Pakuning Tanah Jawa. Foto: Ummi Azzura](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/22/29004454-1558989714200386-859649507-n-5ab30e1af133440c106942b2.jpg?t=o&v=770)
![Tugu di Gunung Tidar. Foto: Ummi Azzura](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/22/29003810-1558994824199875-813248757-n-5ab30f5adcad5b798267d923.jpg?t=o&v=770)
![Peziarah berdatangan. Foto: Ummi Azzura](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/22/29547293-1558989417533749-1513198771-n-5ab30c61cbe5235d7a2a8db2.jpg?t=o&v=770)
![Tangga Menuju Puncak Gunung Tidar. Foto: Ummi Azzura](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/22/29003894-1558991457533545-2089416761-n-5ab30c6ccf01b446203e0a63.jpg?t=o&v=770)
![Rest Area Gunung Tidar. Foto: Ummi Azzura](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/22/29134403-1558997440866280-187110811-n-5ab30bf7ab12ae157c32b0d2.jpg?t=o&v=770)
![Monyet yang berkeliaran. Foto: Ummi Azzura](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/22/29003924-1559009317531759-510478083-n-5ab30da5caf7db308d45e742.jpg?t=o&v=770)
Kyai Semar atau Badranaya terkenal dalam kisah pewayangan yang diwariskan oleh Sunan Kalijaga. Konon Sunan Kalijaga pernah bertemu dengannya, sehingga terinspirasi untuk memasukkan ceritanya dalam Carangan dan Pewayangan dengan nama tokoh Semar yang menyertai Bagong, Gareng, dan Petruk.
![29341140-1558991264200231-574143674-n-5ab30c3cab12ae16e14932b2.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/22/29341140-1558991264200231-574143674-n-5ab30c3cab12ae16e14932b2.jpg?t=o&v=770)
Dikisahkan bahwa, Kyai Semar atau Badranaya ini asal muasal namanya adalah Inana Badranaya. Inana Badranaya adalah seorang Biksu Budha yang mengabdi di Kerajaan Tarumanegara. Setelah kerajaan ini runtuh, Inana Badranaya melakukan pengembaraan hingga ke wilayah Timur. Dari satu tempat hingga tempat lain dari satu gunung ke gunung yang lain. Suatu saat Inana Badranaya sampai di Gunung Srandil Cilacap. Dari sana dia melihat Gunung Tidar dari kejauhan, di mana dahulu disebut sebagai Gumuk Lintang.
Di tempat ini, Inana Badranaya melakukan Tarak Brata di atas sebuah batu. Hingga moksa, setelahnya dia menitis atau bereinkarnasi pada tokoh Kerajaan Medang Lamulan. Pada jaman Majapahit dia menitis pada seorang abdi Sapu Angina tau Sapu Jagad.
Sedangkan menjelang berakhirnya Majapahit, Anana Badranaya menitis pada seorang abdi bernama Sabdo Palon atau Noyogenggong. Anana Badranaya hingga saat ini masih dipercaya masyarakat bisa menitis pada seseorang yang diinginkannya. Hingga saat ini Petilasannya masih dikunjungi peziarah, letaknya berada di paling atas Gunung Tidar.
Kyai Sepanjang
Satu lagi makam Kyai berada di Gunung Tidar ini. Makam tersebut bernama Makam Kyai Sepanjang yang memiliki panjang 7 meter. Kyai Sepanjang merupakan senjata  Syekh Subakir berupa Rajah Kalacakra atau tombak. Pada saat terjadi perdebatan dengan Inana Badranaya senjata ini digunakan untuk mengalahkan Inana Badranaya. Tombak ini ditancapkan di area Gumuk Lintang untuk mengalahkan Inana Badranaya.
![Makam Kyai Sepanjang. Foto: Ummi Azzura](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/22/29134219-1558997877532903-2058674320-n-5ab30df2caf7db30804a61a2.jpg?t=o&v=770)
Syekh Subakir dalam sejarahnya merupakan waliyullah, seorang tokoh yang memiliki peran pesar pada masa Wali sanga. Syekh Subakir berasal dari Turki yang diamanahi untuk menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Pada saat itu, Masyarakat Jawa memiliki keyakinan Hindu, sehingga diutuslah Syekh Subakir untuk memberikan pengajaran Agama Islam.
![Makam Syekh Subakir. Foto: Ummi Azzura](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/22/29135090-1558989000867124-282553358-n-5ab30dd9cbe5235dae196b42.jpg?t=o&v=770)
Pada akhirnya, dia datang pulang dan kembali bersama para santrinya dan membawa senjata Rajah Kalacakra atau tombak. Konon untuk mengalahkan Inana Badranaya, tombak sepanjang 7 meter yang kemudian disebut kyai sepanjang ini dibuka dan ditancapkan di Gumuk Lintang. Dibukanya senjata ini, di Gumuk Lintang menjadi asal muasal nama Gunung Tidar. Maknanya Peti di Udar, yaitu peti penyimpan senjata Syekh Subakir diudar/dibuka.
Sejak saat itulah Inana Badranaya yang kemudian disebut Kyai Semar dan para pengikutnya, di mana masyarakat sebagai dahnyang penguasa Pulau Jawa, pergi tunggang langgang. Meninggalkan Gumuk Lintang.
![Petilasan Pangeran Purboyo. Foto: Ummi Azzura](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/22/29019571-1558990240867000-1212165908-n-5ab30ebbcbe5235c1f79f402.jpg?t=o&v=770)
-Ummi Azzura Wijana-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI