“Jarwo!, cepat menuju sisi panggung bagian barat” tiba-tiba sound berdengung keras. Suara Sopo sang bos menggemparkan seluruh isi lapangan. Orang-orang yang sudah mulai berdatangan terhenyak. Ada apa ini? Jarwo yang memegang mic layaknya petugas karaoke hanya tersenyum melihat orang-orang kaget mendengar suaranya. Di sisi selatan, tepatnya di belakang panggung, Jarwo berlari tergopoh-gopoh mendekati sumber suara.
“Ada apa bos?”
“Kenapa tidak menyahut panggilanku?” bentak Sopo kepada Jarwo yang bingung tidak mengerti.
“Pertunjukkan akan segera dimulai, Dayat akan segera memasuki panggung, kamu itu bagaimana? Saya repot memantau kalau tidak menggunakan mic ini”. Jarwo hanya tersenyum, badannya besar, tapi otaknya kecil. Makanya dia sering dibentak-bentak, karena ketidak mengertiannya. Tapi kali ini dia sepertinya agak hidup otaknya.
“Bos, yang bos cangking ke mana-mana dari tadi itu apa? Yang dipegang pakai tangan kiri?”. Sopo celingukan melihat-lihat tangan kirinya yang memegang handy talky.
“Hehe, Jarwo, Jarwo, kamu cerdas kali ini!”
“Sudah, sana pergi, tidak saya suruh push up kali ini!, Bebas!”
“Asyik”, jawab Jarwo dengan senang hati, senyum kecut. Dia merasa bossnya pinter darinya. Hehehe.
***