Mohon tunggu...
Sumbo Tinarbuko
Sumbo Tinarbuko Mohon Tunggu... -

dosen komunikasi visual isi yogyakarta | konsultan komunikasi visual | pemerhati budaya visual | penulis buku dekave penanda zaman masy global, semiotika komunikasi visual, iklan politik dalam realitas media | relawan komunitas reresik sampah visual | http://sumbotinarbuko.com/cv-sumbo | instagram: @sumbotinarbuko | twitter: @sumbotinarbuko | facebook: @sumbotinarbuko

Selanjutnya

Tutup

Politik

‘’Caleg Penunggu Pohon’’

22 November 2013   22:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:47 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam berkampanye, kenapa ‘caleg penunggu pohon’ menjalankan strategi komunikasi obral janji politik? Kenapa mereka meniru pengelola mal atau pusat perbelanjaan yang suka menggelar obral diskon? Ditengarai, ‘caleg penunggu pohon’ adalah caleg panik yang dikejar deadline untuk memperkenalkan dirinya pada calon pemilih di daerah pemilihannya. Caleg seperti itu adalah caleg instan yang tidak memiliki dukungan riil di tengah masyarakat calon pemilih. Karena dosa sosial semacam itulah, mereka akhirnya membenamkan diri bersama obral janji yang dikemas dalam iklan politik dengan konsep hard sell. Mereka sangat menyukai konsep semacam  ini, sebab diyakini  mujarab mendongkrak popularitas ‘caleg penunggu pohon’.

Apa yang terjadi kemudian? Realitas lapangan menunjukkan arah jarum jam yang  berputar terbalik. Barangkali, secara kasatmata mereka populer di depan mata calon pemilih. Realitas sosial mengabarkan sebaliknya. Kenyataannya, aspek elektabilitasnya mengarah pada satu titik nadir. Artinya, popularitas ‘caleg penunggu pohon’ yang didongkrak lewat tebaran sampah visual iklan politik yang ditancapkan di ruang publik dalam bentuk alat peraga kampanye, fakta visualnya tidak dengan sertamerta dipilih rakyat.

Kualitas Merek  Caleg

Cukupkah ‘caleg penunggu pohon’ bermodalkan popularitas dan gelontoran fulus untuk belanja alat peraga kampanye? Tidak cukup.  Pengalaman lapangan yang sudah teruji ruang dan waktu harus menjadi modal sosial ‘caleg penunggu pohon’. Kualitas merek  sang caleg jauh lebih penting dari pada sekadar obral janji politik dan  gembar gembor memromosikan dirinya bagaikan tong kosong berbunyi nyaring. Sebab  kualitas merek sang caleg yang kuat positioningnya, dapat dibuktikan lewat segepok karya nyata yang bermanfaat demi kemaslahatan rakyat Indonesia. Bukannya dibuktikan lewat tebaran sampah visual iklan politik yang dibentangkan dan ditancapkan ‘caleg penunggu pohon’ di seantero ruang publik.

*) Sumbo Tinarbuko, Dosen Komunikasi Visual ISI Yogyakarta dan Relawan Komunitas Reresik Sampah Visual | website: www.sumbotinarbuko.com | www.sampahvisual.com | twitter: @sumbotinarbuko | @sampah_visual |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun