Dalam berkampanye, kenapa ‘caleg penunggu pohon’ menjalankan strategi komunikasi obral janji politik? Kenapa mereka meniru pengelola mal atau pusat perbelanjaan yang suka menggelar obral diskon? Ditengarai, ‘caleg penunggu pohon’ adalah caleg panik yang dikejar deadline untuk memperkenalkan dirinya pada calon pemilih di daerah pemilihannya. Caleg seperti itu adalah caleg instan yang tidak memiliki dukungan riil di tengah masyarakat calon pemilih. Karena dosa sosial semacam itulah, mereka akhirnya membenamkan diri bersama obral janji yang dikemas dalam iklan politik dengan konsep hard sell. Mereka sangat menyukai konsep semacam ini, sebab diyakini  mujarab mendongkrak popularitas ‘caleg penunggu pohon’.
Apa yang terjadi kemudian? Realitas lapangan menunjukkan arah jarum jam yang berputar terbalik. Barangkali, secara kasatmata mereka populer di depan mata calon pemilih. Realitas sosial mengabarkan sebaliknya. Kenyataannya, aspek elektabilitasnya mengarah pada satu titik nadir. Artinya, popularitas ‘caleg penunggu pohon’ yang didongkrak lewat tebaran sampah visual iklan politik yang ditancapkan di ruang publik dalam bentuk alat peraga kampanye, fakta visualnya tidak dengan sertamerta dipilih rakyat.
Kualitas Merek  Caleg
Cukupkah ‘caleg penunggu pohon’ bermodalkan popularitas dan gelontoran fulus untuk belanja alat peraga kampanye? Tidak cukup.  Pengalaman lapangan yang sudah teruji ruang dan waktu harus menjadi modal sosial ‘caleg penunggu pohon’. Kualitas merek  sang caleg jauh lebih penting dari pada sekadar obral janji politik dan gembar gembor memromosikan dirinya bagaikan tong kosong berbunyi nyaring. Sebab kualitas merek sang caleg yang kuat positioningnya, dapat dibuktikan lewat segepok karya nyata yang bermanfaat demi kemaslahatan rakyat Indonesia. Bukannya dibuktikan lewat tebaran sampah visual iklan politik yang dibentangkan dan ditancapkan ‘caleg penunggu pohon’ di seantero ruang publik.
*) Sumbo Tinarbuko, Dosen Komunikasi Visual ISI Yogyakarta dan Relawan Komunitas Reresik Sampah Visual | website: www.sumbotinarbuko.com | www.sampahvisual.com | twitter: @sumbotinarbuko | @sampah_visual |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H