Mohon tunggu...
Sumayyah
Sumayyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Sastra Arab UGM

Pembelajar seni hidup disayang Allah, berkah, dan bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kata Siapa ke Luar Negeri Harus Mahal? [Cahaya di Negeri Dua Benua: Pengalaman Berkunjung ke Istanbul]

5 Desember 2021   12:00 Diperbarui: 5 Desember 2021   12:13 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hai, mana nih sobat-sobat yang harus mikir dua kali kalau mau bepergian jauh dengan ongkos yang lumayan mahal?"

Orang-orang biasanya ke luar negeri untuk sekolah, liburan, silaturahim, urusan bisnis, dll. Ongkos ke luar negeri pun terbilang mahal, apalagi bagi mahasiswi seperti saya, cukup menguras rekening, sangat fantastis. Namun, hanya berbekal do'a dan paspor (yang 1 tahun lagi habis masa berlakunya), akhirnya tibalah Allah takdirkan saya untuk bisa berkunjung ke negeri yang saya impikan sejak lama. Pengalaman ini diawali dari seorang teman yang meminta bantuan saya, dan mengajak saya untuk datang ke Istanbul. Segala urusan mengenai administrasi dan biaya, semuanya dia yang urus. MaasyaAllah, "the real rezeki min haitsu laa yahtasib", rezeki yang datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Tidak pernah terpikir sebelumnya bahwa salah satu impianku akan terwujud secepat ini.

Perjalanan dimulai pada 16 Agustus 2021. Terpantau, pesawat aman terparkir di lapangan udara, para penumpang yang terdiri mulai dari pelancong sampai mahasiswa, sudah menunggu di depan pintu gate. Saya berada di antara mereka, membawa koper dan menggendong ransel seorang diri. 

Untuk pertama kalinya menaiki pesawat, Saya memberanikan diri pergi sendiri. Keadaan, suasana, dan aroma di pesawat mematahkan dugaanku bahwa naik pesawat pasti bikin mual. It’s actuallywrong”. Pesawat Ettihad yang saat itu memang sedang banyak diminati karna promonya, menjadikan kursi saat itu terisi penuh, dengan setiap satu kursi setelah satu penumpang dikosongkan untuk menjaga physical distancing antar penumpang. Di masa pandemi ini, persyaratan atau aturan di Bandara dan pesawat diperketat dengan berbagai protokol kesehatan. Mulai dari hasil tes PCR, masker, hand sanitizer, physical distancing, dan aplikasi eHAC. Ternyata naik pesawat tidak menyeramkan seperti yang dibayangkan sebelumnya. Kursi pesawat yang dilengkapi dengan seat belt, bantal, selimut, dan Inflight Entertainment (IFE) nirkabel atau layar hiburan di belakangnya, membuat para penumpang merasa aman dan nyaman, sehingga perjalanan terasa menyenangkan.

Pesawat melakukan transit di Bandara Internasional Abu Dhabi. Ternyata ini bukan hanya perjalanan pertamaku saja, melainkan lima orang PMI (Pekerja Migran Indonesia) yang kebingungan mencari pintu gate di Bandara Internasional Abu Dhabi, terlihat dari raut wajah mereka. Garis-garis kerutan di wajah pun menjadi saksi kerja keras mereka menyambung hidup dan memperjuangkan kehidupan yang lebih baik. 

Di belahan bumi lain, ada keluarganya yang menunggu kabar baik dan selalu mendo’akan mereka. Akhirnya kami bergabung sampai kembali menaiki pesawat menuju Istanbul, Turki. -Untuk sekadar informasi, jika melakukan transit di Bandara Internasional Abu Dhabi, lebih baik kita langsung tanyakan ke petugas Bandara di dekat pintu gate, untuk keberangkatan menuju negara tujuan kita lewat gate berapa. Karna berdasarkan pengalamanku dua kali transit di Bandara Internasional Abu Dhabi, pintu gate selalu tidak sesuai dengan yang tertulis di boarding pass, atau selalu ada perubahan pintu gate, dan saya hampir tertinggal pesawat. Berlari sambil membawa koper dan ransel dari gate 61 menuju gate 8 dan masuk ke dalam pesawat bersama rombongan penumpang lain yang terakhir adalah pengalaman yang sangat tidak bisa dilupakan.-

Layar di depanku menginformasikan bahwa 10 menit lagi pesawat akan landing di lapangan udara Bandara Internasional Istanbul. Sudah nampak dari atas awan, pesona negeri bekas Konstantinopel yang begitu indah. Arsitektur bangunan yang khas Eropa, dengan warna-warnanya yang pastel, sangat selaras dengan warna langit yang sangat cerah siang itu. Sebagai informasi lagi, di Bandara Internasional Istanbul jika kita ingin membawa barang dengan stroller itu tidak gratis, kita harus menyewanya dengan harga 10 TL. Di sanapun sudah disediakan money changer, jadi tidak perlu khawatir jika tidak membawa uang Turki (Turki Lira), karna kita bisa mendapatkannya dengan menukarkan uang rupiah. Di dekat jajaran stroller, di pinggir tempat pengambilan bagasi kita akan menemukan sebuah mesin. Di sanalah kita bisa menyewa stroller. Cukup masukkan uang 10 TL ke dalam mesin, maka satu stroller bisa diambil.

Seorang teman menjemput saya di Bandara. Sembari menunggu otobus, dia memberi sebuah kartu. Cukup menarik, karna hanya dengan satu kartu itu ternyata kita bisa menaiki berbagai jenis kendaraan umum di Istanbul, seperti otobus, marmaray, dan kapal. Tarif kendaraan secara umum berkisar antara 2 – 8 TL. Namun jika anda mahasiswa, maka anda bisa menggunakan kartu khusus pelajar dan secara otomatis akan mendapat potongan harga. Selama di Turki, temankulah yang menjadi tour guide-ku. Keadaan di Turki saat itu sudah mulai normal kembali karna kasus pandemi yang sudah melandai, suasana di Bandara, transportasi umum, tempat-tempat makan dan wisata sangatlah ramai dan tanpa social distancing. Tetapi mereka masih taat mengenakan masker. Saat itu di Turki telah memasuki penghujung musim panas, sehingga cuaca sangat panas dan terik, tetapi beruntungnya, kami dapat menikmati suasana dan panorama Istanbul yang begitu indah dan cerah.

Istanbul bukanlah ibu kota Turki, melainkan Ankara. Namun, Istanbul merupakan pusat aktifitas ekonomi terbesar di Turki, makanya dia lebih terkenal dibandingkan ibu kotanya sendiri. Jika anda keluar untuk jalan-jalan, mengunjungi tempat wisata atau masjid-masjid di sana, bahkan hanya berjalan di pinggir jalan, maka anda akan melihat bendera Turki berkibar di mana-mana, menjulang tinggi dengan gagahnya, merah menyala menggambarkan jiwa bangsanya. Konon katanya, masyarakat Turki memang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Mereka ingin setiap orang asing yang datang ke Turki bisa melihat bendera yang menggambarkan nasionalisme bangsanya, dan juga budaya-budaya mereka agar dikenal luas oleh mancanegara.

(Dokpri). Halaman masjid Sultan Ahmet
(Dokpri). Halaman masjid Sultan Ahmet

            Hari ke-2 di Turki, kami mengunjungi satu tempat yang sangat terkenal dan menjadi icon-nya Turki. Apa lagi kalau bukan Masjid Sultan Ahmet di Hagia Sophia. Siapa yang tidak tahu dengan masjid yang satu ini? Bahkan orang yang belum pernah ke Turki pun sudah memimpikan ingin mengunjunginya. Arsitektur bangunan dan kaligrafi-kaligrafinya yang indah selalu menjadi sasaran para pelancong untuk berburu foto-foto aesthetic. Jika anda berangkat dari Taksim, anda hanya butuh beberapa menit saja untuk sampai di Hagia Sophia. Dengan menaiki otobus satu kali, lalu menaiki metro, dan sampailah di Hagia Sophia. Ketika memasuki masjid, anda akan disuguhi kaligrafi-kaligrafi indah di dinding dan langit-langit masjid. Selain bisa berfoto menarik di sana, anda bisa menunaikan shalat dan juga belajar sejarah. Jika anda datang bersama rombongan tour, atau menyewa tour guide, dia akan menceritakan sejarah singkat masjid tersebut. Suasana di sana begitu syahdu, cuaca yang cerah pun semakin menampakkan kemolekan bangunannya. Masjid-masjid di Turki kebanyakan berbentuk hampir sama dengan masjid Sultan Ahmet, hanya ada beberapa yang membedakan, seperti warna kubah, jumlah kubah, luas bangunan, dan kaligrafi-kaligrafinya.

            For your information, waktu Turki dengan waktu Indonesia Barat berbeda 4 jam. Dan waktu shalat di Turki berbeda dengan di Indonesia. Waktu shalat yang berbeda di antaranya dzuhur, ashar, maghrib dan isya. Di Turki waktu dzuhur adalah pukul 1 siang, ashar pukul 5 sore, maghrib pukul 7 sore, dan isya pukul 9 malam. Namun, berbeda lagi jika sudah masuk musim dingin. Jadi, tidak aneh jika pukul 7 sore di Turki masih terlihat lumayan cerah, karna baru memasuki waktu maghrib. Dan orang-orang notabennya keluar rumah sampai jam 10 bahkan 11. Saya pun selama di Turki, pulang ke tempat menginap selalu malam hari antara pukul 10-11.

(Dokpri). Selat Bosphorus
(Dokpri). Selat Bosphorus

            Destinasi ke-2 yang kami kunjungi adalah selat Bosphorus, dengan harga sekitar 4-8 TL kami sudah bisa menaiki kapal untuk menyeberangi selat Bosphorus. Setelah menaiki kapal, kami cepat-cepatan menempati tempat duduk. Tempat-tempat yang banyak diincar adalah di bagian luar depan, luar atas, dan pinggir. Karena sangat leluasa untuk melihat view dari sana, apalagi untuk foto-foto. 

Malam itu, kapal tersebut membawaku terombang-ambing dan terpercik ombak selat Bosphorus. Air yang memisahkan namun menyatukan dua benua. Saya disuguhi pemandangan yang begitu indah di pelupuk mata. Dua cahaya dari dua benua menjadi aktor yang berhasil memenangkan hatiku saat itu, “apakah aku adalah orang yang paling beruntung?” itulah yang ada di pikiranku malam itu.

            Masih banyak destinasi yang bisa dikunjungi, yang setiap tempatnya selalu sarat akan makna dan sejarahnya. Gaya-gaya klasik khas Eropa, selalu menjadi daya tarik yang kuat dari setiap bangunannya. Tak perlu khawatir kehabisan rencana, karna akan selalu ada sesuatu yang menarik untuk dikunjungi. Contohnya tempat-tempat yang saya kunjungi setelah masjid Sultan Ahmet dan selat Bosphorus, yaitu Camlica Camii, Masjid Ortakoy, Masjid Suleymeniye, Galata Tower, dan Grand Bazaar.

(Dokpri). Camlica camii
(Dokpri). Camlica camii

Camlica camii adalah masjid terbesar Turki yang terletak di Turki bagian Asia. Letaknya pun di dataran tinggi, jadi jika kita lihat dari jauh, masjid ini berada paling atas dari masjid-masjid lainnya. Udara di sana sejuk, anginnya kencang, dan dari halaman luar masjidnya kita dapat melihat padatnya kota Istanbul dari atas. Bangunannya sangat besar dan luas, menurut saya semua spot di sana sangat cocok dijadikan sebagai background foto-foto aesthetic.

(Dokpri). Masjid di Ortakoy
(Dokpri). Masjid di Ortakoy

Selain itu, ada juga masjid yang patut dikunjungi yaitu masjid Ortakoy. Masjid ini terletak di pinggir laut atau selat Bosphorus. Dari sana kita dapat melihat benua Asia di satu sisi dan benua Eropa di sisi lainnya. Air laut yang biru sangat menyejukkan mata, apalagi dipadukan dengan langit yang begitu cerah, arsitektur masjid yang bergaya Eropa, dan merpati-merpati di halaman masjid dan pinggir-pinggir laut.

(Dokpri). Masjid Suleymeniye/Sulaimaniyah
(Dokpri). Masjid Suleymeniye/Sulaimaniyah

Kalau ingin yang sedikit lebih jauh lagi, ada masjid Suleymeniye. Jika anda masuk ke gerbangnya, maka anda akan langsung melihat hamparan rumput mengelilingi masjid. Anda pun akan menemukan banyak mahasiswa di sana. Di dekatnya ada Universitas dan asrama-asrama mahasiswa. Suasananya sangat cocok untuk belajar.

(Dokpri). Galata Tower
(Dokpri). Galata Tower

Kita berpindah dari masjid, ada juga Galata Tower yang tidak kalah menarik untuk dikunjungi. Tempat ini selalu menjadi inceran para pelancong untuk mengambil gambar-gambar aesthetic. Panoramanya akan semakin indah jika gambar yang diambil tidak hanya menaranya saja, melainkan dengan jalan kecil lurus dari menara yang di sisi-sisinya terdapat cafe-cafe. “Ah, tapi itu sih sesuai selera ya”.

(Dokpri). Grand Bazaar
(Dokpri). Grand Bazaar

Setelah puas jalan-jalan, menikmati keindahan kota Istanbul dengan destinasi-destinasinya yang menarik, jangan lupa membeli oleh-oleh yang bisa anda bawa pulang untuk sendiri, keluarga, teman, dan tetangga. Salah satu tempat yang terkenal adalah Grand Bazaar. Ketika anda memasuki area pusat perbelanjaan, anda akan dibuat bingung dengan kanan-kiri anda yang dipenuhi oleh toko-toko cendera mata. Mulai dari pernak-pernik, perhiasan, pakaian, tas, dan lain-lain. Sebaiknya tahan diri anda agar tidak kalap ketika berbelanja, karna semua barang yang ada di sana seperti magnet yang menarik kita untuk membelinya. Selain itu, anda juga dapat menjumpai banyak toko makanan yang patut dicoba jika datang ke Turki, seperti baklava, kunefe, durum, dan masih banyak lagi.

Bagaimana, tertarik dengan semua destinasi di Istanbul? Saya rasa jawabannya pasti “Ya”. Maka dari itu menabunglah dari sekarang, semoga impianmu menginjakkan kaki di tanah bekas Konstantinopel bisa terwujud. Yang terpenting adalah kita punya mimpi dan berusaha untuk mewujudkannya. Jangan lupa diiringi dengan doa, maka hasilnya nanti adalah mutlak ketetapan dan kehendak Allah. Siapa tahu Allah beri impianmu terwujud dari jalan yang tidak diduga-duga. 

Pesona negeri dua benua menantimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun