Saat resuffle kabinet diumumkan, apa yang paling menarik untuk diikuti? Kalau saya jujur kembalinya Ibu Sri Mulyani ke dalam Kabinet Kerja. Sosok Beliau yang menurut saya sangat inspiratif, terutama untuk para perempuan membawa saya menjelajah semua artikel tentang Beliau yang bertebaran setelah pengumuman resuffle.
Dan ada satu artikel yang sangat menarik buat saya, yaitu artikel berisi pidato Ibu Sri Mulyani di Kampus UI. Dan dalam rentetan panjang pidato tersebut bagian inilah yang paling menarik seorang Ibu rumah tangga anak satu macam saya :
Masalahnya, ketimpangan di Indonesia banyak ditentukan oleh hal-hal yang di luar kendali penderita.
Sepertiga dari ketimpangan di Indonesia disebabkan oleh empat faktor pada saat seseorang lahir: provinsi di mana mereka lahir, apakah tempat lahir itu desa atau kota, apakah kepala rumah tangga perempuan, dan tingkat pendidikan orang tua.
Dengan kata lain, kesenjangan pendapatan bukan sekedar dampak dari ketimpangan semata, tetapi akibat adanya ketimpangan peluang.
Anak-anak Indonesia yang lahir dengan ketimpangan tersebut akan sulit mengatasi ketimpangan di masa depannya. Ketidakadilan ini harus diatasi segera.
Faktor pertama yang menentukan adalah layanan kesehatan.
Sekitar 37% balita Indonesia mengalamistunting, atau tidak menerima nutrisi yang cukup, mulai dari kandungan hingga usia 2 tahun.Stuntingmengakibatkan otak seorang anak kurang berkembang. Ini berarti 1 dari 3 anak Indonesia akan kehilangan peluang lebih baik dalam hal pendidikan dan pekerjaan dalam sisa hidup mereka.
Ini adalah musibah bagi Indonesia. Tingkatstuntingdi Indonesia sangat tinggi dibanding negara tetangga. Misalnya, tingkatstuntingdi Thailand adalah 16%, dan di Vietnam 23%.(sumber)
Yah, bahasan yang sudah sangat familyar di telinga saya terutama sejak saya nyebur ke dunia blogging. Sering diundang menghadiri acara diskusi, seminar kesehatan dan tumbuh kembang anak, bahasan ini sangat sering muncul, dibahas. Dan saya termasuk yang benar-benar fokus mengikuti dengan seksama untuk panduan tumbuh kembang buah hati saya.
Stunting di Indonesia memang merupakan kasus yang benar-benar butuh perhatian serius kalau melihat kondisi-kondisi di lingkungan dan sekitar saya pribadi, bahkan bisa dibilang saya adalah salah satu kasusnya dengan indikasi tubuh tidak bertumbuh tinggi.
Bukan itu saja, kasus gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia tercatat 19,6% dan 10-15% anak mengalami keterlambatan perkembangan (berdasarkan berbagai laporan Kepustakaan). Padahal dalam beberapa tahun ke depan Indonesia mengalami bonus demografi, harapannya tentu adalah diisi SDM yang berkualitas.
Bagaimana Negara akan berkembang pesat secara sosial dan ekonomi, saat SDA yang ada tidak optimal? Tentu akan menghambat produktifitas yang berdampak pada lambatnya pertumbuhan ekonomi sosial sebuah Bangsa Negara.
Tumbuh kembang anak paling penting adalah masa 1000 hari pertama kehidupannya, dari mulai kandungan hingga berusia dua tahun. Sampai pada masa ini, tinggi anak akan mencapai separuh tinggi badan akhirnya. Dan volume otak berkembang mencapai 80% volume otak dewasa. Dan masa proses tumbuh kembang ini bila dibarengi dengan pemenuhan kebutuhan dasar asuh, asih dan asah yang tepat dan seimbang akan menghasilkan manusia Indonesia yang sehat, tinggi, cerdas dan produktif.
![Tampak pertama aplikasi PRIMA (capture pribadi pada aplikasi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/02/picsart-08-02-09-03-33-57a0082db47a617a0bc4e21f.jpg?t=o&v=770)
Karenanya diperlukan pemantauan ketat di masa ini agar anak bisa mencapai tumbuh kembang maksimal. Pemantauan berkala secara tepat dan ketat akan dapat mengetahui sejak dini gangguan pertumbuhan dan keterlambatan perkembangan.
Pantauan tumbuh kembang berkala dapat dilakukan dengan pengukuran berat badan, panjang atau tinggi badan, dan lingkar kepala secara berkala. Sedang perkembangannya mencakup kemampuan motorik kasar seperti duduk, berdiri, berlari dan berjalan. Kemampuan motorik halus yaitu kemampuan berbicara, berkomunikasi, bersosial dengan lingkungan, menggambar dan menulis dan kecerdasan kognitif.
![Tampak bagian profile (Capture pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/02/screenshot-2016-07-27-11-52-55-57a00883579373d40a0c4bb4.jpg?t=o&v=770)
Namun jumlah dokter anak yang hanya sekitar 3700an di Indonesia tidak sebanding dengan angka kelahiran 5 juta pertahun. Ditambah belum meratanya penyebaran dokter di Indonesia, tantangan letak geografis yang yang rumit untuk dan jadi kendala tersendiri dalam penyebaran membuat masalah kompleks yang butuh perhatian banyak pihak.
![Menu utama Aplikasi PRIMA](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/02/screenshot-2016-07-27-11-53-23-57a008b2ae7e61b00ce1a4a2.jpg?t=o&v=770)
Dilaunching secara resmi bertepatan dengan hari anak Nasional pada 23 Juli 2016, bertempat di Gedung Pusat Kesehatan Ibu Anak Kiara RSCM, IDAI resmi melaunching Aplikasi PRIMA untuk orang tua dalam rangkaian seminar “Bincang Santai – Seribu Hari Pertama Kehidupan Optimal, Masa Depan Anak Indonesia Cemerlang”.
![screenshot-2016-08-01-22-26-34-57a008dc2523bdee278db48c.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/02/screenshot-2016-08-01-22-26-34-57a008dc2523bdee278db48c.jpg?t=o&v=770)
Apa sih Aplikasi PRIMA?
Yaitu aplikasi pantau tumbuh kembang anak yang bisa digunakan oleh dokter (profesional) dan Orang tua. Berisi jadwal imunisasi beserta infonya, kapan imunisasi baiknya dilakukan. Dan berdasarkan tabel yang tersedia, sebenarnya hingga usia 18 tahun jadwal imunisasi masih terus berjalan.
Grafik pertumbuhan anak yang standart optimalnya disesuaikan dengan standart WHO dan CDC. Panduan memantau perkembangan buah hati, apakah sudah sesuai berat badannya dengan usianya. Apakah sudah sesuai tinggi badannya dengan usianya.
![screenshot-2016-08-01-22-58-24-57a009035793738e0a0c4bba.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/02/screenshot-2016-08-01-22-58-24-57a009035793738e0a0c4bba.jpg?t=o&v=770)
![Grafik yang tumbuh kembang yang muncul saat saya memasukan data Alisha, yang berusia sekitar 7 tahun (data yang dimasukan tanggal lahir, BB dan TB)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/02/screenshot-2016-08-01-22-58-32-57a0091ebb22bd440a373bfc.jpg?t=o&v=770)
![screenshot-2016-08-01-22-59-04-57a009d7ce9273133ff14979.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/02/screenshot-2016-08-01-22-59-04-57a009d7ce9273133ff14979.jpg?t=o&v=770)
![Pada bangian bawah nyempil hasilnya, menurut saya](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/02/screenshot-2016-08-01-22-59-08-57a009e98e7e61c40af09608.jpg?t=o&v=770)
Kuisioner kunjungan ke dokter, baik sebelum maupun sesudah. Materi edukasi untuk orang tua yang bisa dipilih sesuai usia buah hati hingga usia 18 tahun.
Dan terkahir adalah “Skrining” yang terbagi dua yaitu “Skrining Medis” yang berisi pertanyaan “Skrining utama” untuk anak hingga usia 18 tahun. dan “Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)” untuk anak hingga 6 tahun (72 bulan).
![Tabel Interpretasi Alisha, ke depan mungkin hanya ditampilkan satu yang merupakan hasil gambaran kurva data anak yang disubmit biat tidak siwer Ibu-ibu seperti saya yang sempat bingung](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/02/screenshot-2016-08-01-22-59-12-57a01cd720afbde60c7c91b0.jpg?t=o&v=770)
Saat pemeriksaan, Dokter pengguna aplikasi PRIMA akan mengirimkan kode unik pasien yang dihasilkan oleh aplikasi melalui email yang mana kode unik ini dapat digunakan oleh pasien untuk kunjungan berikutnya.
Kode unik ini untuk memunculkan data grafik Pertumbuhan WHO & CDC dan Milenstone and Redflags. Kode ini dibuat karena tenaga kesehatan profesional tidak diperkenankan menyimpan data pasien.
Jadi pada mulanya aplikasi ini asalnya hanya dibuat untuk para dokter. Seiring waktu berjalan sebagaimana yang dijelaskan oleh Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DR. Dr. Aman Pulungan, Sp.A (K), IDAI ingin masyarakat ikut menggunakan dan merasakan manfaat dari aplikasi ini. Dan dibuatlah versi untuk orang tua.
Karena dibidani oleh dokter Indonesia, maka dibuat dengan sangat khas Indonesia yang mana background dari palikasi ini adalah Batik Sido Luhur yang mengandung filosofi “Agar berhati dan berfikir luhur”. Yang mana program ini merupakan Program IDAI Untuk Membangun Anak Indonesia. Membantu tercapainya tujuan menghasilkan generasi muda tumbuh berkualitas. Karena masa depan bangsa ada di tangan mereka sebagai mana yang disampaikan oleh Dr. Antonius Pudjiadi, Sp. A (K).
Dalam kesempatan launching kali ini, Dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K) MPH mengajak undangan yang hadir di launching demo cara menimbang dan mengukur anak yang tepat dan memasukan data ke aplikasi PRIMA.
![Bagian Materi Edukasi Orang Tua, ke depan untuk membuat pengguna mungkin akan mmenarik ditambah artike kesehatan hingga DIY (tutorial) stimulasi anak dalam bentuk audio visual](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/02/screenshot-2016-08-02-00-36-27-57a01c54ae7e619b0de1a4ac.jpg?t=o&v=770)
IDAI menerima semua masukan dari semua pihak untuk pengembangan aplikasi ini ke depan. Pada dasarnya aplikasi ini akan terus dikembangkan untuk memenuhi standart dan kebutuhan masyarakat dan dokter sendiri. Mulai pengembangan database yang memang harus terus dikembangkan secara maksimal untuk menampung data.
Pengembangan tools dan fungsi, banyak harapan ke depan aplikasi ini bukan sekedar alat pantau dan deteksi dini gangguan perkembangan pada anak secara sederhana, tapi juga deteksi kelainan lebih dalam, seperti anak berkebutuhan khusus seperti kecenderungan menderita Autisme.
Diharapkan bisa jadi P3K digital anak, menyimpan data vaksinasi anak, menjadi penyimpan rekam medis untuk anak yang bisa digubakan di mana pun dan kapan pun. Meski pindah domisili.
Ya, saya salah satu orang tua yang pernah mengalami kesulitan saat anak sakit dan harus diopname di sebuah Rumah Sakit. Namun saat saya memutuskan stay sementara di kota lain, saya cukup bingung menjelaskan detail ke dokter di kota setempat, saat anak sakit lagi. Tidak memungkinkan untuk saya meminta catatan medis lengkap di RS tempat anak saya dulu dirawat saat masih bayi.
Tentu banyak harapan ke depan untuk perkembangan Aplikasi PRIMA, bahkan Dr. Bernie sendiri mengatakan bahwa Aplikasi PRIMA akan akan dikembangkan sebagai Buku KIA digital dan sudah direstui oleh pemerintah.
![Rangkaian acara Launching, Dr. Antonius menjelaskan jalan panjang lahirnya Aplikasi PRIMA, termasuk konsep pengusungan filosofi Sido Luhur yang digunakan dalam background aplikasi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/02/idai-prima-app-3-57a01d9895937376058b4569.jpg?t=o&v=770)
- Aplikasi ini menurut saya masih sangat segmented penggunanya, masih sulit menjangkau masyarakat kalangan bawah. Dengan size aplikasi yang sangat besar, 56 MB – 64 MB yang mana membutuhkan smartphone dengan ruang penyimpanan yang cukup besar. Di era serba aplikasi, persaingan size terkadang jadi pertimbangan pengguna smartphone untuk tetap mempertahankan sebuah aplikasi atau tidak.
- Aplikasi dengan size besar tapi penggunaannya tidak signfikan setiap hari biasanya akan sangat mudah di “copot pemasangan” oleh pengguna smartphone. Dan mayoritas kalangan menegah atas yang memiliki smartphone dengan high spek yang akan bisa menggunakannya dengan maksimal, karena tidak terganggu dengan notofikasi “Memory penuh, pilih salah satu file/aplikasi untuk dihapus”.
- Masukan, ke depan mungkin bisa ditambah dengan update artikel kesehatan, artikel edukasi orang tua lebih banyak dan lebih luas. Bisa juga dengan visual yang menarik. Misal ada tutorial gambar DIY kekinian cara stimulasi motorik anak di rumah melalui berbagai permainan. Tentu akan membuat pengguna lebih betah dan sering menggunakan aplikasi meski sizenya besar.
- Dengan harus menggunakan akses internet penggunaannya, tentu kendala utama yang harus ditaklukan adalah masih tidak meratanya sinyal internet yang stabil di seluruh Indonesia. Oke untuk kota-kota besar, tapi kurang maksimal di daerah kecil dan agak pelosok.
- Dengan selalu menggunakan sambungan internet, kendala lain adalah masih belum meratanya penggunaan internet. Untuk kota besar seperti Jabodetabek dan kotakota besar lain di Indonesia yang mayoritas Ibu-ibu mudanya sudah familyar dengan internet dalam kehidupan sehari-hari tentu tidak masalah.
- Tapi masalah tumbuh kembang anak justru menurut saya paling banyak dialami oleh masyarakat yang tidak begitu familyar dengan internet. Sebagai contoh di kalangan keluarga saya di salah satu kabupaten kecil di Jawa Timur, internet masih merupakan barang mewah. Daripada harus membeli paket internet mereka lebih suka memilih memilih menyimpan Rp 50 ribu untuk keperluan lain yang dianggap jauh lebih penting.
- Padahal masalah gangguan gizi baik yang buruk, kurang maupun kelebihan hingga obesitas paling banyak dialami golongan ini. Yang mana hidup di tengah tradisi “Kurang info dan edukasi” hingga dipenuhi dengan banyak kitos mulai dati hamil hingga melahirkan dan membesarkan buah hati.
- Bahkan mayoritas mereka tidak ribet memikirkan anak kurus, asal masih kuat lari dan bermain tidak akan ada namanya konsultasi ke tenaga medis. Beda dengan Ibu-ibu di perkotaan, yang bahkan tanpaaplikasi, saat buah hatinya terlihat tidak naik berat badannya beberapa bulan, akan sibuk konsultasi sana-sini. Nomer telpon dokter anak pun akan masuk dalam salah satu daftar panggilan cepat.
- Masukan, ke depan mungkin bisa ditambahkan tools unduh data personal bagi pengguna (pasien) yang saat dalam keadaan offline tetap bisa dipelajari dan dibuka.
Untuk isi dan menu saat ini sudah bagus, hanya bagian lanjutan dari "Kurva pertumbuhan" yang diarahkan ke "Studi kasus" mending ditiadakan. Karena bahasanya sangat teknikal dan membuat lost fokus. Padahal result hanya nyempil pendek di bawah. Masukan, lebih baik setelah kurva langsung diarahkan ke "Result kurva" apa grafik yang muncul menunjukan ideal atau tidak kondisi anak berdasarkan data yang disubmit orang tua dan saran tindakan.
Karena tidak semua orang mudah paham dengan cepat kalimat yang agak teknikal seperti yang tergambar di atas. Jadi kebayanyakan pasti akan langsung di skip dan mencari result
![Dr. Bernie dibantu blogger Chachathaib demo cara timbang BB, ukur TB dan lingkar kepala yang benar dan submit data ke Aplikasi PRIMA hingga membaca hasilnya](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/02/idai-prima-app-5-57a01e8aae7e61690ee1a4a2.jpg?t=o&v=770)
Di mana angka menunjukan usia dan berat yang pas untuk usia tertentu, bahwa usia 12 bulan berat ideal antara sekian sampai sekian. Tinggi badan yang ideal sekian hingga sekian. Sangat simpel. Tapi dalam keterangan di Aplikasi PRIMA menurut saya sangat tidak simple. Dilarikan ke tools “Contoh Kasus” yang bercampur hitungan rumit.
Tapi so far, saya sangat mengapresiasi dilaunchingnya Aplikasi ini, apalagi bila nanti berkembang lebih komplit dan lengkap tentu akan menjadi pilihan terbaik dan terpercaya para Ibu dan semua orang tua di Indonesia. Karena pengembang adalah vendor terpercaya, IDAI. Yang sangat bisa dipertanggungjawabkan semua isinya.
Karena untuk daftar ke Aplikasi PRIMA sendiri pengguna harus memasukan nomer telpon dan tanggal lahir lengkap yang menurut saya sebenarnya sangat privacy. Tapi tentu IDAI tidak diragukan kredibiltasnya. Sehingga akan bisa dengan cepat mengatasi seandainya ada oknum yang tidak bertanggung jawab di dalamnya.
Untuk sahabat Komapsiana dan semua pembaca, yang ingin download aplikasinya bisa langsung buka http://bit.ly/2a3JopE di android. Untuk iOS baru tersedia untuk Profesional (dokter dan tenaga medis lain), untuk versi Orang Tua sedang dikembangkan.
Artikel ini rewrite dari artikel di blog pribadi saya di sini
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI