“Wah, dari Tanjung Priok naik motor? Hebat mbak!”
“Wiuh, benar-benar luar biasa si mbak ini. Raja jalanan”
Hah...inilah kalimat yang sering keluar dari kerabat, sahabat dan teman-teman saat tahu saya adalah salah satu mowan biker Jakarta. Pujian yang sangat hiperbola sih menurut saya karena pasti banyak perempuan lain di Jakarta yang serupa hanya kebetulan tidak saling kenal saja. Tapi bikin saya ge-er dan bangga juga dalam hati haha :D
Dari tahun 2012 saya mulai terbiasa menjelajah jalanan Jakarta menggunakan sepeda motor, tepatnya sejak aktif di banyak komunitas blogger. Salah satunya Kompasiana tentunya. Banyak acara menarik yang ingin saya hadiri akhirnya menyeret saya menjadi woman biker.
Kopdar pertama sebagai blogger yang saya hadiri adalah Kompasianival 2011 di Fx Plasa. Belum berani naik sepeda motor, baru punya satu motor juga yang selalu dipakai suami kerja. Susah dipakai gantian. Akhirya saya naik kendaraan umum.
Sepanjang jalan saya bertanya, dari terminal bertanya “Naik apa ya ke Sudirman?”. Dalam bis bertanya lagi ke kondektur “Turun mana ya bang?”. Saat pulang, keadaan sudah cukup sepi, menunggu bis ke Tajung Priok di depan Fx ternyata cukup lama.
Awal tahun 2012 saya akrab dengan Vema Syafei yang anak Jakarta, yang banyak tahu jalanan Jakarta dan kebetulan kami berkomunitas yang sama. Jadi ke mana-mana pasti ketemu. Setelah akrab, akhirnya saya menyeretnya jadi “GPS berjalan” saya.
Pada tahun 2012 selain di Kompasiana yang mulai ikut banyak kegiatan offline blogger, saya mulai aktif di Komunitas Emak Blogger dan lagi-lagi bersama Vema. Dan sejak itu kalau suami sedang tidak kerja saya pasti membawa sepeda motor bebeknya.
Karena belum tahu banyak jalan-jalan Jakarta, jadi satu-satunya jalan saya ke Rawamagun dulu menjemput “GPS berjalan” saya, Vema Syafei. Rawamangun adalah salah satu jalan yang saya hapal karena dekat dengan Tanjung Priok.
Dua tahun kami jalan bareng dan selalu memakai sepeda motor, selalu saya yang menjemput ke Rawamangun. Mau diujung Jakarta manapun tempatnya, selalu saya menjemput Vema dulu. Baik ke lokasi yang saya sudah tahu letaknya, apalagi yang belum tahu.
Dari sini saya jadi tahu, sepeda motor masih pilihan ternyaman di jalanan Jakarta yang masih belum ramah angkutan umumnya. Masih semerawut jalanan rayanya dengan macet. Masih berjibaku dengan etika pengguna jalannya yang butuh kesabaran ekstra untuk menghadapinya saat berpapasan setiap hari di bising dan padatnya jalanan Jakarta.
Akhir 2012, saya membeli sepeda motor sendiri. Tidak lagi gantian dengan suami dan jenisnya adalah motor skutik. hampir tidak pernah lagi pakai motor bebek suami, kecuali kepepet. Misal skutik saya lagi di servis atau sedang dipinjam siapalah. Dan tak terasa hampir emapt tahun saya menjadi salah satu dari sekian ratus, mungkin hingga ratus ribuan woman biker Jakarta. Meski setahun belakangan tidak lagi bersama GPS berjalan saya, Vema Syafei.
Untuk pertama kali saya punya kendaraan roda dua sendiri dengan predikat “Punyaku, motorku” yang akhirnya menjadi teman aktivitas sehari-sehari saya. dan dari sini pula saya belajar makna “Kenyamanan dan kesempurnaan berkendara bagi seorang wanita di jalan raya Jakarta”.
Dan ini loh hal yang keamanan, kenyamanan dan kesempurnaan berkendara ala saya, yang hampir empat tahun jadi woman biker Jakarta dengan motor skutik.
Jadilah pengendara yang baik
Seperti apa pengendara yang baik?
Pertama, yang paling penting harus bisa mengendarai sepeda motor dengan baik dan benar. Pengendara yang baik tidak hanya sekedar “bisa” tapi juga memiliki keberanian, kesabaran, tanggung jawab dan etika di jalan raya.
Karena jalanan Jakarta tidak sekedar tentang jalanan beraspal mulus, tapi juga tentang macet, tentang jalan bersisian dengan truk gandeng dengan roda lebih dari empat. Tentang saling berhimpitan dengan truk kontainer. Tentang sempit dan terjalnya jalan tikus yang harus dilalui untuk mencari jalan alternatif saat jalan utama macet atau ditutup karena perbaikan atau karena ada acara.
Dan dibutuhkan lebih dari sekedar “bisa” tapi juga kesabaran, kelihaian berbalut sikap yang tidak egois dan mau menang sendiri di jalan raya.
Yang Pengendara yang baik juga lebih mengutamakan kesabaran yang membentuk kesadaran untuk selalu ingat menjaga keselamatan dalam perjalanan. Keselamatan bisa dikhtiarkan dengan mematuhi rambu lalu lintas, saling menghormati antar pengendara alias pengendara beretika.
Pengendara yang baik juga akan menerapkan disiplin pada diri sendiri, seperti bepergian dengan perkiraan waktu yang baik. Tidak mepet sehigga berakibat pada “ngebut untuk mengejar waktu agar cepat sampai tujuan” yang akirnya mengakibatkan tindakan brutal di jalan raya. Menabrak semua rambu yang ada dan kasar terhadap pengendara lain yang dirasa menghalau kecepatannya.
Pengedara yang baik juga pasti bertanggung jawab dengan melengkapi surat-surat yang wajib dimiliki. Saat surat yang kita miliki tidak lengkap, akan selalu timbul rasa takut dan deg-degan dalam perjalanan. Melihat Polisi dari jarak jauh serasa bagai buron yang siap lari sekencang-kencangnya atau bingung toleh kanan kiri mencari jalan alternatif. Takut ditilang!
Dan ini akan berakibat pada hilangnya konsentrasi berkendara yang bisa berakibat fatal. Ya, ini adalah pengalaman pribadi saya di tahun pertama jadi woman biker Jakarta nekat dan tak bertanggung jawab, yang bepergian tanpa SIM. Jangan ditiru ya :D
Pengendara yang baik akan tahu etika, paham apa yang tidak boleh dilakukan di jalan raya. Seperti menimbulkan suara keras, baik ngobrol setengah berteriak di atas sepeda motor saat sedang membonceng orang lain. Atau memasang knalpot dengan suara bising dan main gas semauanya. Memang ini hal pribadi, tapi sebenarnya sangat mengganggu pengedara lain yang mudah kaget. Dan bisa mengilagkan konsentrasi.
Ini berdasarkan pengalaman pribadi yang sering kaget dan serasa jantungan karena suara-suara keras yang dihasilkan dari knalpot modifikasi orang lain yang diraungkan secara semena-mena di jalanan. Bahkan saya pernah oleng hampir jatuh gara-gara kaget. Karena itu saya melarang keras suami saat akan memodifikasi knalpotnya.
Duh ya, jalan raya bukan arena racing. Tapi jalanan umum milik seluruh masyarakat yang melewatinya dan tidak semua pengguna jalan memiliki kekuatan jantung yang sama L
Pengendara yang baik juga akan memikirkan kenyamanan dan kesempurnaan atribut, seperti helm yang nyaman. Memilih bahan bakar yang baik dan tepat untuk kendaraannya. Sekarang saya bisa membedakan tarikan sepeda motor saya saat diberi bahan bakar yang berbeda secara rutin.
Kendaraan (sepeda motor) yang nyaman
Bagaimana sepeda motor yang nyaman dan menyempurnakan perlajanan seorang woman biker versi saya?
Mengakomodasi segala model fashion dan kerempongan perempuan
Pengguna motor cenderung tomboi? Mungkin pendapat ini banyak muncul karena saat mengendarai motor banyak woman biker memilih mengenakan celana anjang dan sepatu teplek atau kets . Agar memudahkan langkah kaki naik turun.
Tapi percayalah, semakin bertambah usia gaya berbusana juga ikut bertransformasi. Ada saat di mana perempuan ingin tampil feminim dengan maksimal dengan rok atau gaun panjang meski kaki harus naik turun selama di kendaraan roda dua. Terutama untuk perempuan berhijab, tentu ingin ke acara resmi dengan gaun dan rok panjang yang sekarang bertebaran modelnya unyu dan feminim.
Tapi dengan mengendarai motor tentu harapannya kaki tetap nyaman bertumpu dan sesekali naik turun ke jalan saat terjebak macet tanpa terganggu dengan rok atau gaun panjang.
Untuk high heels, masuk “bagasi” bersama mantel dan perlengkapan lainnya. Sampai tempat tujuan, tukar sepatu dan touch up. Tara...woman biker tetap cantik, feminim meski habis berjibaku dengan gas motor :D
Megakomodasi multitasking perempuan di segala suasana dan cuaca
Perempuan sekarang identik dengan kemandirian, meski tidak ngantor nine to five tetap ya kegiatan banyak. Mulai dari koki keluarga yang harus ke pasar belanja dan pulang membawa belanjaan segambreng, ojek pribadi anak dari dan ke sekolah. Penting banget sepeda motor dengan desaign yang nyaman untuk semua aktivitas.
Sekarang sangat biasa melihat skutik emak-emak seperti saya diberi kursi tambahan dengan kaki tinggi di bagian depan untuk duduk anak balita seliweran di pasar kan? :D
Bahkan saya sendiri saat usia buah hati sudah masuk 7 tahun, tetap sering melakukannya sampai sekarang tapi tanpa kursi. Karena Alisha mudah ngantuk, jadi cara termudah adalah mendudukannya di depan dan kepala bertumpu di spedo meter. Sepeda motor skutik dengan tumpuan kaki yang lebar dan tidak licin sangat penting, karena kaki saya dan Alisha bertumpu berbarengan.
Pada kondisi tertentu misalnya saat musim hujan, percayalah pikiran yang terlintas lebih dulu dari woman biker seperti saya adalah “Baju tetap harus bersih sampai tujuan, penampilan tetap harus rapi”, soal genangan air dan tantangan lainnya, nomer sekian hohoho...:D
Maka kembali, bagasi penuh, masih ditambah tas besar tempat membawa segala bekal dan perlengkapan.
Memahami sisi “lemah” perempuan
Ya, sekuat-kuatnya saya mengendari motor di jalan Jakarta, ada juga saat-saat di mana saya merasa capek. Usia tak bisa bohong ya teman, bahwa di tengah mengendara ada rasa lelah. Jadi kendaraan dengan mesin yang nyaman, tanpa harus ngotot dengan sekuat tenaga tarik gas tapi tetap berjalan mulus sesuai irama yang diinginkan dan sampai dengan tepat dan selamat ditujuan tentu jadi pilihan.
Mengakomodasi “kantong” alias irit
Perempuan ya, apalagi yang sudah berumah tangga, apa-apa pasti dihitung. Bukan pelit tapi irit dan hemat. Jadi kalau punya sepeda motor juga harus yang irit bahan bakarnya. Mudah menemukan lokasi service resminya di mana pun dan kapan pun. Jadi efisien dan hemat biaya.
Mengakomodasi keamanan
Sekarang, meleng sedikit di depan rumah motor bisa hilang. Jadi motor dengan teknologi pengaman terbaik dengan pengaman ganda dan maksimal sangat penting.
Jadi, rekomendasi terbaik untuk kenyamanan berkendara bagi seorang woman biker seperti saya seperti apa ya kira-kira? Ya...seperti Vario 150 eSP adalah rekomendasi yang layak dan pantas untuk meyempurnakan perjalanan hari-hari woman biker seperti saya pastinya :D
Kenapa Vario 150 Sempurna untuk woman biker seperti saya? karena semua seesifikasinya mengakomodasi kenutuhan yang saya paparkan di atas.
Kapasitas 150 cc membuat tarikannya kencang dan ringan jadi tak perlu mengeluarkan tenaga super ekstra untuk melaju kencang ukuran woman biker seperti saya. Dengan teknologi eSP (Enhanced Smart Power) dan PGM-FI kendaraan, lampu LED membuat irit bahan bakar. Dengan ISS (Idling Stop System) yang mengatur mesin mati otomatis dalam 3 detik saat tidak dijalankan.
ACG starter yang halus tidak menimbulkan suara bising. Sistem rem dengan Combi Brake sangat memberikan keamanan dan kenyamanan pengendara. Yang paling penting lagi, kunci ada remotenya. Bayangkan saya yang pelupa berat terkadang harus muter-muter parkiran dulu untuk mencari di sebelah mana tadi parkir. Jakarta bok, apa-apa padat. Degan teknologi ini sangat memudahkan pencarian di belantara parkiran :D
Desaign juga sangat mengakomodasi kebutuhan mowan biker seperti saya yang juga multitasking rumah tangga. Honda juga salah satu merek ternama di Indonesia dengan tempat servis yang mudah ditemukan di mana saja
Jadi, dengan jadi pengendara yang baik dan kendaraan yang akomodatif pada semua kebutuhan dan kerempongan perempuan seperti Honda Vario 150 eSP, cukup tambahkan doa sebelum melakukan perjalanan, maka berkendara akan menjadi sempurna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H