Mohon tunggu...
Arni Alisha
Arni Alisha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Traveling, Membatik dan Menulis

Seorang seniman batik yang sukak traveling juga menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kehangatan Keluarga dalam Dekapan Api Unggun

15 Maret 2018   22:34 Diperbarui: 15 Maret 2018   22:41 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku dan ponakanku berinisiatif untuk membuat Api Unggun dan dibantu kakakku juga. Kami membeli 1 pak kayu untuk dibuat api unggun. Mengatur kayu sedemikian rupa dengan tujuan mempermudah nyala api meluas dan menghangatkan kami. Tengahnya nuansa dingin bersama Kehangatan Keluarga menjadi semakin bermakna.

Api unggun menjadi pusat perhatian kami, selain membuat tubuh hangat, nyala apinya menarik untuk dipandang. Aku memesan beberapa susu hangat untuk ibu, ponakan dan kakakku disamping parkiran. Benar-benar merasakan rindu. 

Rindu dengan hangatnya air hangat hehe. Saat membagikan minuman yang kubawa dengan nampan, ternyata saudaraku sudah pada membuka bekal makanan dan duduk mengelilingi api unggun yang telah kami buat. Yaa semakin haru rasanya menikmati suasana pagi itu di hari kasih sayang. Tidak hanya kasih sayang, tapi Cinta telah tumbuh berlebih diantara kami dalam dekapan Kehangatan Keluarga.

Melihat matahari terbit bersama keluarga di puncak sikunir (Dokumentasi Pribadi)
Melihat matahari terbit bersama keluarga di puncak sikunir (Dokumentasi Pribadi)
Pagi pukul 03.30 WIB kami beranjak naik mendaki keatas Puncak Sikunir untuk menikmati sunrise (matahari terbit ). Kami menempuhnya kurang lebih 1,5 jam sampai puncaknya. Pemandangan sangat uar biasa cantik telah kami saksikan bersama keluarga. 

Saat itulah pertama kalinya aku bisa melihat matahari terbit di puncak sikunir bersama ibu, ponakan dan para kakakku. Sangat berkesan dalam dekapan Kehangan Keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun