Â
Berharap cinta yang telah lama hilang tetaplah hilang seperti belalang yang terbang digigit ular. Belum begitu pandai mengartikan sebuah kata cinta tapi cinta cukup membuat hati beku dimasa lalu terlewat seperti cerita Kahitna "Cinta Sudah Lewat". Kalimat sudah lewat terkadang menghampiri bukan untuk kembali mengubah masa lalu menjadi masa depan melainkan menjadi pupuk dalam perjuangaan cinta untuk dilupakan. Satu-satunya pilihan yang harus dipilih untuk kebaikan dimasa depan. Biarlah hati beku diantara salju-salju yang turun beterbangan menghiasi pandangan penuh harapan nyata.
Jepang, sebuah kata menarik yang terucap dibalik semangat membara seakan ingin segera mengunjunginya bersama orang terdekat. Banyak orang ingin sekali pergi ke Jepang untuk sekedar menikmati hari liburnya, berbulan-madu, melakukan misi pendidikan, mengunjungi kerabay yang sedang bekerja, ataupun sekedar melakukan perjalanan disana untuk berwisata. Kemudian, apa misi ku waktu berkunjung ke Jepang ?
Support pemerintah bukan menjadi satu-satunya untuk bisa membawa nama Batik Kibasan Sabut Kelapa ke Jepang, dana mandiri-pun harus bisa menjadi opsi. Keyakinan tekad dan nekad menjadi pedoman sebuah perjuangan, alhamdulillah batikku mampu berkibar di negeri sakura dan menjadi payung di musim salju kala itu. Batik Kibasan sabut Kelapa dengan nama Batik Gantungan Ukel berbahan sutera super dan pewarnaan alami telah dipresentasikan di Kyoto International Community House-Jepang, didepan jajaran konsulat jenderal Indonesia-Osaka yakni Bapak Tumpal M.H. Hutagalung.
Motif                  : Karya merupakan penyusunan dari motif
 godhong, ngukel, slonjor, memanjat dan
motif  tempel
Ukuran               : 115 cm x 250 cm
Media                : Sutra 56
Teknik pewarnaan      : Celup warna alam kayu tingi, pengunci warna tunjung, menggranit, mbironi, celup warna alam jalawe, pengunci warna tunjung.
- Aspek Fungsi
Karya batik Gantungan Ukel ini berfungsi sebagai bahan perwujudan karya  dalam  menerapkan motif kibasan sabut kelapa kombinasi teknik tulis. Batik ini berfungsi untuk mengenalkan motif godhong, ngukel, slonjor, memanjat dan tempel yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi pola batik yang variatif dan nantinya akan digunakan untuk bahan busana tunik.
- Aspek Bahan
Aspek bahan sebagai media pembuatan karya yaitu menggunakan kain sutra 56 dengan panjang 250 cm x 115 cm. Sedangkan aspek bahan dalam proses pewarnaan yang digunakan adalah zat pewarna alam yakni ekstraksi kayu tingi dan jalawe. Pewarnaan alam dilakukan dengan teknik pencelupan.
- Aspek Estetika
Aspek estetis pada batik Gantungan Ukel ini terletak pada bentuk motifnya yang dimunculkan dari kibasan sabut kelapa yang menggambarkan suasana kebun pare yang berbuah banyak dan bergantungan. Visualisasi dari banyaknya buah pare yang bergantungan yang digambarkan menjadi bentuk motif ngukel. Daun pare yang menjalar digambarkan oleh motif godhong dan slonjor. Penggambaran suasana keseluruhan kebun pare digambarkan oleh motif memanjat dan motif tempel yang menjadi latar pada batik ini. Warna coklat dan krem menggambarkan suasana kebun pare pada sore hari.
Nilai keindahan lain yang dapat ditemukan pada karya batik ini adalah terdapat titik-titik (cecek) pada garis motif pendukung atau outline yang dihasilkan dari teknik menggranit yaitu teknik memberi isen titik-titik pada garis yang dihasilkan dari canting klowong dan di finishing dengan warna krem ini menjadikan karya batik ini lebih indah  dan elegan yang menggambarkan suasana sore hari di kebun pare.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H