Selanjutnya acara langsung dipandu oleh Kepala Desa, statmen Kepala Desa cukup menarik "Sejak tahun 2008, kami sudah ditawari oleh Perusahaan --perusahaan besar untuk berinvestasi di tempat ini, tetapi selalu saya tolak"
"Saya percaya bahwa dengan menjaga ekosistem hutan yang ada di desa kami, maka hutan ini akan memberi kehidupan kepada kami"
"Kesabaran dan keteguhan atas keyakinan dan komitmen kami beserta masyarakat Muara Sian untuk tidak tergiur tawaran investasi dan menjaga ekosisitem hutan akhirnya terbukti  dan membuahkan hasil".
"Hutan yang kami jaga dan rawat menjadi tempat ikan-ikan berkembang biak, kami yang mayoritas nelayan dalam sehari bisa memperoleh ratusan ribu hingga jutaan rupiah hanya dari menangkap ikan. Kami tidak perlu mencari pasar, pengumpulnya yang langsung datang ketempat kami, Isteri-isteri kami tetap dirumah menjaga dan mendidik anak-anak kami, tidak perlu ikut bekerja menjadi buruh perusahaan, tanah tetap milik kami, kami bisa berdiri tegak menjadi penguasa dan tuan rumah ditanah kami sendiri".
Â
"Tidak hanya itu, hampir seluruh KK didesa ini memiliki rumah wallet masing-masing, bukan kami sombong, walau tidak memiliki jalan darat, namun semua penduduk memiliki sepeda motor dengan merek dan tipe berkelas. Ujar kepala desa dengan bangga. Burung wallet berkembang dengan baik, karena semua makanannya tersedia dihutan yang kami rawat."
Pada waktu yang terpisah berdasarkan wawancara dengan masyarakat, diperoleh informasi bahwa  rumah sarang burung wallet hanya membutuhkan waktu 25 hari sudah bisa dipanen dengan hasil antara 1,5 kg sd 3 kg, harga perkilo sarang wallet Rp. 9.000.000. wow hasil yang sangat fantastis untuk ukuran sebuah desa.
"Tidak hanya itu kami juga mengembangbiakan kerbau yang makanannya tersedia melimpah dihutan, kami mengembangkan madu, membudidayakan tanaman keratom, yang selanjutnya kami kemas dalam bentuk paket wisata dengan menjadikan desa ini menjadi desa wisata. Hasilnya kami banyak menerima kunjungan wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri."
"Dan ternyata nasib baik kami belum berhenti juga, tiba-tiba kami mendapat informasi bahwa desa kami akan menjadi pilot project sebagai lembaga calon penerima manfaat dari program perdagangan karbon dari negara-negara donor internasional sebagai bentuk komitmen kami dalam menjaga hutan. Perlu kami tegaskan bahwa komitmen kami menjaga hutan bukan karena keinginan mendapatkan dana darimanapun, komitmen kami menjaga hutan murni sebagai bentuk kesadaran untuk menjaga kelestarian hutan, kami tidak perduli dengan dana-dana itu, ada atau tidak dana itu komitmen kami tetap dan tidak tergoyahkan, jika dana itu ada kami anggap hanya sebagai bonus semata walau setahu kami dana itu cukup besar."
Demikian Kepala Desa panjang lebar menyampaikan histori perjalanan tentang arti menjaga komitmen  Â
Kami dan rombongan akhirnya pamit untuk kembali ke Samarinda dan melanjutkan perjalanan kembali ke Pontianak