Mohon tunggu...
Sumarjiyati sumarjiyati
Sumarjiyati sumarjiyati Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru PAI SD. Aktif di komunitas Aisei dan Lagerunal.

Menulis baginya sesuatu yang buatnya bahagia, bahagia bisa berbagi, menulis bisa memanjangkan umur dan mengukir sejarah. Tulis yang kamu lakukan lakukan yang kamu tulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Lentera yang Kian Redup

29 Januari 2024   22:24 Diperbarui: 29 Januari 2024   22:26 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aira mencari-cari apa sebenarnya yang suaminya mau. Sementara waktu di rumah suami tidak pernah cerita apapun. "Apa yang salah denganku, pikir Aira. Aah sudahlah, yang terpenting aku harus sehat, aku tak mau Devan khawatir denganku.

"Van, untuk malam ini Ibu gak bisa nemenin kamu belajar dan ngerjain tugas ya sayang, maafkan Ibu," tak tega Aira sampaikan hal itu.

"Iya, Bu. Nanti Devan coba belajar sendiri". Jawab Devan.
"Ibu istirahat ya, nanti Devan minta tolong Mb Nik buatin masakan hangat untuk Ibu". Pinta Devan.
"Tidak usah, Nak. Ibu mau istirahat saja. InsyaAllah nanti segera pulih kok". Jawab Aira dengan seulas senyum hiasi wajah ayunya walau jelas di sana Aira terlihat begitu letih.

"Baiklah, Ibu". Devan mengiyakan.
Devan walaupun anak satu-satunya dari keluarga berada,tetapi dia terlatih tidak manja. Aira yang selalu mengajarkan padanya bahwa anak cowok ga boleh manja, harus pinter dan juga mandiri tidak boleh bergantung dengan orang lain.  

Sama seperti neneknya yang mendidik Aira dengan sikap mandiri. Walau demikian Aira tetaplah Aira. Seorang wanita yang ingin di manja dan di perhatikan lebih oleh suaminya.
 
Setelah berpamitan Devan pun meninggalkan kamar Ibunya. Sementara Aira terbaring lemas dan berharap suaminya segera pulang dan menghampirinya. Seharian sama sekali tak ada notifikasi chat masuk dari suaminya.

Hampa sepi dan kembali Aira mengenang masa-masa awal menikah bersama Raihan, suaminya. Raihan begitu bersemangat untuk segera meminang Aira padahal waktu itu Aira dan Raihan belum lama berkenalan. Aaah.. Aira sudahlah.

Badan terasa begitu lemas, tetapi mata Aira juga tak kunjung bisa terpejam. Ayolah Ra, ga usah terlalu di pikirkan. Udah watak suamimu begitu. Aira menghibur diri dengan segala asumsinya. Ia tak mau berharap lebih Aira takut kecewa.

Terdengar suara mobil milik suaminya memasuki halaman rumah. Aira ingin segera beranjak dan menghampiri Raihan seperti setiap Aira lakukan jika suaminya pulang. Namun, saat hendak berdiri Aira tiba-tiba terjatuh.

Di saat itu pula Raihan membuka kamar dan menjumpai Aira sudah tergeletak di samping tempat tidur.
"Hai, Ra... kamu kenapa?" Sapa Raihan dengan nada kaget.
"Ra, kamu jangan bercanda. Ayok bangun!"

Gunungkidul, 29 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun