Mohon tunggu...
Sumarjiyati sumarjiyati
Sumarjiyati sumarjiyati Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru PAI SD. Aktif di komunitas Aisei dan Lagerunal.

Menulis baginya sesuatu yang buatnya bahagia, bahagia bisa berbagi, menulis bisa memanjangkan umur dan mengukir sejarah. Tulis yang kamu lakukan lakukan yang kamu tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenapa Harus ke Pesantren

19 November 2023   16:37 Diperbarui: 19 November 2023   16:42 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan, bukan itu...

Berarti kesimpulannya jika anak tidak nakal maka tidak akan di masukkan pondok. Itu mnyedihkan.

3. Jika anak mau kita masukkan pondok makaa di fasilitasi, dituruti semua keinginannya.

Supaya mau mondok apapun kemaunnya di turuti. Dipenuhi menfasitasibjustru makin jauh untuk mondok.

Untuk bisa mempersipkan diri di latih antri, kalau tidak di biasakan sekarang tibaw-tiba disiplin, di latih menyuci sndiri. Jika sudah terbiasa mencuci, mnyetrika maka saat masuk  pondok sudah bisa on berlari dan semngat.

Pengalaman hidup di pondok dan juga totalitas orang tua dalam menyekolahkan anak-anak ke pondok daoat mengantarkan mereka menuju cita-citanya.

Berikan pendidikan yang paling baik yang di dalamnya  membiasakan kebaikan. IndyaAllah kebaikan kembali ke kita. Saat ini sangat yang kita alami teramat berat. 

Setan masuk ke pengembangan intelektual, maka sering puasa tapi masih suka marah jengkil sudah bakat, pembawaan setan angat lihai dalam menggoda manusia.

Pondok akan membentuk karakter, mengelola potensi anak-anak untuk bisa mengembangkan drinya.

Bagaimana sekarang kita membentuk anak-anak yang karakter kebaikan pagi sampai sore. Hal itu dapat di bentuk di pondok/pesantren. Anak-anak sangat luar biasa.

Iman itu sederhana, membentuk hstinya, pikirnya, tindakannya itu ada korelasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun