BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era global saat ini, persaingan antara setiap badan usaha semakin kompetitif, sehingga setiap badan usaha dituntut untuk memiliki keunggulan yang lebih agar dapat bertahan dan memenagkan persaingan demi tercapainya tujuan dari perusahaan yang telah ditetapkan. Kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan merupakan tujuan utama yang ingin di wujudkan bagi setiap perusahan. Segala aktivitas yang dilakukan untuk untuk mencapainya harus di dukung oleh kondisi manajemen yang baik sebagai pengelola.
Produksi adalah kegiatan yang dilakukan manusia dalam menghasulkan suatu produk, baik barang atau jasa yang kemuadian dimanfaatkan oleh konsumen. Bisnis konveksi adalah salah satu bisnis yang berkembang di Indonesia. Mengapa bisnis konveksi dapat berkembang di Indonesia, karena pakaian merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, maka pasar untuk menjualnya pun akan selalu ada. Pengusaha pun tidak kehabisan akal untuk berinovasi untuk memanfaatkan kebutuhan manusia yang paling besar. Prospek pengembangan usaha konveksi sangat menjanjikan mengingat pakaian adalah kebutuhan primer (sandang) selaian makanan (pangan) dan perumahan (papan). Kebutuhan akan pakain ini mutlak harus dipenuhi mengingat sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup. Dalam penelitian ini berdasarkan observasi yang di lakukan penulis dengan pemilik konveksi yakni sejarah yang pada awal mulanya yaitu sebuah tailor yang beru berdiri pada sekitar tahun 1990-an kemudian beralih ke konveksi pada tahun 1998. Kenapa , yaitu melihat dari perolehan yang di dapat dari tailor itu sendiri kurang memuaskan maka beralihlah dari tailor ke konveksi.
Setiap usaha atau bisnis ingin mendapatkan keberhasilan usaha, suatu bisnis dikatakan berhasil apabila mendapatkan laba, walaupun laba bukan merupakan satu satunya aspek yang dinilai dari keberhasilan sebuah usaha, tetapi alas an laba menjadi factor yang penting adalah karena laba merupakan tujuan dari orang yang melalukan bisnis. Jika terjadi penurunan atau ketidak stabilan laba maka, perusahaan akan kesulitan mengoprasikan kegiatan usahanya dan menjaga ketahanan usahanya.
Dalam rangka meningkatkan keberhasilan usaha yang dimiliki, maka harus ada  kinerja dari konveksi untuk bisa lebih baik lagi. Untuk itu penulis merasa tertarik dengan yang telah dipaparkan di atas maka penulis mengambil judul penelitian "Menganalisa kinerja konveksi pakaian di konveksi VENDIE'S Mangli".
Rumusan Masalah
Bagaimana kinerja analisis produksi di konveksi vendie's Mangli?
Bagaimana pencapaian maslahah dan falah di Konveksi Vendie's Mangli?
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kinerja analisis produksi di konveksi vendie's Mangli.
Untuk mengetahui pencapaian maslahah dan falah di Konveksi Vendie's Mangli.
Manfaat Penelitian
Penulis
Untuk menambah wawasan dan pemahaman di bidang manajemen sumber daya manusia, khususnya dalam masalah yang berkaitan dengan kinerja dari usaha konveksi terhadap perkembangannya.
Perusahaan atau Industri
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bisa memberikan sumbangan penelitian bagi perusahaan terutama tentang kinerja konveksi untuk perkembangannya.
Bagi Ilmu Pengetahuan
Untuk menambah referensi bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian Produksi
Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barangdan jasa yang kemudian dimanfatkan oleh konsumen. Secara teknis produksi adalah proses mentransformasi input menjadi output, tetapi definisi produksi dalam pandangan ilmu ekonomi jauh lebih luas Beberapa ahli ekonomi islam memberi definisi yang berbeda mengenai pengertian produksi, meskipun substansinya sama. Berikut pengertian produksi menurut para ekonomi kontemporer. Menurut Karf  (1992) mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif  islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagai mana digariskan dalam agama islam, yaitu kebahagian dunia dan akhirat.  Menurut Rohman (1995) menekankan pentingnya keadilan dan kemerataan produksi (distribusi produksi secara merata). Menurut Al haq (1995) menyatakan tujuan dari produksi adalah memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang merupakan fardu kifayah, yaitu kebutuhan yang bagi banyak orang pemenuhannya bersifat wajib.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kepentingan manusia yang sejalan dengan moral islam, harus menjadi fokus/target dari kegiatan produksi. Keputusan tingkat produksi senantiasa berkaitan dengan tingkat produktivitas faktor produksi. Proses produksi di nyatakan sebagai serangkaianaktifitas yang di perlukan untuk mengolah atau merubah sekumpulan input menjadi sejumlah output yang memiliki nilai tambah.
Tujuan produksi
Dalam konsep ekonomi konvesional (kapitalis) produksi dimaksudkan untuk memperoleh  laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam islam yang bertujuan untuk memberikan maslahah yang maksimum bagi konsumen. Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemaslahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya:
Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat.
Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya.
Menyiapkan persediaan barang atau jasa dimasa depan.
Pemenuhan sarana bagi k egiatan sosial dan ibadah kepada allah.
Meskipun produksi hanya menyediakan sarana kebutuhan manusia tidak berarti bahwa produsen sekedar bersikap reaktif terhadap kebutuhan konsumen. Tujuan untuk pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kapada allah. Sebenarnya ini merupakan tujuan produksi yang paling orisinal dari ajaran islam. Dengan kata lain, tujuan produksi adalah mendapatkan berkah, yang secara fisik belum tentu dirasakan oleh pengusaha itu sendiri. Â
Faktor produksi
Dalam pandangan baqir sadr (1979), ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: perbedaan ekonomi islam dengan  ekonomi konvesional terletak pada filosofi ekonomi, bukan pada ilmu ekonominya. Filosofi ekonomi memberikan pemikiran dan nilai-nilai islam dan batasan-batasan syariah, sedangkan ilmu ekonomi berisi alat-alat analisis ekonomi yang dapat digunakan. Dengan kata lain, faktor produksi ekonomi islam dengan ekonomi konvesional tidak berbeda, yang secara umum dapat dinyatakan dalam:
Faktor produksi tenaga kerja.
Faktor produksi bahan baku dan bahan penolong.
Faktor produksi modal. Â
Produksi merupakan mata rantai konsumsi, yaitu menyediakan barang dan jasa yang merupakan kebutuhan konsumen. Sebagaimana produsen juga sebagaimana halnya konsumen memiliki tujuan untuk memperoleh maslahah maksimum melalui aktivitasnya. Jadi, produsen dalam perspektif ekonomi islam bukanlah seorang pemburu laba maksimal melainkan pemburu maslahah. Ekspresi maslahah dalam kegiatan produksi adalah keuntungan dan juga keberkahan sehingga produsen akan menentukan kombinasi diantara keuntungan dan keberkahan yang didapat sehingga dapat menghasilkan atau memberikan maslahah yang maksimal. Oleh karena itu tujuan produsen dalam prespektif islam bukan hanya semata pada hal yang bersifat sumber daya yang memiliki hubungan teknis dengan aspek produksi semisal output namun juga mempertimbangkan kandungan berkah yang ada pada sumber daya maupun output.
Atribut Fisik dan Nilai dalam Output
Sebuah produk yang dihasilkan oleh produsen menjadi bernilai atau berharga bukan hanya karena adanya atribut fisik dan produk semata, tetapi juga karena adanya nilai (Value) yang dipandang berharga oleh konsumen. Atribut fisik yang melekatkan pada suatu barang misalnya bahan baku pembuatan, kualitas keawetan tersebut, bentuk atau desain barang, dan aspek lainnya yang mendukung bentuk fisik barang tersebut. Biasanya atribut fisik dari suatu barang menggambarkan esensinya (keindahan) maupun peran fungsional dari barang tersebut untuk membantu tugas manusia.
Disisi lain, suatu nilai yang terkandung di dalam suatu barang akan memberikan suatu kepuasan psikis kepada konsumen dalam dua barang yang memiliki atribut fisik yang sama belum tentu juga akan sama dari segi nilai barang tersebut. Dikarenakan ada hal-hal lain yang membuat nilai barang menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan barang lain yang juga memiliki atribut fisik yang sama. Atribut fisik dari suatu barang biasanya bersifat objektif, dapat dibandingkan dengan satu sama lain, akan tetapi nilai yang melekat pada suatu barang itu bersifat subjectif. Dalam perspektif ekonomi islam produk juga merupakan kombinasi antara atribut fisik dan nilai.
Atribut fisik suatu barang pada dasarnya bersifat objektif, dapat diperbandingkan satu sama lainnya, tetapi nilai yang melekat pada suatu barang bernilai subjektif. Dalam pandangan ekonomi islam produk juga merupakan kombinasi dari atribut fisik dan nilai (value). Konsep ekonomi islam tentang atribut fisik suatu barang mungkin tidak berbeda dengan pandangan pada umumnya, tetapi konsep nilai yang harus ada dalam setiap barang adalah nilai-nilai keislaman (Islamic values) Konsep ekonomi islam tentang hal atribut fisik dan nilai ini tidaklah jauh berbeda dengan pandangan pada umumnya, akan tetapi pada konsep ekonomi islam nilai yang harus ada dalam setiap barang adalah nilai-nilai keislaman. Dengan adanya nilai islam tersebut pada akhirnya dapat memberikan berkah pada suatu barang tersebut. Setiap barang dan jasa yang tidak mengandung berkah tidak dapat dikatakan sebagai barang dan jasa yang memberikan maslahah, sebab berkah merupakan elemen penting dalam konsep maslahah.
Jadi kesimpulannya bahwa suatu produk harus memiliki atribut fisik sekaligus berkah agar membawa maslahah. Dengan cara pandang seperti ini maka kuantitas produk diekspresikan sebagai berikut:
QM Â = qF + qB
Di mana:
QM Â adalah barang yang memiliki mashlahah
QF Â adalah atribut fisik barang
QB Â adalah berkah barang tersebut
Input produksi dan berkah
Kegiatan produksi membutuhkan berbagai jenis sumber daya yang menjadi masukan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi. Sebuah mobil misalnya, tidak bisa dibuat hanya dengan tersedianya besi atau karet saja, atau ada tenaga kerja saja, atau ada pengusaha mobil saja, tetapi merupakan hasil kombinasi antara berbagai faktor produksi sebagai input produksi. Sebuah mobil dapat sampai ke tangan konsumen berkat adanya bahan-bahan yang mencukupi (besi, karet, alumunium), yang diolah oleh para tenaga kerja yang memiliki keahlian pada bidangnya baik diolah secara manual maupun dengan dibantu mesin, dan kemudian setelah menjadi mobil dijual atau disalurkan oleh para distributor kepada konsumen. Keseluruhan proses pembuatan mobil di atas selain membutuhkan koordinasi manajerial dari seorang manajer, membutuhkan gagasan dari seorang wirausahawan, juga membutuhkan biaya-biaya atau modal.
    Pada dasarnya,faktor poduksi atau input ini secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu input manusia (human input)dan input nonmanusia (non human input). Yang termasuk dalam input manusia adalah tenaga kerja/buruh dan wirausahawan, sementara yang termasuk dalam input nonmanusia adalah sumber daya alam (natural resources), kapital (financial capital), mesin, alat-alat, gedung, dan input-input fisik lainnya (physical capital).
Sebagaimana diketahui, berkah merupakan komponen penting dalam mashlahah. Oleh karena itu, bagaimanapun dan seperti apa pun pengklasifikasiannya, berkah harus dimasukkan dalam input produksi. Memasukkan berkah sebagai input produksi adalah rasional, sebab berkah mempunyai andil (share) nyata dalam membentuk output. Demikian pula barang yang diproduksi dengan input berkah yang rendah akan menghasilkan output dengan kandungan berkah yang rendah pula, dibandingkan yang menggunakan input berkah tinggi. Akibatnya mashlahah  dari barang tersebut juga rendah.
Kegiatan produksi membutuhkan berbagai jenis sumber daya ekonomi yang lazim disebut input atau faktor produksi, yaitu segala hal yang menjadi masukan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi. Pada dasarnya, faktor produksi atau input ini secara garis besar dapat diklasifikaskan menjadi jenis, yaitu input manusia (human input). dan input nonmanusia (non input). Yang termasuk dalam input manusia adalah tenaga kerja/buruh dan wirausahawan, sementara yang  termasuk dalam input nonmanusia adalah sumber daya alam (natural resources), kapital (financial capital), mesin, alat-alat, gedung, dan input-input fisik Iainnya (physical capital).
Sebagaimana diketahui, berkah merupakan komponen penting dalam mashlahah. Oleh karena itu, bagaimanapun dan seperti apa pun pengklasifikasianya, berkah harus dimasukkan dalam input produksi. Berkah tersebut melekat setiap input yang digunakan dalam berproduksi dan juga melekat pada proses produksi sehingga output produksinya akan mengandung berkah. Memasukkan berkah input produksi adalah rasional, berkah mernpunyai andil (share) nyata dalam membentuk output. Memang berkah terkadang tidak materialized sebagaimana sifat Input-input yang lain, tetapi hal ini tidaklah mengapa sebab human capital (juga tidak matenalized) juga telah diterima sebagai input. Produk yang dihasilkan dengan menggunakan human capital yang rendah akan menghasilkan produk yang kurang baik dibanding dengan produk yang diproduksi dengan human capital dalam jumlah yang lebih tinggi. Demikian pula barang yang diproduksi dengan input berkah yang rendah akan menghasilkan output dengan kandungan berkah yang rendah pula. Akibatnya mashlahah dari barang tersebut juga rendah. Barang yang mashlahahnya rendah akan dianggap sebagai barang yang bernilai rendah pula, demikian sebaliknya.