Para ulama menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pada mulanya diberi tahu dengan mimpi di bulan kelahirannya, yaitu bulan Rabi'ul Awal. Pemberitahuan dengan mimpi itu lamanya enam bulan. Kemudian ia diberi wahyu dengan keadaan sadar (tidak dalam keadaan tidur) pada bulan Ramadan dengan Iqra'. Dengan demikian maka nas-nas yang terdahulu itu menunjukkan pada satu pengertian.
Madzhab ketiga, bahwa Qur'an diturunkan ke langit dunia selama dua puluh tiga tahun pada malam lalilatul qadar yang pada setiap malamnya selama malam-malam lailatul qadar itu ada yang ditentukan Allah untuk diturunkan pada setiap tahunnya. Dan jumlah wahyu yang diturunkan ke langit dunia pada malam lailatul qadar, untuk masa satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW sepanjang tahun. Madzhab ini adalah hasil ijtihad sebagian mufasir. Pendapat ini tidak mempunyai dalil.
Adapun madzhab kedua yang diriwayatkan dari as-Sya'bi, dengan dali-dalil yang sahih dan dapat diterima, tidaklah bertentang dengan madzhab yang pertama yang diriwayatkan dari Ibn Abbas.
Dengan demikian maka pendapat yang kuat ialah bahwa Al-Quran Al-Karim itu dua kali diturunkan:
Pertama: Diturunkan secara sekaligus pada malam lailatul qadar ke baitul Izzah di langit dunia.
Kedua: Diturunkan dari langit dunia kepada Nabi secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun.
Al-Qurtubi telah menukil dari Muqatil bin Hayyan riwayat tentang kesepakatan (ijma') bahwa turunnya Qur'an sekaligus dari lauhul mahfuz ke baitul izzah di langit dunia. Ibn Abbas memandang tidak ada pertentangan antara ke tiga ayat diatas yang berkenaan dengan turunnya Qur'an dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah SAW bahwa Qur'an itu turun selam dua puluh tiga tahun yang bukan bulan Ramadan. Dari Ibn Abbas disebutkan bahwa ia ditanya olah 'Atiyah bin al-Aswad, katanya, "Dalam hatiku terjadi keraguan tentang firman Allah, bulan Ramadan itulah bulan yang di dalamnya diturunkan Qur'an, dan firman Allah SWT, "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam lailatul Qadar," padahal Qur'an itu ada yang diturunkan pada bulan Syawal, Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram, Saffar dan Rabi'ul awwal." Ibnu Abbas menjawab, "Qur'an diturunkan berangsur-angsur, sedikit-demi sedikit dan terpisah-pisah serta perlahan-lahan di sepanjang bulan dan hari."
Para ulama mengisyaratkan bahwa hikmah dari hal itu ialah menyatakan kebesaran Qur'an dan kemuliaan orang kepadanya Qur'an diturunkan. As-Suyuti mengatkan, "Dikatakan bahwa rahasia diturunkan Qur'an sekaligus ke langit dunia ialah untuk memuliakannya dan memuliakan orang yang kepada Qur'an diturunkan. Yaitu dengan memberitahukan kepada penghuni tujuh langit bahwa Qur'an adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada Rasul terakhir dan umat yang paling mulia. Kitab itu kini telah di ambang pintu dan akan segera diturunkan kepada mereka. Seandainya tidak ada hikmah Ilahi yang menghenndaki disampaikannya Qur'an kepada meraka secara bertahap sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi, tentulah ia diturunkan ke bumi sekaligus seperti halnya kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya."
Dan firman Allah:
"Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin , ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas." (as Syuara': 192-195).
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!