Mohon tunggu...
Sultoni AuliyaFathan
Sultoni AuliyaFathan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta

Terus berjuang karena Allah, meskipun cobaan datang silih berganti.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Positivisme Hukum dalam Sengketa Pilpres 2024

25 September 2024   23:14 Diperbarui: 25 September 2024   23:14 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Hallo!!!!

Perkenalkan saya Sultoni Auliya Fathan (222111302), Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syari'ah, UIN Raden Mas Said Surakarta. Berikut saya akan menganalisis hukum positif terkait kasus sengketa pilpres 2024 yang sempat menjadi perbincangan publik pada Pilpres kali ini. 

Dalam kasus penyelesaian Pemilihan Presiden 2024 di Indonesia melibatkan kontestasi yang sangat kompetitif dan sensitif antara dua pasangan calon, yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Pasangan calon kedua ini mengajukan permohonan penyelesaian hasil pemilu ke Mahkamah Konstitusi (MK) dengan Nomor 1 dan 2/PHPU.PRES-XII/2024, masing-masing menuduh adanya perbudakan, nepotisme, dan perlindungan kekuasaan dalam proses pemilu.

Berikut penjelasan terkait kasus ini;

1. Permohonan dan Sidang MK

Permohonan : Kedua pasangan calon mengajukan permohonan pembelaan hasil Pemilihan Presiden 2024 ke MK dengan Nomor 1 dan 2/PHPU.PRES-XII/2024. Mereka menuduh adanya perbudakan, nepotisme, dan pembatasan kekuasaan dalam proses pemilu.

Sidang : Sidang MK berlangsung pada Senin, 22 April 2024, di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jalan Merdeka Barat Jakarta. Sidang ini berlangsung hampir delapan jam dan mencatat banyak cerita menarik.

2. Pertimbangan MK

Dalil-dalil Pemohon : MK menolak seluruh dalil yang diajukan oleh kedua kubu pemohon. Dalil-dalil tersebut meliputi:

Ketidaknetralan Bawaslu dan DKPP : Pemohon menuduh Bawaslu tidak membenarkan dugaan kondisi pasangan calon nomor urut 02. Namun, MK tidak menemukan bukti yang cukup menjanjikan untuk mendukung tuduhan ini.

Intervensi Presiden Joko Widodo : Pemohon menuduh Presiden Joko Widodo mengintervensi perubahan syarat pencalonan presiden dan wakil presiden. Namun, MK tidak menemukan bukti yang menjamin adanya intervensi Presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun