“Kelas bawah akan menjadi kelas bawah, kelas menengah akan menjadi kelas menengah, sementara yang kaya menjadi lebih kaya,” kata Abiyyu saat dihubungi secara daring, Minggu (26/01/2025).
Ia juga menyayangkan pemerintah yang terlalu fokus pada Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sehingga dinilai abai terhadap permasalahan di berbagai sektor, seperti pendidikan, lingkungan, petani, dan nelayan.
“Gimana perihal tentang pendidikan, bagaimana perihal reforma agraria. Reforma agraria pada akhirnya alasannya adalah pohon sawit merupakan pohon yang notaben bukan itu yang diinginkan. Sawit memang pohon, tapi untuk memproduksi O2 dia tidak maksimal, tidak seperti pohon-pohon lain. Itu bukan solusi dari reforma agraria,” kata Abiyyu.
Abiyyu menyarankan semestinya Prabowo-Gibran memberikan perhatian khusus di sektor pendidikan Pasalnya, mekanisme kenaikan upah guru yang belum jelas mengakibatkan kesejahteraan guru masih belum terpenuhi secara merata dan maksimal. Lalu para siswa yang belum memperoleh fasilitas atau mengenyam pendidikan yang layak.
“Masalah pendidikan pada akhirnya hari ini menjadi problem karena pendidikan ini seolah eksklusif, dia tidak menyeluruh, dia tidak mampu mencakup orang-orang yang tidak mampu. Nah ketika pendidikannya berjalan baik, guru-gurunya bisa disejahterakan, maka pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar pada akhirnya menjadi kondusif dan efektif. Guru tidak perlu mendapatkan uang lebih. Siswa merasa ‘gua sekolah di mana aja gua akan mendapatkan pendidikan yang sama’,” tuturnya.
Abiyyu mendesak agar Prabowo-Gibran beserta jajarannya mampu menyelesaikan permasalahan di berbagai sektor. Ia khawatir ketika realisasi program tidak berjalan maksimal, rakyat akan kehilangan kepercayaan untuk aktif berpolitik.
“Ketika mereka [rakyat] tidak menemukan bukti konkrit yang mana mereka sudah mengalami Pemilu yang berulang-ulang akan menimbulkan sikap apolitis ataupun apatis di masyarakat itu sendiri di Pemilu ke depan,” pungkasnya.
Sebagai informasi, dilansir Global Hunger Index (GHI) , di tahun 2024 Indonesia berada diperingkat 77 sebagai negara berpenduduk kelaparan di tingkat sedang dengan skor 16,9. GHI menyebut permasalahan ini dinilai dari empat indikator.
Pertama, 7,2% penduduk Indonesia kekurangan gizi. Kedua, 26,8% anak di bawah lima tahun mengalami permasalahan pertumbuhan. Ketiga, 10,0% anak-anak di bawah lima tahun mengalami kekurangan gizi. Keempat, 2,1% dari anak-anak meninggal sebelum menginjak umur lima tahun.