Penulis : Muhammad Satria Akbar*
Edit : Sultan Saiful
Lev Nikolayevich Tolstoy (1828-1910), atau lebih dikenal dengan nama Leo Tolstoy, merupakan seorang penulis besar Rusia yang karya-karyanya sampai saat ini masih dikagumi oleh dunia, khususnya War and Peace dan Anna Karenina.
Meskipun begitu, banyaknya uang serta popularitas yang didapat Tolstoy dari kegiatan menulis tidak selalu memberikan kepuasan dan ketenangan dalam hidupnya.Â
Hal itu terbukti dari depresi yang dialami Tolstoy sebagai akibat dari ingatan akan masa mudanya yang penuh kebejatan serta kurangnya arti kehidupan bagi dirinya (sebagai informasi tambahan, bagi Tolstoy, proses pencarian akan makna kehidupan juga bisa dikatakan sebagai proses pencarian Tuhan). Depresi yang dialami di usia menengah ini bahkan sempat beberapa kali membuat Tolstoy berpikir untuk melakukan bunuh diri.
Tolstoy dibaptis dan dibesarkan dalam keyakinan Kristen Ortodok. Sejak kecil ia diajar dengan keyakinan demikian, begitu pun saat remaja serta di masa muda. Namun ia tidak benar-benar mempercayai apa yang diajarkan kepadanya, melainkan hanya mengandalkan apa yang dinyatakan oleh orang-orang dewasa di sekitarnya.Â
Oleh karena itu, kepercayaannya sangat tidak stabil, sehingga pada usia 18 tahun ia tidak lagi mempercayai apapun yang pernah diajarkan. Ia berhenti berdoa, ke gereja, dan berpuasa atas kemauannya sendiri. Meskipun begitu, ia tetap mempercayai adanya Tuhan, hanya saja ia tidak bisa mengatakan apa itu Tuhan.
Menurut Tolstoy, hilangnya keyakinan dari dirinya terjadi sebagaimana biasa di kalangan orang-orang berpendidikan yang selevel dengannya. Baginya, seseorang hidup berdasarkan prinsip yang bukan hanya tidak memiliki kesamaan dengan doktrin agama, melainkan secara umum menentangnya. Doktrin agama tidak berperan dalam kehidupan.Â
Doktrin agama dikenal jauh dan terlepas dari kehidupan. Doktrin agama diterima berdasarkan kepercayaan yang didukung tekanan dari luar serta dibenahi secara bertahap di bawah pengaruh ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang sebenarnya bertentangan dengannya.Â
Pernyataan dan pengakuan atas keortodokan umumnya ditemui di kalangan orang-orang yang membosankan, kejam, serta menganggap diri mereka sangat penting. Sebaliknya, kemampuan, kejujuran, keandalan, budi pekerti yang baik, dan sikap moral kerap ditemui di kalangan orang-orang yang tidak beragama.
Seorang lelaki pandai dan jujur berinisial S pernah bercerita kepada Tolstoy bagaimana ia kehilangan keyakinan atas agama. Saat berusia 26 tahun, S dan kakak lelakinya pernah berburu di suatu tempat, yang mana pada malam hari mereka juga menginap di sana.Â