“Matanya harus berkilau terus. Suaranya juga harus tegas meskipun terdengar halus. Alana perlu dibekali dengan alat untuk mengendalikan elemen-elemen alam. Dia harus diberi sebuah tongkat sakti yang bisa mengubah apa saja ketika digerakkan oleh Alana.”
Setelah kata-kata ini berlalu, kesadaran Amar normal kembali. Amar membuka matanya dan mendapati dirinya berada di ruang yang gelap. Matanya hanya bisa menangkap warna tembok yang dipantulkan dari cahaya pudar dalam ruang kerjanya.
Amar berdiri dan berjalan menuju meja kerjanya untuk menyalakan lampu utama. Dalam sekejap ruang kerjanya kembali diisi dengan cahaya yang terang seperti biasanya. Amar duduk di kursinya menghadap ke meja kerja yang sudah ditumpuk dengan lembaran kertas kosong.
Pena yang tergeletak di atas tumpukan kertas segera berpindah ke tangan Amar. Dia menulis dengan gerakan tangan yang sangat cepat. Setiap kata mengalir dengan lancar melalui tangannya. Kata-kata tersebut seolah-olah dikirim langsung dari pikirannya. Malam itu, karakter Alana mendapatkan kekuatan dari jiwa Amar sebagai penulisnya. Alana diberi kepribadian, latar belakang, dan tujuan hidupnya dengan sangat detail.
Setelah menyelesaikan bagian terakhir bukunya tersebut, Amar merasa sangat lelah dan tertidur pulas di meja tulisnya. Saat bangun, dia melihat sesuatu yang luar biasa. Di sudut ruangan, berdiri seorang wanita dengan pakaian futuristik yang sama persis dengan sosok Alana yang dia gambarkan dalam bukunya. Mata wanita itu berkilau dengan kekuatan yang tak terlukiskan.
"Siapa kamu?" tanya Amar dengan suara yang bergetar.
"Aku Alana," jawab wanita itu dengan tenang. "Aku datang dari dunia yang kamu ciptakan."
Amar belum begitu yakin dengan pemandangan di depan matanya. Dia mencubit dirinya sendiri untuk memastikan bahwa pengalamannya ini bukanlah mimpi. Di seberang sana, Alana masih tetap berdiri sambil tersenyum dengan penuh keyakinan.
"Bagaimana bisa ini terjadi?" tanya Amar bingung.
"Ini terjadi karena kekuatanmu. Kamu mampu untuk memberikan kehidupan kepada karakter-karakter yang kamu ciptakan," kata Alana dengan tenang.
Alana menjelaskan bahwa setiap kali Rama menulis dengan penuh perasaan dan imajinasi, ia menanamkan sebagian dari jiwanya ke dalam karakter tersebut. Ketika kekuatan ini mencapai puncaknya, karakter-karakter itu dapat muncul di dunia nyata.