Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Suara Dari Semesta Lain

14 Juli 2024   14:36 Diperbarui: 14 Juli 2024   16:57 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi koleksi radio tua (Sumber: Antarafoto.com)

Hari masih terang ketika sebuah mobil minibus berhenti di halte tua yang terletak di pinggir jalan raya sebuah kota kecil. Seorang pria muda turun sembil menjinjing tas kerja dan menggendong tas ransel di punggungnya. Dia berjalan searah dengan minibus yang segera meninggalkannya.

Pria ini berhenti persis di depan sebuah rumah tua yang tidak jauh dari halte tadi. Dia pun membelokkan badannya dan berjalan menyusuri halamannya yang luas. Sejenak dia melongokkan badannya mengintip suasana di dalam rumah melalui pintu utama yang bagian tengahnya dipasang kaca. Tanpa menunggu lama-lama, pria ini langsung mendorong pintunya dan masuk ke dalam lobi penginapan ini.

"Selamat sore Pak. Selamat datang di penginapan kami," ucap seorang pria yang berdiri di balik meja resepsionis yang berada di sisi kirinya.

"Selamat sore juga," katanya sambil tersenyum lebar.

Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Beginilah kondisi penginapan di sini. Tentu beda sekali dengan yang ada di kota Bapak," kata pria resepsionis itu.

"Oh tidak apa-apa. Saya senang sekali dengan suasana penginapan ini meskipun baru pertama kali datang," ungkap pria muda menimpalinya.

"Atas nama Pak Rudi Marsel?"

"Betul Pak. Saya sendiri Rudi Marsel yang booking kamar dua hari yang lalu," kata pria muda tadi.

Sejenak suasana ruangan di meja resepsionis sepi. Setelah membereskan urusan administrasi, petugas resepsionis ini langsung menyerahkan anak kunci kepada tamunya tersebut.

"Pak Rudi di kamar 310. Bapak tinggal jalan lurus lalu belok kiri, ikuti tangga sampai di lantai 3. Kamarnya berada persis di atas tempat kita berdiri ini," kata resepsionis dengan senyumnya yang ramah.

Pria muda yang bernama Rudi Marsel ini adalah seorang penjelajah waktu dan ruang, selalu mencari sesuatu yang bisa memuaskan rasa penasarannya tentang dunia ini. Kedatangannya ke kota ini pun berkaitan dengan profesi yang sudah lama digelutinya.

Rudi meletakkan dua tas bawaannya ke lantai sembari duduk di atas kasur putih yang empuk. Tangannya membuka resleting ransel dan mengeluarkan beberapa buku. Dia mengambil buku agenda dan dibawa ke meja yang ada di hadapannya Dibukanya lembaran halaman buku tersebut satu per satu.

Tangannya berhenti di halaman dalam. Dibacanya lebih seksama bagian yang tertulis dalam agenda tersebut. Rupanya Rudi sedang membaca agendanya hari itu setelah tiba di kota ini. Langsung dia berdiri dan mengambil ranselnya. Dikeluarkan sebuah jaket parasut berwarna biru dan langsung dikenakannya. Sesaat kemudian dia pun keluar dari kamarnya dan langsung menuju ke tempat resepsionis.

Setelah menitipkan kunci kamar ke resepsionis, Budi langsung keluar penginapan melalui pintu utama dari ruang lobi penginapan. Dia berjalan menyusuri halaman tadi menuju ke jalan raya. Di seberang jalan dia melihat sebuah rumah tua seumuran penginapannya yang menjual barang-barang antik.

Timbul rasa penasaran untuk masuk ke sana, tetapi pikirannya langsung teringat dengan agenda yang sudah dituliskan, yaitu riset pendahuluan tentang kondisi kota ini. Rudi lalu memutuskan untuk menyusuri terlebih dahulu melalui jalan yang berada di sisi kanan badannya. Dia pun memutar badannya ke kanan dan berjalan perlahan menyusuri jalan kecil yang bersisian dengan jalan raya.

Setelah menyelesaikan agenda risetnya Rudi langsung kembali ke penginapan dan mandi sambil menunggu waktu makan malam. Setelah menyelesaikan makan malam di restoran, Rudi langsung bergegas meninggalkan meja makannya menuju pintu keluar di ruang lobi. Dari situ dia berjalan sekitar 100 meter menuju jalan raya lalu menyeberang di bawah temaram lampu jalanan yang suram.

Toko barang antik masih buka meski beberapa lampu etalasenya sudah dimatikan. Hanya dua lampu di ruang utamanya yang masih menyala. Dari luar, Rudi melihat pemilik toko ini sedang membereskan beberapa koleksi barang antiknya.

Rudi mendorong pintunya dan masuk ke dalam toko.

"Selamat malam. Apakah toko ini masih buka," kata Rudi sambil menarik kursi yang ada di hadapannya.

"Masih. Silakan duduk dulu," kata pemilik toko sambil meletakkan sebuah kotak besi berukuran kecil ke dalam lemari kaca yang ada di hadapan Rudi. Setelah membereskan semua pekerjaannya, sang pemilik toko kembali menghampiri Rudi.

"Ada yang bisa Saya bantu Pak," kata pemilik toko sambil menatap ke Rudi dengan lensa kaca matanya yang bundar. Rudi lalu menceritakan tujuannya berkunjung ke kota ini. Dia ingin mengetahui cerita-cerita unik dari barang-barang antik yang telah membuat dirinya penasaran.

"Di toko ini katanya ada sebuah radio tua yang bisa memperdengarkan percakapan orang-orang dari semesta lain," ungkap Rudi. Pemilik toko yang mendengarkan dengan seksama setiap bagian cerita Rudi hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum.

Setelah Rudi menyelesaikan ceritanya, pemilik toko ini menyambung dengan ceritanya juga. Kali ini giliran Rudi yang mendengarkannya sambil berharap bisa mendapatkan informasi-informasi yang bisa menjawab riset awalnya tadi sore.

"Dari dulu kota ini memang seperti ini saja. Tidak banyak yang tahu dan kami juga tidak mempromosikan keunikannya. Suasananya tenang dan damai seperti ini sejak ditempati pertama kali oleh nenek moyang kami," kata pria pemilik toko.

"Nama saya Lamber. Umur sudah hampir 70 tahun. Saya dari kecil sudah menyukai barang-barang antik, khususnya peninggalan nenek moyang kami. Semua peninggalan nenek moyang kami ini mempunyai cerita yang unik," kata pemilik toko memperkenalkan dirinya.

Di dalam toko ini memang berderet berbagai koleksi barang antik yang tertata rapi di rak-rak kayu yang kokoh. Ada piringan hitam yang diputar pada gramofon kuno, jam dinding dengan lonceng besar yang berdentang setiap jam, dan berbagai macam pernak-pernik peninggalan nenek moyangnya.

Secara tiba-tiba mata Rudi tertuju pada sebuah radio tua berwarna perak yang terletak di sudut toko. Radio itu memiliki desain klasik dengan tombol besar dan dial yang berkilauan. Badannya terbuat dari logam dengan ukiran rumit yang memberikan kesan elegan dan misterius. Hanya Lamber yang tahu persis asal radio tersebut dan bagaimana cara kerjanya.

Lamber mendapatkan radio tersebut dari tetangganya sebagai warisan dari buyutnya. Sekarang tetangga tersebut beserta keluarganya sudah meninggal dunia semua. Sebelum meninggal, tetangganya menitipkan agar radio tersebut dijaga sebaik-baiknya karena hanya itu warisan paling berharga yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka.

Rudi yang sudah lama bekerja sebagai seorang penjelajah waktu dan ruang merasa penasaran dengan radio tua tersebut.  Ketika matanya tertuju pada radio perak itu, dia merasakan ada sesuatu yang berbeda.

"Berapa harga radio itu, Pak?" tanya Rudi sambil menunjuk radio tersebut.

Lamber hanya tersenyum tipis. "Radio itu tidak dijual. Tapi jika kamu ingin mendengarkannya, aku bisa mengizinkanmu."

Rudi tahu bahwa barang-barang di toko ini memiliki cerita yang menarik. Dia tetap penasaran dan ingin sekali membeli radio tersebut.

"Kenapa Bapak tidak mau menjualnya? Saya berani bayar mahal berapa pun harga yang Bapak sebut," kata Rudi setengah menantang kepada Lamber.

Lamber diam saja sambil terus menatap ke Rudi yang terlihat begitu bersemangat untuk memiliki radio tuanya. Dia hanya berharap agar Rudi mau menerima tawarannya untuk mendengarkannya saja.

"Radio ini memang bisa memperdengarkan suara-suara dari alam semesta alternatif," kata Lamber singkat sambil meninggalkan Rudi yang semakin penasaran.

"Masa? Alam semesta lain? Maksudnya manusia dari planet yang lain?" kata Rudi dengan bermacam pertanyaan.

Lamber hanya berdiri di samping radio yang sudah dinyalakan sambil memberi kode agar Rudi berhenti bertanya dan mengarahkannya ke kursi tua di dekat radio tersebut. Rudi pun bergeming. Dia segera berdiri dari kursi dan berjalan cepat ke kursi di dekat radio. Dia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mendengar sesuatu yang luar biasa ini.

Dengan hati-hati Lamber memutar tombol radio untuk mencari frekuensi yang tepat. Suara gemertak statis terdengar sebelum akhirnya radio itu mulai memutar sebuah percakapan yang terdengar sangat jelas.

"Apakah ini benar?" suara seorang pria terdengar dari radio. "Apakah kita benar-benar menemukan cara untuk berkomunikasi dengan mereka?"

"Ya, ini adalah terobosan besar," jawab suara yang lainnya. "Mereka hidup di dunia yang sangat mirip dengan kita, tapi dengan beberapa perbedaan penting."

Rudi terpaku. Suara-suara itu terdengar seperti ilmuwan yang sedang membahas penemuan besar. Dia tak bisa menahan rasa penasaran yang semakin menggelora dalam dirinya.

"Bagaimana kita bisa memastikan bahwa mereka juga bisa mendengar kita?" tanya suara pertama lagi.

"Kita telah mengirim sinyal yang dapat ditangkap oleh perangkat mereka. Jika mereka memiliki teknologi yang cukup canggih, mereka akan dapat mendengar kita seperti kita mendengar mereka sekarang."

Percakapan itu membuat Rudi semakin terpesona. Dia merasa seperti sedang mendengarkan rahasia terbesar alam semesta. Namun, sebelum dia sempat berpikir lebih jauh, suara dari radio itu tiba-tiba berhenti.

Lamber mematikan radio dan menatap Rudi dengan tatapan penuh makna. "Kamu lihat, dunia ini penuh dengan misteri. Kadang, jawaban yang kita cari ada di tempat yang tak terduga."

Rudi mengangguk. Dia tahu bahwa pengalaman ini akan terus terngiang di benaknya, menginspirasi dia untuk terus mencari dan menggali rahasia alam semesta. Setelah itu, Rudi meninggalkan toko menuju penginapan dengan perasaan yang campur aduk. Dia berterima kasih kepada Lamber dan berjanji untuk kembali lagi besok.  

Di kamarnya, Rudi tidak bisa tidur malam itu. Pikirannya dipenuhi dengan suara-suara dari radio misterius itu. Dia kembali ke toko Lamber keesokan harinya, membawa serta buku catatan untuk mencatat apa pun yang dia dengar.

Lamber menyambutnya dengan senyuman. "Kembali untuk mendengarkan lagi?"

"Iya, Pak. Saya harus tahu lebih banyak tentang dunia mereka," jawab Rudi dengan semangat.

Lamber mengangguk dan menghidupkan radio itu lagi. Kali ini, suara yang terdengar berbeda. Lebih banyak percakapan dan informasi yang dibahas.

"Kita harus segera mempersiapkan diri," suara seorang wanita muncul di dalam radio itu. "Mereka mungkin tidak seperti kita. Mereka bisa membawa perubahan besar ke dunia kita."

"Benar, kita harus berhati-hati," sahut pria lainnya. "Namun, jika kita berhasil, ini bisa menjadi awal dari era baru bagi peradaban kita."

Rudi mencatat setiap kata dengan cermat. Dia mulai memahami bahwa dunia di seberang sana juga dipenuhi dengan ketidakpastian dan harapan seperti dunia mereka sendiri. Mereka berbicara tentang teknologi canggih, sumber energi baru, dan bahkan cara-cara untuk memperpanjang usia manusia.

Percakapan itu berlanjut, mengungkapkan lebih banyak tentang dunia alternatif tersebut. Mereka memiliki kota-kota yang melayang di udara, kendaraan tanpa pengemudi yang dapat berpindah antar dimensi, dan sistem pemerintahan yang sangat berbeda dari yang dikenal Rudi. Di dunia mereka, tidak ada negara, melainkan satu pemerintahan global yang mengatur semua aspek kehidupan.

"Bagaimana kita bisa memastikan bahwa mereka tidak membawa kehancuran?" suara pria yang sama bertanya.

"Kita harus percaya pada niat baik mereka," jawab wanita itu. "Mereka adalah cerminan dari kita, dengan segala kelebihan dan kekurangan. Jika kita bisa bekerja sama, kita bisa mencapai hal-hal yang luar biasa."

Percakapan itu memberi Rudi pandangan yang luas tentang kemungkinan yang ada. Dunia di seberang sana bukanlah ancaman, tapi peluang untuk belajar dan berkembang bersama.

Radio itu kemudian beralih ke statis, dan Lamber mematikannya lagi. "Kamu lihat, dunia kita dan dunia mereka saling terkait. Setiap keputusan yang kita buat bisa mempengaruhi mereka, dan sebaliknya."

Rudi mengangguk. "Saya harus tahu lebih banyak, Pak. Apakah ada cara untuk berkomunikasi langsung dengan mereka?"

Lamber tersenyum. "Mungkin ada. Tapi ingat, terkadang misteri lebih baik dibiarkan sebagai misteri. Dunia ini penuh dengan keajaiban yang menunggu untuk ditemukan, tanpa harus memaksakan jawaban."

Rudi memahami maksud Lamber. Dia berterima kasih dan berjanji untuk terus mencari jawaban dengan hati-hati. Dunia ini, dan mungkin alam semesta alternatif, penuh dengan kemungkinan yang tak terbatas. Dan dia akan terus menjelajah, mencari cerita-cerita baru yang menunggu untuk ditemukan.

Depok, 14/7/2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun