Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kenali "Fake Productivity" dan Contohnya

5 Mei 2024   13:11 Diperbarui: 5 Mei 2024   13:25 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi fake productivity (Sumber: Actitime.com)

Fake productivity adalah istilah yang mengacu pada aktivitas atau tindakan yang memberikan ilusi atau kesan sibuk atau produktif, tetapi sebenarnya tidak memberikan nilai atau hasil yang signifikan. Ini sering kali terjadi ketika seseorang atau sebuah tim terlibat dalam kegiatan yang tampak sibuk tetapi sebenarnya tidak efektif dalam mencapai tujuan atau menghasilkan hasil yang nyata. 

Dalam dunia kerja modern yang sering dibanjiri dengan tugas dan deadline, banyak orang cenderung terjerat dalam pola perilaku yang mengejar kesibukan semata, tanpa memperhitungkan seberapa efektif atau berdampak kegiatan tersebut terhadap hasil akhir.

Beberapa kegiatan yang terlihat sibuk namun tidak produktif atau tidak mendukung tujuan perusahaan dalam meningkatkan produktivitas kerja perlu diantisipasi sedini mungkin agar tidak berdampak pada kerugian yang lebih besar. Misalnya kebiasaan manajer atau karyawan yang menghabiskan waktu pada tugas tidak penting. Pekerjaan ini mengacu pada tugas-tugas yang hanya terlihat sibuk, tetapi sebenarnya tidak mendukung tujuan utama atau prioritas pekerjaan.

Seorang karyawan yang menghabiskan satu atau dua jam setiap pagi untuk membuat catatan rinci tentang setiap aktivitas yang dilakukan sepanjang hari, termasuk hal-hal kecil seperti menelepon klien atau mengirim email. Meski terlihat produktif, tetapi dalam konteks yang lebih luas, waktu yang dihabiskan untuk menyusun catatan yang sangat rinci ini sebenarnya tidak memberikan nilai tambah yang signifikan pada hasil kerja.

Dalam hal ini, menyusun catatan yang sangat rinci bisa dianggap sebagai contoh fake productivity.  Karena meskipun tampak seperti aktivitas yang bermanfaat untuk mengorganisir dan mengelola informasi, nyatanya, waktu yang dihabiskan untuk tingkat detail yang sedemikian besar ini dapat mengalihkan perhatian dari tugas-tugas yang lebih penting dan strategis.

Contoh fake productivity lainnya adalah berlebihan dalam pertemuan tanpa hasil konkret atau tindakan lanjutan yang efektif. Kebiasaan tim kerja mengadakan pertemuan rutin setiap minggu tanpa agenda atau tujuan yang jelas pasti akan diisi dengan diskusi yang tidak terarah atau fokus pada topik yang tidak mendukung pencapaian tujuan tim.

Pertemuan tersebut merupakan contoh fake productivity. Meskipun terlihat seperti tim bekerja sama dan berkolaborasi, namun kenyataannya pertemuan tersebut tidak menghasilkan keputusan atau tindakan konkret yang membawa proyek atau tim ke arah yang diinginkan. Anggota tim mungkin merasa sibuk karena terlibat dalam pertemuan yang panjang, namun waktu yang dihabiskan tidak efektif dan tidak menghasilkan nilai tambah yang nyata.

Ilustrasi rapat kerja (Sumber: biswaf.ipb.ac.id)
Ilustrasi rapat kerja (Sumber: biswaf.ipb.ac.id)

Multitasking yang tidak efektif juga bisa menjadi fake productivity dalam bekerja. Sejatinya, multitasking dapat meningkatkan produktivitas karyawan karena bisa mengefisiensi waktu untuk mencapai tujuan perusahaan dengan efektif. Namun, melakukan terlalu banyak hal sekaligus tanpa fokus yang jelas, yang pada akhirnya dapat mengurangi kualitas dan efisiensi pekerjaan. Multitasking tidak efektif seperti ini hanya memperlihatkan kesibukan yang tidak produktif karena waktu yang dihabiskan tidak ada nilai tambah terhadap pekerjaan.

Misalnya, seorang manajer proyek yang mencoba untuk menyusun laporan penting sambil menjawab email, menerima telepon, dan sekaligus berbicara dengan rekan kerja di sekitarnya. Meskipun terlihat seperti melakukan banyak hal sekaligus, namun hasilnya mungkin menjadi kurang fokus dan kurang akurat. Multitasking semacam ini memang memperlihatkan kesibukan manajer, tetapi waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan tugas menjadi lebih lama daripada jika fokus hanya pada satu tugas pada satu waktu.

Contoh terakhir fake productivity adalah menyibukkan diri dengan tugas administratif. Seorang manajer atau karyawan bisa saja merasa sibuk dan produktif ketika mereka menghabiskan banyak waktu untuk mengatur dan menyusun file digital seperti mengubah struktur folder, memberi label, atau membuat sistem penyimpanan yang rumit. Meskipun hal ini penting untuk menjaga kerapian dan aksesibilitas informasi, namun waktu untuk tugas administratif ini terlalu banyak dan tidak memberikan dampak langsung pada hasil pekerjaan sehingga menjadi fake productivity.

Ilustrasi tugas administratif (Sumber: Liputan6.com)
Ilustrasi tugas administratif (Sumber: Liputan6.com)

Seorang karyawan yang menghabiskan sebagian besar hari kerjanya untuk mengatur ulang sistem folder di komputer,  mencoba untuk menciptakan sistem yang "sempurna" untuk menyimpan file. Meskipun terlihat seperti kegiatan yang bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi, namun pada kenyataannya waktu yang dihabiskan untuk tugas administratif semacam ini mungkin melebihi nilai atau manfaat yang diberikan.

Dari contoh-contoh tersebut, penting untuk memahami perbedaan antara sibuk dan produktif. Sibuk berarti menghabiskan waktu untuk melakukan banyak hal, sementara produktif berarti menghasilkan hasil yang berarti dan signifikan. Memaksimalkan produktivitas melibatkan fokus pada tugas-tugas yang memberikan nilai terbesar terhadap tujuan dan hasil akhir yang diinginkan.

Untuk menghindari jebakan fake productivity, mengutamakan tugas yang membutuhkan fokus penuh dan prioritas tertinggi. Pisahkan waktu untuk fokus pada tugas-tugas tertentu tanpa gangguan. Buat jadwal yang memungkinkan untuk fokus pada satu pekerjaan pada satu waktu. Hindari kebiasaan untuk selalu merespons setiap email atau telepon secara instan. Atur waktu khusus untuk menangani komunikasi tersebut agar tidak mengganggu fokus saat mengerjakan tugas penting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun