Contoh terakhir fake productivity adalah menyibukkan diri dengan tugas administratif. Seorang manajer atau karyawan bisa saja merasa sibuk dan produktif ketika mereka menghabiskan banyak waktu untuk mengatur dan menyusun file digital seperti mengubah struktur folder, memberi label, atau membuat sistem penyimpanan yang rumit. Meskipun hal ini penting untuk menjaga kerapian dan aksesibilitas informasi, namun waktu untuk tugas administratif ini terlalu banyak dan tidak memberikan dampak langsung pada hasil pekerjaan sehingga menjadi fake productivity.
Seorang karyawan yang menghabiskan sebagian besar hari kerjanya untuk mengatur ulang sistem folder di komputer, Â mencoba untuk menciptakan sistem yang "sempurna" untuk menyimpan file. Meskipun terlihat seperti kegiatan yang bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi, namun pada kenyataannya waktu yang dihabiskan untuk tugas administratif semacam ini mungkin melebihi nilai atau manfaat yang diberikan.
Dari contoh-contoh tersebut, penting untuk memahami perbedaan antara sibuk dan produktif. Sibuk berarti menghabiskan waktu untuk melakukan banyak hal, sementara produktif berarti menghasilkan hasil yang berarti dan signifikan. Memaksimalkan produktivitas melibatkan fokus pada tugas-tugas yang memberikan nilai terbesar terhadap tujuan dan hasil akhir yang diinginkan.
Untuk menghindari jebakan fake productivity, mengutamakan tugas yang membutuhkan fokus penuh dan prioritas tertinggi. Pisahkan waktu untuk fokus pada tugas-tugas tertentu tanpa gangguan. Buat jadwal yang memungkinkan untuk fokus pada satu pekerjaan pada satu waktu. Hindari kebiasaan untuk selalu merespons setiap email atau telepon secara instan. Atur waktu khusus untuk menangani komunikasi tersebut agar tidak mengganggu fokus saat mengerjakan tugas penting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H